Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 46 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 46 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Dusta Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam
2 posters
Page 1 of 1
Dusta Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam
Ini kesaksian berasal dari situs swaramuslim yang tak ubahnya tempat sampah, hahahahah
Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam Karena Shalat
Katagori : Journey to Islam
Oleh : Redaksi 11 Jul 2009 - 11:00 am
Seorang mualaf ibarat besi yang baru jadi. Saatnya Allah menempa kita dan menjadikannya sebilah pedang. Kalau tidak ditempa, tidak akan tajam.
Bagi Steven Indra Wibowo, agama adalah sebuah pilihan hidup. Seperti filosofi yang dianut oleh para leluhurnya, setiap pilihan inilah yang nantinya menjadi pegangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. ‘’Bagi saya, Islam adalah pegangan hidup,’’ ujar pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1981 ini kepada Republika.
Sebelum memutuskan memeluk Islam, Indra adalah seorang penganut Katolik yang taat. Ayahnya adalah salah seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia. Karena itu, tak mengherankan jika sang ayah menginginkan Indra kelak mengikuti jejaknya dengan menjadiseorang bruder (penyebar ajaran Katolik—Red).
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, sejak usia dini ia sudah digembleng untuk menjadi seorang bruder. Oleh sang ayah, Indra kecil kemudian dimasukkan ke sekolah khusus para calon bruder Pangudi Luhur di Ambarawa, Jawa Tengah. Hari-harinya ia habiskan di sekolah berasrama itu. Pendidikan kebruderan tersebut ia jalani hingga jenjang SMP. ‘’Setamat dari Pangudi Luhur, saya harus melanjutkan ke sebuah sekolah teologi SMA di bawah Yayasan Pangudi Luhur,’’ ujarnya.
Karena untuk menjadi seorang bruder, minimal harus memiliki ijazah diploma tiga (D3), selepas menamatkan pendidikan teologia di SMA tahun 1999, Indra didaftarkan ke Saint Michael’s College di Worcestershire, Inggris, yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik. Di negeri Ratu Elizabeth itu, pria yang kini menjabat sebagai sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) ini mengambil jurusan Islamologi.
Selama menempuh pendidikan di Saint Michael’s College ini, Indra mempelajari mengenai hadis dalam ajaran Islam. ‘’Intinya, kita mempelajari hadis dan riwayatnya itu untuk mencari celah agar orang Muslim percaya, bahwa apa yang diajarkan dalam agama mereka tidak benar. Memang kita disiapkan untuk menjadi seorang penginjil atau misionaris,’’ paparnya. Bahkan, untuk mengemban tugas sebagai seorang penginjil, ia harus melakoni prosesi disumpah tidak boleh menikah dan harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan.
Namun, seiring dengan aktivitasnya sebagai seorang penginjil, justru mulai timbul keraguan dalam dirinya atas apa yang ia pelajari selama ini. Apa yang dipelajarinya, bertolak belakang dengan buku-buku yang ia temui di toko-toko buku. Hingga akhirnya, suatu hari tatkala mendatangi sebuah toko buku ternama di Jakarta, ia menemukan sebuah buku karangan Imam Ghazali. Buku yang mengulas mengenai hadis dan sejarah periwayatannya itu cukup menarik perhatiannya.
Dari semula hanya sekadar iseng membaca gratis sambil berdiri di toko buku tersebut, Indra akhirnya memutuskan untuk membelinya. ‘’Setelah saya baca dan pelajari buku tersebut, ternyata banyak referensi dan penjelasan mengenai hadis yang diriwa -yatkan oleh Bukhari dan Muslim. Akhirnya, saya juga memutuskan untuk membeli buku kumpulan hadis-hadis Bukhari dan Muslim,’’ kata dia.
Berawal dari sinilah, Indra mulai mengetahui bahwa hadishadis yang selama ini dipelajarinya di Saint Michael’s College, ternyata tidak diakui oleh umat Islam sendiri. ‘’Hadis-hadis yang saya pelajari tersebut ternyata maudhu’ (palsu). Dari sana, kemudian saya mulai mencari-cari hadis yang sahih,’’ tukasnya.''
Dari Katedral ke Istiqlal
Keinginan Indra untuk mempelajari ajaran Islam, tak hanya sampai di situ. Di sela-sela tugasnya sebagai seorang penganut Katolik, diam-diam Indra mulai mempelajari gerakan shalat. Kegiatan belajar shalat itu ia lakukan selepas menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral, Jakarta. Tak ada yang mengetahui kegiatan ‘mengintipnya’ itu, kecuali seorang adik laki-lakinya. Namun, sang adik diam saja atas perilakunya itu.
‘’Ketika waktu shalat zuhur datang dan azan berkumandang dari seberang (Masjid Istiqlal—Red), kalung salib saya masukkan ke dalam baju, sepatu saya lepas dan titipkan. Kemudian, saya pinjam sandal tukang sapu kebun di Katedral. Setelah habis shalat, saya balik lagi mengenakan kalung salib dan kembali ke Katedral,’’ paparnya.
Aktivitasnya yang ‘konyol’ di mata sang adik itu, ia lakoni selama dua bulan. Dan, berkat kerja sama sang adik pula, tindakan yang ia lakukan tersebut tidak sampai ketahuan oleh ayahnya. Dari situ, lanjut Indra, ia baru sebatas mengetahui orang Islam itu shalat empat rakaat dan selama shalat diam semua. Tahap berikutnya, ayah satu orang putri ini mulai belajar shalat maghrib di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Ketika itu, ia beserta keluarganya tinggal di wilayah tersebut.
‘’Dari situ, saya mulai mengetahui ternyata ada juga shalat yang bacaannya keras. Kemudian, saya mulai mempelajari shalat-shalat apa saja yang bacaannya dikeraskan dan tidak.’’ Setelah belajar shalat zuhur dan maghrib, ia melanjutkan dengan shalat isya, subuh, dan ashar. Kesemua gerakan dan bacaan shalat lima waktu tersebut ia pelajari secara otodidak, yakni dengan cara mengikuti apa yang dilakukan oleh jamaah shalat. Sampai tata cara berwudhu pun, menurut penuturannya, ia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh para jamaah shalat.
‘’Saya lihat orang berwudhu, ingat-ingat gerakannya, baru setelah sepi saya mempraktikkannya. Dan, Alhamdulillah dalam waktu seminggu saya sudah bisa hafal gerakan berwu -dhu. Begitu juga, dengan gerakan shalat dan bacaannya. Saya melihat gerakan imam dan mendengar bacaannya sambil berusaha mengingat dan menghafalnya,’’ terang Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga), sebuah lembaga yang mewadahi silahturahim, informasi, konsultasi, dan pembinaan agama Islam.
Untuk memperdalam pengetahuannya mengenai tata cara ibadah shalat, Indra pun mencoba mencari tahu arti dan makna dari setiap gerakan serta bacaan dalam shalat, melalui buku-buku panduan shalat yang harganya relatif murah. Melalui shalat ini, ungkap Indra, ia menemukan suatu ibadah yang lebih bermakna, lebih dari hanya sekadar duduk, kemudian mendengarkan orang ceramah dan kadang sambil tertidur, akhirnya tidak dapat apa-apa dan hampa.
‘’Ibaratnya sebuah bola bowling, tampak di permukaan luar -nya keras dan kokoh, tetapi di dalamnya kosong. Berbeda de ngan ibadah shalat yang ibaratnya sebuah kelereng kecil, wa lau pun kecil, di dalamnya padat. Saya lebih memilih menjadi se buah kelereng kecil daripada bola bowling tersebut,’’ ujar nya mengumpamakan ibadah yang pernah ia lakoni sebelum menjadi Muslim dan sesudahnya.
Tujuh jahitan
Setelah merasa mantap, Indra pun memutuskan untuk masuk Islam dengan dibantu oleh seorang temannya di Serang, Banten. Peristiwa itu terjadi sebelum datangnya bulan Ramadhan di tahun 2000. Keislamannya ini, kata dia, baru diketahui oleh kedua orang tuanya setelah ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Kabar mengenai keislamannya ini diketahui orang tuanya dari para rekan bisnis sang ayah.
Karena mungkin pada waktu itu, papa saya sedang mengerjakan proyek pembangunan resort di wilayah Muara Karang dan Pluit, makanya papa punya banyak kenalan dan teman. Dan, mungkin orang-orang itu sering melihat saya datang ke masjid dan mengenakan peci, makanya dilaporkan ke papa, kenangnya. Ayahnya pun memutuskan untuk mengirim orang untuk memata-matai setiap aktivitas Indra sehari-hari. Setelah ada bukti nyata, ia kemudian dipanggil dan disidang oleh ayahnya. Saya beri penjelasan kepada beliau bahwa Islam itu bagi saya adalah pegangan hidup.
Di hadapan ayahnya, Indra mengatakan bahwa selama menjalani pendidikan calon bruder, dirinya mendapatkan kenyataan bahwa pastur yang selama ini ia hormati ternyata melakukan perbuatan asusila terhadap para suster. Demikian juga, dengan para frater yang menghamili siswinya dan para bruder yang menjadi homo. Ibaratnya saya pegangan ke sebuah pohon yang rantingranting daunnya pada patah, dan saya rasa pohon itu sudah mau tumbang kalau diterpa angin. Sampai akhirnya, saya ketemu dengan sebatang bambu kecil, yang tidak akan patah meski diterpa angin.
Seakan tidak terima dengan penjelasan sang anak, ayahnya pun menampar Indra hingga kepalanya terbentur ke kaca. Beruntung saat kejadian tersebut sang ibu langsung membawa Indra ke Rumah Sakit Atmajaya. Sebagai akibatnya, ia mendapatkan tujuh jahitan di bagian dahinya. Kendati begitu, ibunya tetap tidak bisa menerima keputusan putra pertamanya tersebut.
Tidak hanya mendapatkan tujuh jahitan, oleh ayahnya kemudian Indra diusir setelah dipaksa harus menandatangani surat pernyataan di hadapan notaris, mengenai pelepasan haknya seba gai salah satu pewaris dalam keluarga. Saya tidak boleh menerima semua fasilitas keluarga yang menjadi hak saya,ujarnya. Meski hidup dengan penuh cobaan, ungkap Indra, masih ada Allah SWT yang menyayanginya dan membukakan pintu rezeki untuknya. Salah satunya, proposal pengajuan beasiswa yang ia sampaikan ke Universitas Bina Nusantara (Binus) disetujui. Di Binus juga, ia mempunyai waktu luang dan kesempatan untuk menyampaikan syiar Islam, baik melalui forumforum pengajian maupun internet.
Karena itu, saya melihat mualaf itu ibaratnya sebuah besi yang baru jadi. Jadi, saatnya Allah menempa kita dan menjadikannya sebilah pedang. Jadi, kalau tidak ditempa, tidak akan tajam, katanya. nidia zuraya (RioL)
Biodata
Nama : Indra Wibowo
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1981
Masuk Islam : 2000
Status : Menikah dan mempunyai satu orang putri
Pendidikan Akhir : Sarjana (S1) Komunikasi Universitas Padjadjaran
Aktivitas :
- Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
- Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga)
Perhatikan yang warna Biru, bagi yang mengerti silahkan komentari
Bok kalo ngarang cerita itu yang masuk akal dikit kenapa. Dasar Otak muslim ditaruh
Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam Karena Shalat
Katagori : Journey to Islam
Oleh : Redaksi 11 Jul 2009 - 11:00 am
Seorang mualaf ibarat besi yang baru jadi. Saatnya Allah menempa kita dan menjadikannya sebilah pedang. Kalau tidak ditempa, tidak akan tajam.
Bagi Steven Indra Wibowo, agama adalah sebuah pilihan hidup. Seperti filosofi yang dianut oleh para leluhurnya, setiap pilihan inilah yang nantinya menjadi pegangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. ‘’Bagi saya, Islam adalah pegangan hidup,’’ ujar pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1981 ini kepada Republika.
Sebelum memutuskan memeluk Islam, Indra adalah seorang penganut Katolik yang taat. Ayahnya adalah salah seorang aktivis di GKI (Gereja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel. Di kalangan para aktivis GKI dan Gereja Bethel, ayahnya bertugas sebagai pencari dana di luar negeri bagi pembangunan gereja-gereja di Indonesia. Karena itu, tak mengherankan jika sang ayah menginginkan Indra kelak mengikuti jejaknya dengan menjadiseorang bruder (penyebar ajaran Katolik—Red).
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, sejak usia dini ia sudah digembleng untuk menjadi seorang bruder. Oleh sang ayah, Indra kecil kemudian dimasukkan ke sekolah khusus para calon bruder Pangudi Luhur di Ambarawa, Jawa Tengah. Hari-harinya ia habiskan di sekolah berasrama itu. Pendidikan kebruderan tersebut ia jalani hingga jenjang SMP. ‘’Setamat dari Pangudi Luhur, saya harus melanjutkan ke sebuah sekolah teologi SMA di bawah Yayasan Pangudi Luhur,’’ ujarnya.
Karena untuk menjadi seorang bruder, minimal harus memiliki ijazah diploma tiga (D3), selepas menamatkan pendidikan teologia di SMA tahun 1999, Indra didaftarkan ke Saint Michael’s College di Worcestershire, Inggris, yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik. Di negeri Ratu Elizabeth itu, pria yang kini menjabat sebagai sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) ini mengambil jurusan Islamologi.
Selama menempuh pendidikan di Saint Michael’s College ini, Indra mempelajari mengenai hadis dalam ajaran Islam. ‘’Intinya, kita mempelajari hadis dan riwayatnya itu untuk mencari celah agar orang Muslim percaya, bahwa apa yang diajarkan dalam agama mereka tidak benar. Memang kita disiapkan untuk menjadi seorang penginjil atau misionaris,’’ paparnya. Bahkan, untuk mengemban tugas sebagai seorang penginjil, ia harus melakoni prosesi disumpah tidak boleh menikah dan harus mengabdikan seluruh hidupnya untuk Tuhan.
Namun, seiring dengan aktivitasnya sebagai seorang penginjil, justru mulai timbul keraguan dalam dirinya atas apa yang ia pelajari selama ini. Apa yang dipelajarinya, bertolak belakang dengan buku-buku yang ia temui di toko-toko buku. Hingga akhirnya, suatu hari tatkala mendatangi sebuah toko buku ternama di Jakarta, ia menemukan sebuah buku karangan Imam Ghazali. Buku yang mengulas mengenai hadis dan sejarah periwayatannya itu cukup menarik perhatiannya.
Dari semula hanya sekadar iseng membaca gratis sambil berdiri di toko buku tersebut, Indra akhirnya memutuskan untuk membelinya. ‘’Setelah saya baca dan pelajari buku tersebut, ternyata banyak referensi dan penjelasan mengenai hadis yang diriwa -yatkan oleh Bukhari dan Muslim. Akhirnya, saya juga memutuskan untuk membeli buku kumpulan hadis-hadis Bukhari dan Muslim,’’ kata dia.
Berawal dari sinilah, Indra mulai mengetahui bahwa hadishadis yang selama ini dipelajarinya di Saint Michael’s College, ternyata tidak diakui oleh umat Islam sendiri. ‘’Hadis-hadis yang saya pelajari tersebut ternyata maudhu’ (palsu). Dari sana, kemudian saya mulai mencari-cari hadis yang sahih,’’ tukasnya.''
Dari Katedral ke Istiqlal
Keinginan Indra untuk mempelajari ajaran Islam, tak hanya sampai di situ. Di sela-sela tugasnya sebagai seorang penganut Katolik, diam-diam Indra mulai mempelajari gerakan shalat. Kegiatan belajar shalat itu ia lakukan selepas menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral, Jakarta. Tak ada yang mengetahui kegiatan ‘mengintipnya’ itu, kecuali seorang adik laki-lakinya. Namun, sang adik diam saja atas perilakunya itu.
‘’Ketika waktu shalat zuhur datang dan azan berkumandang dari seberang (Masjid Istiqlal—Red), kalung salib saya masukkan ke dalam baju, sepatu saya lepas dan titipkan. Kemudian, saya pinjam sandal tukang sapu kebun di Katedral. Setelah habis shalat, saya balik lagi mengenakan kalung salib dan kembali ke Katedral,’’ paparnya.
Aktivitasnya yang ‘konyol’ di mata sang adik itu, ia lakoni selama dua bulan. Dan, berkat kerja sama sang adik pula, tindakan yang ia lakukan tersebut tidak sampai ketahuan oleh ayahnya. Dari situ, lanjut Indra, ia baru sebatas mengetahui orang Islam itu shalat empat rakaat dan selama shalat diam semua. Tahap berikutnya, ayah satu orang putri ini mulai belajar shalat maghrib di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Ketika itu, ia beserta keluarganya tinggal di wilayah tersebut.
‘’Dari situ, saya mulai mengetahui ternyata ada juga shalat yang bacaannya keras. Kemudian, saya mulai mempelajari shalat-shalat apa saja yang bacaannya dikeraskan dan tidak.’’ Setelah belajar shalat zuhur dan maghrib, ia melanjutkan dengan shalat isya, subuh, dan ashar. Kesemua gerakan dan bacaan shalat lima waktu tersebut ia pelajari secara otodidak, yakni dengan cara mengikuti apa yang dilakukan oleh jamaah shalat. Sampai tata cara berwudhu pun, menurut penuturannya, ia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh para jamaah shalat.
‘’Saya lihat orang berwudhu, ingat-ingat gerakannya, baru setelah sepi saya mempraktikkannya. Dan, Alhamdulillah dalam waktu seminggu saya sudah bisa hafal gerakan berwu -dhu. Begitu juga, dengan gerakan shalat dan bacaannya. Saya melihat gerakan imam dan mendengar bacaannya sambil berusaha mengingat dan menghafalnya,’’ terang Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga), sebuah lembaga yang mewadahi silahturahim, informasi, konsultasi, dan pembinaan agama Islam.
Untuk memperdalam pengetahuannya mengenai tata cara ibadah shalat, Indra pun mencoba mencari tahu arti dan makna dari setiap gerakan serta bacaan dalam shalat, melalui buku-buku panduan shalat yang harganya relatif murah. Melalui shalat ini, ungkap Indra, ia menemukan suatu ibadah yang lebih bermakna, lebih dari hanya sekadar duduk, kemudian mendengarkan orang ceramah dan kadang sambil tertidur, akhirnya tidak dapat apa-apa dan hampa.
‘’Ibaratnya sebuah bola bowling, tampak di permukaan luar -nya keras dan kokoh, tetapi di dalamnya kosong. Berbeda de ngan ibadah shalat yang ibaratnya sebuah kelereng kecil, wa lau pun kecil, di dalamnya padat. Saya lebih memilih menjadi se buah kelereng kecil daripada bola bowling tersebut,’’ ujar nya mengumpamakan ibadah yang pernah ia lakoni sebelum menjadi Muslim dan sesudahnya.
Tujuh jahitan
Setelah merasa mantap, Indra pun memutuskan untuk masuk Islam dengan dibantu oleh seorang temannya di Serang, Banten. Peristiwa itu terjadi sebelum datangnya bulan Ramadhan di tahun 2000. Keislamannya ini, kata dia, baru diketahui oleh kedua orang tuanya setelah ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Kabar mengenai keislamannya ini diketahui orang tuanya dari para rekan bisnis sang ayah.
Karena mungkin pada waktu itu, papa saya sedang mengerjakan proyek pembangunan resort di wilayah Muara Karang dan Pluit, makanya papa punya banyak kenalan dan teman. Dan, mungkin orang-orang itu sering melihat saya datang ke masjid dan mengenakan peci, makanya dilaporkan ke papa, kenangnya. Ayahnya pun memutuskan untuk mengirim orang untuk memata-matai setiap aktivitas Indra sehari-hari. Setelah ada bukti nyata, ia kemudian dipanggil dan disidang oleh ayahnya. Saya beri penjelasan kepada beliau bahwa Islam itu bagi saya adalah pegangan hidup.
Di hadapan ayahnya, Indra mengatakan bahwa selama menjalani pendidikan calon bruder, dirinya mendapatkan kenyataan bahwa pastur yang selama ini ia hormati ternyata melakukan perbuatan asusila terhadap para suster. Demikian juga, dengan para frater yang menghamili siswinya dan para bruder yang menjadi homo. Ibaratnya saya pegangan ke sebuah pohon yang rantingranting daunnya pada patah, dan saya rasa pohon itu sudah mau tumbang kalau diterpa angin. Sampai akhirnya, saya ketemu dengan sebatang bambu kecil, yang tidak akan patah meski diterpa angin.
Seakan tidak terima dengan penjelasan sang anak, ayahnya pun menampar Indra hingga kepalanya terbentur ke kaca. Beruntung saat kejadian tersebut sang ibu langsung membawa Indra ke Rumah Sakit Atmajaya. Sebagai akibatnya, ia mendapatkan tujuh jahitan di bagian dahinya. Kendati begitu, ibunya tetap tidak bisa menerima keputusan putra pertamanya tersebut.
Tidak hanya mendapatkan tujuh jahitan, oleh ayahnya kemudian Indra diusir setelah dipaksa harus menandatangani surat pernyataan di hadapan notaris, mengenai pelepasan haknya seba gai salah satu pewaris dalam keluarga. Saya tidak boleh menerima semua fasilitas keluarga yang menjadi hak saya,ujarnya. Meski hidup dengan penuh cobaan, ungkap Indra, masih ada Allah SWT yang menyayanginya dan membukakan pintu rezeki untuknya. Salah satunya, proposal pengajuan beasiswa yang ia sampaikan ke Universitas Bina Nusantara (Binus) disetujui. Di Binus juga, ia mempunyai waktu luang dan kesempatan untuk menyampaikan syiar Islam, baik melalui forumforum pengajian maupun internet.
Karena itu, saya melihat mualaf itu ibaratnya sebuah besi yang baru jadi. Jadi, saatnya Allah menempa kita dan menjadikannya sebilah pedang. Jadi, kalau tidak ditempa, tidak akan tajam, katanya. nidia zuraya (RioL)
Biodata
Nama : Indra Wibowo
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1981
Masuk Islam : 2000
Status : Menikah dan mempunyai satu orang putri
Pendidikan Akhir : Sarjana (S1) Komunikasi Universitas Padjadjaran
Aktivitas :
- Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
- Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga)
Perhatikan yang warna Biru, bagi yang mengerti silahkan komentari
Bok kalo ngarang cerita itu yang masuk akal dikit kenapa. Dasar Otak muslim ditaruh
Re: Dusta Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam
Hahahahaha...lelucon khas muslim. Mbok ya pinteran dikit to ya, mosok GKI dan GBI itu Katholik.
HOAX KHAS ISLAM
1. aktivis GBI sekaligus aktivis GKI (???)
2. ayah adalah aktivis GBI + GKI (???), sang anak diinginkan mengikuti jejaknya yaitu menjadi seorang bruder (???), sejak kapan aktivis GBI+GKI jadinya bruder?
3. SMA teologi (???)
4. pendidikan D3 di Saint Michael's diconvert ke pendidikan S1 Komunikasi Universitas Padjadjaran (???)
lucu nih buat ketawaan...
Ini fitnah dan karangan muslim yang digembar-gemborkan ke seantero dunia. Mereka sudah menyebarkan "cerita palsu" ini ke berbagai situs dan blog-situs dengan cara Copy-Paste sama persis (including: kesalahan-kekeliruannya).
[size=150]Alamat situs Islam[/size] wrote:
http://swaramuslim.net/islam/comments.p ... 78_0_4_0_C
http://www.hadielislam.com/indo/mereka- ... halat.html
http://www.republika.co.id/berita/60441
http://mualaf.com/kisah-a-pengalaman/mu ... ena-shalat
http://kotasantri.com/bilik/mualaf/2009 ... ena-shalat
http://milis-iqra.blogspot.com/2009/07/ ... islam.html
http://forum-swaramuslim.net/komentar/index-forum.php
http://swaramuslim.com/islam/weblog.php
http://epaper.republika.co.id/print/60441
http://azzamudin.wordpress.com/2009/07/ ... -umat-nya/
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=100919582
http://badrislam.blogspot.com/2009_07_06_archive.html
http://www.deyaboo.net/web-result/5/.:p ... lam:..html
http://berlian09.blogspot.com/2009_07_01_archive.html
http://bemuslim.blogspot.com/2009/04/ko ... putar.html
http://muslim-mualaf.blogspot.com/2009/ ... ancis.html
http://masnuhu.blogspot.com/
Kesempatan emas....
Ini adalah sarana kita bersama-sama untuk membuka kedok mereka ke hadapan publik Islam.
Menurut saya ini sudah merupakan bentuk kejahatan berupa "kebohongan publik" karena ada situs terkenal seperti Republika.online dan Kaskus.us ikut menyebarkan cerita busuk ini.
Dengan cerita-cerita model begini yang disebar-luaskan, tampak bahwa Islam sudah "mati daya" dan "hopeless". Satu orang menjadi mu'alaf maka seluruh dunia diberitakan. Ha.. ha..... ha....
Ada yang punya ide....? Saya pribadi mau coba masuk ke Kaskus dan Republika.Online untuk menyanggah kebenaran berita yang di-"copas" secara massal itu. Bung "I Want You", saya minta saran dan pencerahan dari Anda. Trim.
Ayo bersama-sama kita bongkar kejahatan terselubung model Islam ini di Indonesia.
HOAX KHAS ISLAM
1. aktivis GBI sekaligus aktivis GKI (???)
2. ayah adalah aktivis GBI + GKI (???), sang anak diinginkan mengikuti jejaknya yaitu menjadi seorang bruder (???), sejak kapan aktivis GBI+GKI jadinya bruder?
3. SMA teologi (???)
4. pendidikan D3 di Saint Michael's diconvert ke pendidikan S1 Komunikasi Universitas Padjadjaran (???)
lucu nih buat ketawaan...
Ini fitnah dan karangan muslim yang digembar-gemborkan ke seantero dunia. Mereka sudah menyebarkan "cerita palsu" ini ke berbagai situs dan blog-situs dengan cara Copy-Paste sama persis (including: kesalahan-kekeliruannya).
[size=150]Alamat situs Islam[/size] wrote:
http://swaramuslim.net/islam/comments.p ... 78_0_4_0_C
http://www.hadielislam.com/indo/mereka- ... halat.html
http://www.republika.co.id/berita/60441
http://mualaf.com/kisah-a-pengalaman/mu ... ena-shalat
http://kotasantri.com/bilik/mualaf/2009 ... ena-shalat
http://milis-iqra.blogspot.com/2009/07/ ... islam.html
http://forum-swaramuslim.net/komentar/index-forum.php
http://swaramuslim.com/islam/weblog.php
http://epaper.republika.co.id/print/60441
http://azzamudin.wordpress.com/2009/07/ ... -umat-nya/
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=100919582
http://badrislam.blogspot.com/2009_07_06_archive.html
http://www.deyaboo.net/web-result/5/.:p ... lam:..html
http://berlian09.blogspot.com/2009_07_01_archive.html
http://bemuslim.blogspot.com/2009/04/ko ... putar.html
http://muslim-mualaf.blogspot.com/2009/ ... ancis.html
http://masnuhu.blogspot.com/
Kesempatan emas....
Ini adalah sarana kita bersama-sama untuk membuka kedok mereka ke hadapan publik Islam.
Menurut saya ini sudah merupakan bentuk kejahatan berupa "kebohongan publik" karena ada situs terkenal seperti Republika.online dan Kaskus.us ikut menyebarkan cerita busuk ini.
Dengan cerita-cerita model begini yang disebar-luaskan, tampak bahwa Islam sudah "mati daya" dan "hopeless". Satu orang menjadi mu'alaf maka seluruh dunia diberitakan. Ha.. ha..... ha....
Ada yang punya ide....? Saya pribadi mau coba masuk ke Kaskus dan Republika.Online untuk menyanggah kebenaran berita yang di-"copas" secara massal itu. Bung "I Want You", saya minta saran dan pencerahan dari Anda. Trim.
Ayo bersama-sama kita bongkar kejahatan terselubung model Islam ini di Indonesia.
musyrikmurtadkafir- MURTADIN
-
Number of posts : 40
Reputation : -1
Points : 5489
Registration date : 2009-07-06
Re: Dusta Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam
Steven Indra wrote:Indra didaftarkan ke Saint Michael’s College di Worcestershire, Inggris,Yang ini bukan sekolahnya:
yaitu sebuah sekolah tinggi khusus Katolik. Di negeri Ratu Elizabeth
itu, pria yang kini menjabat sebagai sekretaris I Persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) ini mengambil jurusan Islamologi.
http://www.st-michaels.uk.com/
Ini sih sekolah sekuler dari SD sampe kejuruan atau junior college.
Gak ada kok jurusan Islamologi:
The A Level Programme (http://www.st-michaels.uk.com/a_level.php)
The
A level programme is a two year course with AS (advanced supplementary)
exams at the end of the first year and A2 exams at the end of the
second year.
Students normally study 3 or 4 subjects from the following options:
Maths or Private Study
Chemistry or Computing
Business Studies or Physics
Biology or Economics
GCSE Programme (http://www.st-michaels.uk.com/gcse_programme.php)
English
and Maths are compulsory; and five further subjects are chosen from ICT
(Information Communication Technology), Economics, Geography, Media
Studies, Art, Biology, Business Studies, Chemistry, Physics and
Spanish.
Jurusan Islamologi dari Hong Kong, kaleee...
Re: Dusta Steven Indra Dari Katedral ke Istiqlal Terpikat Islam
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, sejak
usia dini ia sudah digembleng untuk menjadi seorang bruder. Oleh sang
ayah, Indra kecil kemudian dimasukkan ke sekolah
khusus para calon bruder Pangudi Luhur di Ambarawa, Jawa Tengah.
Hari-harinya ia habiskan di sekolah berasrama itu. Pendidikan kebruderan
tersebut ia jalani hingga jenjang SMP. ‘’Setamat dari Pangudi Luhur, saya harus
melanjutkan ke sebuah sekolah teologi SMA di
bawah Yayasan Pangudi Luhur,’’ ujarnya.
Jadi sejak SD si Steven penipu ini sudah dididik menjadi
Bruder di Bruderan Pangudi Luhur Ambarawa hingga SMP, dan lanjut lagi ke SMA
Teologi Yayasan Pangudi Luhur.
Tujuh jahitan
Setelah merasa
mantap, Indra pun memutuskan untuk masuk Islam dengan dibantu oleh seorang
temannya di Serang, Banten. Peristiwa itu
terjadi sebelum datangnya bulan Ramadhan di tahun 2000. Keislamannya ini,
kata dia, baru diketahui oleh kedua orang tuanya setelah ia memutuskan untuk
kembali ke Jakarta. Kabar mengenai keislamannya ini diketahui orang tuanya dari
para rekan bisnis sang ayah.
Jadi si Steven ini telah menjadi budak kakek bandot
pedhopile Muhammad dengan menjadi muallaf, pada usia 19 tahun setelah dia lulus
dari pesantren Katholik jurusan Islamologi Saint Michael’s College di
Worcestershire, Inggris.
Tidak hanya mendapatkan tujuh jahitan, oleh ayahnya kemudian Indra diusir
setelah dipaksa harus menandatangani surat pernyataan di hadapan notaris,
mengenai pelepasan haknya seba gai salah satu pewaris dalam keluarga. Saya tidak boleh menerima semua fasilitas keluarga
yang menjadi hak saya,ujarnya. Meski hidup dengan penuh cobaan, ungkap
Indra, masih ada Allah SWT yang menyayanginya dan membukakan pintu rezeki
untuknya. Salah satunya, proposal pengajuan
beasiswa yang ia sampaikan ke Universitas Bina Nusantara (Binus)
disetujui. Di Binus juga, ia mempunyai waktu luang dan kesempatan untuk
menyampaikan syiar Islam, baik melalui forumforum pengajian maupun
internet.
Saya terharu
dengan kesaksiannya, ingin menetekkan air mata, menatap kebodohan si Steven
mengarang cerita, jadinya kamu lulusan mana sih? Sarjana (S1) Komunikasi
Universitas Padjadjaran, atau Binus?
Amit-amit deh jabang bayi, Islam
semakin kelihatan dunguk dan bodohnya.
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN