MUSUH SEJATI ISRAIL, BERASAL BANGSA YAHUDI SENDIRI, BUKAN YANG LAIN

“Israel harus sangat berhati-hati soal ini, agar tidak terulang lagi holocaust dan pembantaian,” demikian dinyatakan oleh Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, saat berpidato di depan Kongres AS, Selasa malam (23/5). Dalam pidatonya yang berapi-api itu, Netanyahu menegaskan sikap Israel terhadap perdamaian di Timur Tengah.

Menyaksikan tingkah Israil dalam menyikapi setiap tawaran perdamaian, bahkan dari sabahat karibnya sendiri Presiden AS,Obama, beberapa hari lalu yang mengajak agar Israil kembali ke perbatasan 1967, sebenarnya sudah dapat diterka arahnya, yaitu Pertunjukan Kekuatan Militer. Keangkuhan tersebut jelas dominan dalam setiap usaha perundingan, baik secara langsung dengan Palestina, maupun melibatkan pihak ketiga. Israil selalu tidak terima jika kemenangannya dalam setiap perang di Timur Tengah dengan kehebatannya memperluas wilayah kekuasaannya, akan mengurangi luas wilayahnya.

Sehebat apapun militer Israil, zaman sudah berubah dan mau tidak mau, kondisi sebelum 1967 dengan sekarang ini juga tidak sama. Kekuatan militer saat ini sudah bukan lagi dimonopoli oleh Amerika Serikat saja, tetapi banyak negara, meskipun tidak memiliki senjata nuklir sekalipun. Kekuatan zaman ini bukan kekuatan militer tetapi keberanian dalam menegakkan pendiriannya.

Fatah dan Hamas yang sudah sepakat membentuk pemerintahan baru, juga didasari bahwa kekuatan militer bukan penentu dalam percaturan dunia. Kekuatan sesungguhnya adalah rasa kemanusiaan.

Menyinggung sikap Israil yang terkesan paranoid, bahwa jika kekuatan militer Palestina diperbolehkan wujud dan tumbuh lebih cepat dengan adanya perdamaian, seharusnya Israil bercermin dari sejarah masa lampaunya sendiri.

Catatan sejarah, musuh dan pelakon sejarah yang sudah menindas bangsa yahudi, yang paling kejam bukanlah berasal dari bangsa lain. Pada saat menyebut kata “Holocaust” di depan Kongres AS selasa malam itu, Netanyahu lupa bahwa Nazi yang menjadi pemeran utama dalam tragedy Holocaust adalah dipimpin oleh manusia berbangsa Yahudi. Jadi seharusnya kekhawatiran tidak ditujukan kepada bangsa Palestina, maupun Negara timur tengah lainnya, tetapi kepada bangsanya sendiri,yaitu Yahudi, karena dari Yahudilah telah lahir Adolf Hitler yang sudah terbukti membantai lebih dari 6 juta umat Yahudi di masa lampau.

Lebih luas, selayaknya Israil perlu tidak paranoid dengan dunia Islam, termasuk Indonesia dan Palestina, sebab Palestina dan Indonesia yang mayoritas umat Islam, tidak akan dan tidak mungkin melakukan pembantaian terhadap bangsa Yahudi, sejahat apapun Bangsa Yahudi terhadap Umat Islam..

Sumber :

http://id.berita.yahoo.com/netanyahu-pidato-di-depan-kongres-bilang-israel-tolak-164235654.html

agus wrote:

“Israel harus sangat berhati-hati soal ini, agar tidak terulang lagi holocaust dan pembantaian,” demikian dinyatakan oleh Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, saat berpidato di depan Kongres AS, Selasa malam (23/5). Dalam pidatonya yang berapi-api itu, Netanyahu menegaskan sikap Israel terhadap perdamaian di Timur Tengah.

Menyaksikan tingkah Israil dalam menyikapi setiap tawaran perdamaian, bahkan dari sabahat karibnya sendiri Presiden AS,Obama, beberapa hari lalu yang mengajak agar Israil kembali ke perbatasan 1967, sebenarnya sudah dapat diterka arahnya, yaitu Pertunjukan Kekuatan Militer. Keangkuhan tersebut jelas dominan dalam setiap usaha perundingan, baik secara langsung dengan Palestina, maupun melibatkan pihak ketiga. Israil selalu tidak terima jika kemenangannya dalam setiap perang di Timur Tengah dengan kehebatannya memperluas wilayah kekuasaannya, akan mengurangi luas wilayahnya.

Sehebat apapun militer Israil, zaman sudah berubah dan mau tidak mau, kondisi sebelum 1967 dengan sekarang ini juga tidak sama. Kekuatan militer saat ini sudah bukan lagi dimonopoli oleh Amerika Serikat saja, tetapi banyak negara, meskipun tidak memiliki senjata nuklir sekalipun. Kekuatan zaman ini bukan kekuatan militer tetapi keberanian dalam menegakkan pendiriannya.

Fatah dan Hamas yang sudah sepakat membentuk pemerintahan baru, juga didasari bahwa kekuatan militer bukan penentu dalam percaturan dunia. Kekuatan sesungguhnya adalah rasa kemanusiaan.

Menyinggung sikap Israil yang terkesan paranoid, bahwa jika kekuatan militer Palestina diperbolehkan wujud dan tumbuh lebih cepat dengan adanya perdamaian, seharusnya Israil bercermin dari sejarah masa lampaunya sendiri.

Catatan sejarah, musuh dan pelakon sejarah yang sudah menindas bangsa yahudi, yang paling kejam bukanlah berasal dari bangsa lain. Pada saat menyebut kata “Holocaust” di depan Kongres AS selasa malam itu, Netanyahu lupa bahwa Nazi yang menjadi pemeran utama dalam tragedy Holocaust adalah dipimpin oleh manusia berbangsa Yahudi. Jadi seharusnya kekhawatiran tidak ditujukan kepada bangsa Palestina, maupun Negara timur tengah lainnya, tetapi kepada bangsanya sendiri,yaitu Yahudi, karena dari Yahudilah telah lahir Adolf Hitler yang sudah terbukti membantai lebih dari 6 juta umat Yahudi di masa lampau.

Lebih luas, selayaknya Israil perlu tidak paranoid dengan dunia Islam, termasuk Indonesia dan Palestina, sebab Palestina dan Indonesia yang mayoritas umat Islam, tidak akan dan tidak mungkin melakukan pembantaian terhadap bangsa Yahudi, sejahat apapun Bangsa Yahudi terhadap Umat Islam..

Sumber :

http://id.berita.yahoo.com/netanyahu-pidato-di-depan-kongres-bilang-israel-tolak-164235654.html

ya itulah yahudi bangsa pembunuh nabi2......