Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 84 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 84 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
islam vs kejawen
2 posters
Page 1 of 1
islam vs kejawen
JIL: Kalau orang muslim tidak melaksanakan syariat Islam seperti salat atau ibadah wajib lain, diapakan, Gus?
Begini ya’ Saya sudah lama mengenalkan beberapa istilah penting dalam melihat persoalan keberagamaan dalam masyarakat kita. Golongan muslim yang taat pada masalah ritual, biasanya kita sebut golongan santri. Namun ada golongan lain yang kurang, bahkan tidak menjalankan ritual agama. Mereka ini biasanya disebut kaum abangan, atau penganut agama Kejawen. Lantas, kita mau menyebut golongan kedua ini kafir? Tidak benar itu!
Saya baru saja yakin bahwa Kejawen itu Islam. Baru setengah tahun ini. Saya baru yakin ketika mendengarkan lagu-lagunya Slamet Gundono (seorang dalang wayang suket kondang, Red). Saya baru paham betul; ooh, begitu toh Kejawen. Inti ajarannya sama saja dengan Islam.
Bedanya ada pada pelaksanaan ritual keagamaan. Kesimpulannya begini:
Kejawen dan Islam itu akidahnya sama, tapi syariatnya berbeda. Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot. (Referensi: http://islamlib.com)
Komentar:
Mengukur Islam dan Kejawen cukup dengar nyanyian
Untuk mengukur Islam dan Kejawen (kebatinan, abangan), Gus Dur mencukupkan diri dengan mendengarkan lagu-lagunya Slamet Gundono (seorang dalang wayang suket kondang, Red). Lalu Gus Dur mengaku faham betul, bahkan membuat kesimpulan, dan masalahnya selesai.
‘Saya baru paham betul; ooh, begitu toh Kejawen. Inti ajarannya sama saja dengan Islam.
Bedanya ada pada pelaksanaan ritual keagamaan. Kesimpulannya begini:
Kejawen dan Islam itu akidahnya sama, tapi syariatnya berbeda. Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot.’
Makna perkataan Gus Dur itu, Islam santri biarkan, Kejawen yang bukan Islam santri ya biarkan saja. Soalnya, pertanyaan JIL adalah: ‘Kalau orang muslim tidak melaksanakan syariat Islam seperti salat atau ibadah wajib lain, diapakan, Gus?’
Gus Dur ditanya tentang Muslim yang tidak salat dan semacamnya harus diapakan, jawab Gus Dur: ‘Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot.’
Jawaban Gus Dur ini justru lebih mundur dibanding keputusan-keputusan ataupun anjuran-anjuran selama ini, bahwa aliran-aliran kebatinan, hendaknya kembali kepada agama induknya masing-masing. Artinya, perlu dibina agar sesuai dengan Islam, karena Kejawen itu tadi induk agamanya Islam. Kalau lantas disamakan kedudukannya, justru itu menyalahi kodrat. Ini masalah yang sangat prinsipil, tetapi diucapi, ‘gitu aja kok repot’; artinya menggampangkan persoalan yang prinsip. Tetapi di balik penggampangan itu, sejatinya Gus Dur telah bermain kata, untuk menempuh tujuannya, yaitu memberedel apa saja yang dia anggap berbau pemberlakuan syaria’t Islam secara formal. Dengan mendudukkan Kejawen sebagai sama dengan Islam, hanya bukan Islam santri, berarti Gus Dur telah melegalkan (secara ucapan) satu bentuk Islam yang tidak usah melaksanakan syari’at.
Itulah Gus Dur. Dia anti formalisasi syari’at, makanya menyebarkan faham formalisasi yang tak melaksanakan syari’at, yaitu Kejawen, dengan cara mengakuinya sama dengan Islam, hanya beda syari’atnya (yaitu tak melaksanakan syari’at Islam) dan tak berkomentar untuk diapakan.
Kalau rujukannya Kitab Allah swt, maka sebenarnya jawabannya sudah jelas. Di antaranya ayat:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-nahl/ : 125).
Begini ya’ Saya sudah lama mengenalkan beberapa istilah penting dalam melihat persoalan keberagamaan dalam masyarakat kita. Golongan muslim yang taat pada masalah ritual, biasanya kita sebut golongan santri. Namun ada golongan lain yang kurang, bahkan tidak menjalankan ritual agama. Mereka ini biasanya disebut kaum abangan, atau penganut agama Kejawen. Lantas, kita mau menyebut golongan kedua ini kafir? Tidak benar itu!
Saya baru saja yakin bahwa Kejawen itu Islam. Baru setengah tahun ini. Saya baru yakin ketika mendengarkan lagu-lagunya Slamet Gundono (seorang dalang wayang suket kondang, Red). Saya baru paham betul; ooh, begitu toh Kejawen. Inti ajarannya sama saja dengan Islam.
Bedanya ada pada pelaksanaan ritual keagamaan. Kesimpulannya begini:
Kejawen dan Islam itu akidahnya sama, tapi syariatnya berbeda. Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot. (Referensi: http://islamlib.com)
Komentar:
Mengukur Islam dan Kejawen cukup dengar nyanyian
Untuk mengukur Islam dan Kejawen (kebatinan, abangan), Gus Dur mencukupkan diri dengan mendengarkan lagu-lagunya Slamet Gundono (seorang dalang wayang suket kondang, Red). Lalu Gus Dur mengaku faham betul, bahkan membuat kesimpulan, dan masalahnya selesai.
‘Saya baru paham betul; ooh, begitu toh Kejawen. Inti ajarannya sama saja dengan Islam.
Bedanya ada pada pelaksanaan ritual keagamaan. Kesimpulannya begini:
Kejawen dan Islam itu akidahnya sama, tapi syariatnya berbeda. Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot.’
Makna perkataan Gus Dur itu, Islam santri biarkan, Kejawen yang bukan Islam santri ya biarkan saja. Soalnya, pertanyaan JIL adalah: ‘Kalau orang muslim tidak melaksanakan syariat Islam seperti salat atau ibadah wajib lain, diapakan, Gus?’
Gus Dur ditanya tentang Muslim yang tidak salat dan semacamnya harus diapakan, jawab Gus Dur: ‘Penganut Kejawen itu Islam juga, cuma bukan Islam santri. Gitu loh’ selesai, kan? Gitu aja repot.’
Jawaban Gus Dur ini justru lebih mundur dibanding keputusan-keputusan ataupun anjuran-anjuran selama ini, bahwa aliran-aliran kebatinan, hendaknya kembali kepada agama induknya masing-masing. Artinya, perlu dibina agar sesuai dengan Islam, karena Kejawen itu tadi induk agamanya Islam. Kalau lantas disamakan kedudukannya, justru itu menyalahi kodrat. Ini masalah yang sangat prinsipil, tetapi diucapi, ‘gitu aja kok repot’; artinya menggampangkan persoalan yang prinsip. Tetapi di balik penggampangan itu, sejatinya Gus Dur telah bermain kata, untuk menempuh tujuannya, yaitu memberedel apa saja yang dia anggap berbau pemberlakuan syaria’t Islam secara formal. Dengan mendudukkan Kejawen sebagai sama dengan Islam, hanya bukan Islam santri, berarti Gus Dur telah melegalkan (secara ucapan) satu bentuk Islam yang tidak usah melaksanakan syari’at.
Itulah Gus Dur. Dia anti formalisasi syari’at, makanya menyebarkan faham formalisasi yang tak melaksanakan syari’at, yaitu Kejawen, dengan cara mengakuinya sama dengan Islam, hanya beda syari’atnya (yaitu tak melaksanakan syari’at Islam) dan tak berkomentar untuk diapakan.
Kalau rujukannya Kitab Allah swt, maka sebenarnya jawabannya sudah jelas. Di antaranya ayat:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(125)
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS An-nahl/ : 125).
paulusjancok- BLUE MEMBERS
-
Number of posts : 809
Age : 36
Humor : Yesus nggak pake sempak...hanya orang GOBLOK yang menyembahnya
Reputation : 1
Points : 6437
Registration date : 2011-08-12
islam agama impor yang yang ga bisa disamakan dengan kejawen
Sebenarnya kejawen itu telah ada di jawa selama puluhan ribu tahun sebelum semua agama impor datang..agama-agama itu sebenarnya telah menginvasi dan merubah seluruh nilai-nilai kejawen yang ada. Sifat kejawen yang selalu open dan tolerant membuat agama2 impor yang sifatnya persuafif dengan mudahnya masuk dan diterima. Lama-kelamaan agama-agama itu malah take control, seperti "tanaman makan pagar" mencoba menghilangkan keaslian tempat yang dijajahnya!
nature creator-
Number of posts : 6
Location : donyo kahanan
Job/hobbies : looking for happiness
Humor : how come Indonesian people are ready to die for all the imported religions?
Reputation : 0
Points : 4349
Registration date : 2012-05-08
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN