Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 84 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 84 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Identitas
Page 1 of 1
Identitas
Identitas
Tadi, seorang temanku menuliskan beberapa hal mengenai identitas. Dalam kasus ini mungkin bisa dianggap sebagai kebangsaan atau tanah air, atau... whatever! Masalah klise bagi keturunan kaum pengembara (jika tak ingin disebut pelarian) seperti kami. Kurasa aku dikelilingi banyak orang yang terjebak dengan masalah ini. Sebagian mati-matian membanggakan negara leluhurnya, yang secara hukum sah jelas bukan negaranya. Sebagian lagi mati-matian mengatakan cinta pada negara tempat tinggalnya, yang sudah jelas dan pasti bukan negara asal nenek moyangnya.
Baik itu Sungai Kuning ataupun Sungai Brantas, Gunung Kunlun ataupun Gunung Bromo, apa sebenarnya yang diperebutkan? Apa yang diinginkan? Apakah kita ini milik tanah air, ataukah tanah air yang milik kita? Kau tidak akan menjadi pujangga hanya karena pernah ada seseorang bernama Li Bai yang hidup di negara asal kakekmu. Begitu pula, kau juga tidak akan menjadi binatang hanya karena menginjak tanah yang pernah diinjak oleh kaum pemerkosa. Apa relevansinya jika seseorang yang dipanggil Qin Shi Huang itu pernah memerintahkan pembangunan tembok besar? Ia bahkan tak pernah bertukar sajak apalagi bercinta dengan nenek buyutku. Dan demi langit, aku bahkan belum lahir saat kakekku (entah mengapa) berlayar ke tanah ini. Selembar kartu bertuliskan nama dan nomor identitas yang terselip dalam dompetmu sama sekali tidak mencerminkan isi otak ataupun sifatmu. Mereka bilang, paspor hijau hanya beberapa juta rupiah saja harganya. Kartu identitas People's Republic of China juga bukan tak bisa dibeli (walau mungkin magnetnya tak bisa berfungsi kalau cuma bajakan). Green card America atau pindah jadi kewarganegaraan Jepang, semua itu juga bukan hal yang tak mungkin.
Suatu ketika, seseorang pernah bertanya, orang manakah aku? Kubilang, aku bukan orang manapun. Aku adalah aku, dan hanyalah aku. Aku bahkan bukan anak dari orang tuaku, bagaimana mungkin aku bisa memiliki bangsa? Jika kau bilang aku adalah anak hilang, maka kubilang aku adalah jiwa yang bebas. Jika kau bilang aku adalah pengkhianat, maka kukatakan kau adalah penjahat yang ingin merebut identitas individual ku. Tentu saja, aku juga tak cukup tebal muka untuk mengklaim jasa seluruh pahlawan yang namanya tercantum pada buku tebal 5000 tahun sejarah tanah leluhurku. Kebanggaanku tak hanya berasal dari orang lain. Dan tak seharusnya berasal dari orang lain.
Begitupun, aku tahu dengan jelas bahwa aku hidup di dunia yang terlalu berwarna. Tak mungkin mengubah jalan pemikiran semua orang menjadi sepertiku. Dan jika memang ada (kutahu pasti pernah ada dan masih akan ada) yang mempertanyakan, membeda-bedakan, ataupun mempermasalahkan warna kulit atau wajahku, maka dengan sangat menyesal kukatakan, ia tak dapat mencabut darah yang mengalir dalam tubuhku. Apa yang bisa direbut? Apa yang perlu dipertahankan? Mereka bisa memanggilku dengan seribu nama, bahkan mengecapkan gambar burung dengan besi panas di atas jidatku. Namun apa mereka bisa mencabut darahku? Dan sekalipun mereka menyayat nadiku dan mengeringkan jasadku, bukankah cairan amis berwarna merah itu tetap tidak berasal dari tanah mereka?
Jadi, identitas apa yang perlu dipertanyakan atau dibingungkan? Bukankah ini adalah hal yang sudah jelas pasti tak terbantahkan, seperti setting pabrik yang sudah default dan tak bisa diprogam ulang? Mau apa? Bisa apa? Dan untuk apa?
Tadi, seorang temanku menuliskan beberapa hal mengenai identitas. Dalam kasus ini mungkin bisa dianggap sebagai kebangsaan atau tanah air, atau... whatever! Masalah klise bagi keturunan kaum pengembara (jika tak ingin disebut pelarian) seperti kami. Kurasa aku dikelilingi banyak orang yang terjebak dengan masalah ini. Sebagian mati-matian membanggakan negara leluhurnya, yang secara hukum sah jelas bukan negaranya. Sebagian lagi mati-matian mengatakan cinta pada negara tempat tinggalnya, yang sudah jelas dan pasti bukan negara asal nenek moyangnya.
Baik itu Sungai Kuning ataupun Sungai Brantas, Gunung Kunlun ataupun Gunung Bromo, apa sebenarnya yang diperebutkan? Apa yang diinginkan? Apakah kita ini milik tanah air, ataukah tanah air yang milik kita? Kau tidak akan menjadi pujangga hanya karena pernah ada seseorang bernama Li Bai yang hidup di negara asal kakekmu. Begitu pula, kau juga tidak akan menjadi binatang hanya karena menginjak tanah yang pernah diinjak oleh kaum pemerkosa. Apa relevansinya jika seseorang yang dipanggil Qin Shi Huang itu pernah memerintahkan pembangunan tembok besar? Ia bahkan tak pernah bertukar sajak apalagi bercinta dengan nenek buyutku. Dan demi langit, aku bahkan belum lahir saat kakekku (entah mengapa) berlayar ke tanah ini. Selembar kartu bertuliskan nama dan nomor identitas yang terselip dalam dompetmu sama sekali tidak mencerminkan isi otak ataupun sifatmu. Mereka bilang, paspor hijau hanya beberapa juta rupiah saja harganya. Kartu identitas People's Republic of China juga bukan tak bisa dibeli (walau mungkin magnetnya tak bisa berfungsi kalau cuma bajakan). Green card America atau pindah jadi kewarganegaraan Jepang, semua itu juga bukan hal yang tak mungkin.
Suatu ketika, seseorang pernah bertanya, orang manakah aku? Kubilang, aku bukan orang manapun. Aku adalah aku, dan hanyalah aku. Aku bahkan bukan anak dari orang tuaku, bagaimana mungkin aku bisa memiliki bangsa? Jika kau bilang aku adalah anak hilang, maka kubilang aku adalah jiwa yang bebas. Jika kau bilang aku adalah pengkhianat, maka kukatakan kau adalah penjahat yang ingin merebut identitas individual ku. Tentu saja, aku juga tak cukup tebal muka untuk mengklaim jasa seluruh pahlawan yang namanya tercantum pada buku tebal 5000 tahun sejarah tanah leluhurku. Kebanggaanku tak hanya berasal dari orang lain. Dan tak seharusnya berasal dari orang lain.
Begitupun, aku tahu dengan jelas bahwa aku hidup di dunia yang terlalu berwarna. Tak mungkin mengubah jalan pemikiran semua orang menjadi sepertiku. Dan jika memang ada (kutahu pasti pernah ada dan masih akan ada) yang mempertanyakan, membeda-bedakan, ataupun mempermasalahkan warna kulit atau wajahku, maka dengan sangat menyesal kukatakan, ia tak dapat mencabut darah yang mengalir dalam tubuhku. Apa yang bisa direbut? Apa yang perlu dipertahankan? Mereka bisa memanggilku dengan seribu nama, bahkan mengecapkan gambar burung dengan besi panas di atas jidatku. Namun apa mereka bisa mencabut darahku? Dan sekalipun mereka menyayat nadiku dan mengeringkan jasadku, bukankah cairan amis berwarna merah itu tetap tidak berasal dari tanah mereka?
Jadi, identitas apa yang perlu dipertanyakan atau dibingungkan? Bukankah ini adalah hal yang sudah jelas pasti tak terbantahkan, seperti setting pabrik yang sudah default dan tak bisa diprogam ulang? Mau apa? Bisa apa? Dan untuk apa?
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN