Antara manfaat merokok dan pemadaman listrik

Malam sudah sepi. Cipratan hujan yang sejak sore berkunjung menjadi tamu tak diundang di lantai ruang tamu..

Singkat cerita, tiba-tiba listrik padam. Karena tidak ada senter, saya berjalan lambat dan meraba-raba tempat dimana saya biasa meletakkan lilin. Setelah ketemu, tentu saja lilin tersebut saya nyalakan (masak dimakan..).

Saya kembali duduk di tempat semula. Sambil sesekali ngebul (meniup asap keluar dari mulut) mata saya melirik ke arah lilin di atas meja.

Terngiang ucapan seorang teman "...nah seperti lilin itulah hakekatnya..".

Seekor tikus tiba-tiba jatuh. Lalu saya tanya "batang lilin itu, lilin apa bukan?"
"Dasar tukang becak gemblung. Gitu saja tanya. Batang lilin itu ya jelas lilin lah... masak gethuk!", jawabnya pedas, sambil beranjak pergi.

Saya cuman garuk-garuk kepala, "masak saya dikatain gemblung sama tikus.." gerutu saya dalam hati.

Sepuluh menit berlalu, sampai akhirnya ada seekor ular sawah masuk dari sela-sela pintu. Sebelum berlari ketakutan melihatku, aku tanyai dia, "woe.. api lilin itu lilin bukan?"
"Wong edan, masak api di bilang lilin! Mending pergi daripada ikut gila.." jawabnya ketus, sambil merayap pergi.

Sekali lagi saya garuk-garuk kepala, "masak saya dikatain wong edan sama ular..".
Belum habis rasa penasaran saya, kucing saya datang menjilat-jilat, minta makan. Saya tahu kebiasaannya, seperti itu. Saya tidak segera beranjak, dan meluncurlah pertanyaan saya:

"Pus, asap dari api lilin itu apa lilin?"
"Meoong.., selamat tinggal tuan. saya akan cari majikan baru yang lebih waras saja. Asap lilin dibilang lilin...!" ujarnya sambil geleng-geleng kepala dan seraya pergi menahan lapar...

Kurang asem, masa saya dibilang ndak waras sama piaraan sendiri... Tiba-tiba listrik menyala.
"Nah gini dong, jadi kelihatan semua..."

Ternyata memang bener, terang yang tidak usah didefinisikan itu jauh lebih indah daripada sibuk mencari definisi...

Lha, terus hubungannya sama manfaat merokok??? Entahlah, ada yang bisa bantu menjelaskan???

wkwkwk...
bro, ente itu penulis yh?
gaya bahasa na itu lho...
deskriptif bgt...
ane yg baca ampe ikutan kebawa suasana...
ckckck...
pernah bikin buku judul apa bro?

Gak_Mau_DiSembah wrote:wkwkwk...
bro, ente itu penulis yh?
gaya bahasa na itu lho...
deskriptif bgt...
ane yg baca ampe ikutan kebawa suasana...
ckckck...
pernah bikin buku judul apa bro?

saya bukan penulis. saya cuman tukang becak, yang kebetulan pernah sekolah dan belajar nulis.

Wah, ini semacam teka teki ya ?

agus wrote:Wah, ini semacam teka teki ya ?

bukan teka-teki, tapi sebenarnya memang beginilah gaya bahasa saya. menulis dengan bahasa begini rasanya bagi saya lebih pas.

mistik6666 wrote:Malam sudah sepi. Cipratan hujan yang sejak sore berkunjung menjadi tamu tak diundang di lantai ruang tamu..

Singkat cerita, tiba-tiba listrik padam. Karena tidak ada senter, saya berjalan lambat dan meraba-raba tempat dimana saya biasa meletakkan lilin. Setelah ketemu, tentu saja lilin tersebut saya nyalakan (masak dimakan..).

Saya kembali duduk di tempat semula. Sambil sesekali ngebul (meniup asap keluar dari mulut) mata saya melirik ke arah lilin di atas meja.

Terngiang ucapan seorang teman "...nah seperti lilin itulah hakekatnya..".

Seekor tikus tiba-tiba jatuh. Lalu saya tanya "batang lilin itu, lilin apa bukan?"
"Dasar tukang becak gemblung. Gitu saja tanya. Batang lilin itu ya jelas lilin lah... masak gethuk!", jawabnya pedas, sambil beranjak pergi.

Saya cuman garuk-garuk kepala, "masak saya dikatain gemblung sama tikus.." gerutu saya dalam hati.

Sepuluh menit berlalu, sampai akhirnya ada seekor ular sawah masuk dari sela-sela pintu. Sebelum berlari ketakutan melihatku, aku tanyai dia, "woe.. api lilin itu lilin bukan?"
"Wong edan, masak api di bilang lilin! Mending pergi daripada ikut gila.." jawabnya ketus, sambil merayap pergi.

Sekali lagi saya garuk-garuk kepala, "masak saya dikatain wong edan sama ular..".
Belum habis rasa penasaran saya, kucing saya datang menjilat-jilat, minta makan. Saya tahu kebiasaannya, seperti itu. Saya tidak segera beranjak, dan meluncurlah pertanyaan saya:

"Pus, asap dari api lilin itu apa lilin?"
"Meoong.., selamat tinggal tuan. saya akan cari majikan baru yang lebih waras saja. Asap lilin dibilang lilin...!" ujarnya sambil geleng-geleng kepala dan seraya pergi menahan lapar...

Kurang asem, masa saya dibilang ndak waras sama piaraan sendiri... Tiba-tiba listrik menyala.
"Nah gini dong, jadi kelihatan semua..."

Ternyata memang bener, terang yang tidak usah didefinisikan itu jauh lebih indah daripada sibuk mencari definisi...

Lha, terus hubungannya sama manfaat merokok??? Entahlah, ada yang bisa bantu menjelaskan???

Bro..apa tulisan anda ini membutuhkan jawaban, atau hanya sekedar sebuah tulisan dengan pertanyaan yg tidak membutuhkan jawaban..?(artinya, jawaban tergantung pribadi msing2)

tp mantap Bro..

BOTELHEM wrote:
Bro..apa tulisan anda ini membutuhkan jawaban, atau hanya sekedar sebuah tulisan dengan pertanyaan yg tidak membutuhkan jawaban..?(artinya, jawaban tergantung pribadi msing2)

tp mantap Bro..

kalau itu sih terserah yang baca saja. mau komentar silahkan, sekedar baca ya silahkan.

tunggu episode berikutnya.

ngak tau mau tulis apa....cuma heran dan bengong liat teknologi....