MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 69 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 69 Guests :: 3 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

4 posters

Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by pegasus Mon 31 May 2010, 9:00 am

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Formasi-salib-bekasi-1
Umat Kristiani Bekasi kembali berulah. Belum rampung kasus
penghinaan terhadap Islam oleh Blog Santo Bellarminus. Kembali,
provokasi dan tantangan perang dihembuskan umat kristiani di jantung
umat Islam Bekasi, masjid Agung Al-Barkah. Di sana, mereka membuat
formasi pedang salib dan mahkota paus. Bahkan salah seorang karyawan
masjid berusaha untuk dibaptis.
Aksi tersebut terjadi pada saat acara karnaval antinarkoba Bekasi
yang digelar dalam rangka Hari Pendidikan Nadional (Hardiknas) pada
Ahad (2/5/2010) kemarin. Sekitar pukul 8.30 pagi, ketika rombongan
melewati alun-alun, tepat di masjid Al-Barkah, beberapa peserta
karnaval berbuat ulah, padahal di dalam masjid sedang dilantunkan
tilawah Al-Qur’an. Lima belas orang peserta karnaval berdandan
kristiani memasuki pelataran masjid. Tepat di depan pintu utama masjid,
mereka berbaris menghadap kiblat membentuk formasi “Mahkota Paus dan
Salib.”
Orang paling depan, seorang laki-laki dari etnis China membawa
replika Tiara (mahkota) Paus berwarna ungu. Mahkota paus itu diletakkan
di atas talam yang dihiasi dengan kain beludru warna ungu. Orang kedua
yang berdiri di belakangnya mengacungkan tongkat ke atas. Di
belakangnya lagi, seorang berpakaian ala tentara Romawi, menyilangkan
pedang imitasi berwarna putih. Gabungan antara tongkat dan pedang itu
membentuk tanda salib.
Perbuatan umat Kristiani tersebut sangat menyakiti hati umat Islam.
Sebenarnya cukup penghinaan mereka di dunia maya dijadikan alasan untuk
berjihad. Ditambah lagi ini, tempat suci umat muslim dihina
kehormatannya dengan dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota
paus yang seolah-olah mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat
Islam tersebut akan menjadi tempat penyembahan Yesus.
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli
dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata,
“bohong kamu.” Beliau menjawab, “dia harus dibunuh, oleh karena dia
telah mencerca.”
Bila dibandingkan, kejadian penghinaan dan penghujatan orang kafir
di Bekasi tentunya itu jauh lebih dahsyat daripada apa yang ditanyakan
kepada Imam Ahmad di atas.
Tempat suci umat muslim dihina kehormatannya dengan
dipamerkan aksi membuat simbol salib dan mahkota paus yang seolah-olah
mengisyaratkan sebentar lagi tempat suci umat Islam tersebut akan
menjadi tempat penyembahan Yesus.
Toleransi yang Diajarkan Islam
Islam membolehkan, bahkan menganjurkan kepada pemeluknya untuk
berbuat baik dan berlaku adil kepada orang kafir, seperti membantu
urusan mereka, menyambung tali silaturahim, saling membagi makanan, dan
lainnya. Tapi dengan syarat, selama mereka tidak memerangi agama Allah
dan tidak mengusir umat Islam dari negeri mereka.
Namun apabila orang kafir sudah berani menghina Allah, Rasul-Nya,
dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama mereka, dan
mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh
berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus
mengumandangkan permusuhan terhadap mereka. Allah Ta’ala berfirman:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ
فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ
وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ
وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ
تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama
dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang dzalim.
” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Apabila orang kafir sudah berani menghina Allah,
Rasul-Nya, dan ajaran Islam; memerangi kaum muslimin karena agama
mereka, dan mengusirnya dari negeri mereka, maka umat Islam tidak boleh
berbaik-baik dan bermuka manis kepada mereka, sebaliknya harus
mengumandangkan permusuhan terhadap mereka.
Apa yang Harus Dilakukan Umat Islam
Jika orang kafir sudah berani menghina Islam dan syiar-syiar
(simbol-simbol)-nya, berarti mereka mengumandangkan perang terhadap
kaum muslimin. Karenanya, umat Islam wajib melakukan pembelaan kepada
agamanya.
Banyak keterangan dari para ulama Islam terdahulu yang menjelaskan
sikap umat Islam terhadap orang-orang yang menghina agamanya. Bahkan
sebagiannya menukilkan kesepakat ulama dalam menyikapi orang tersebut,
seperti imam al Khathaabi. Beliau mengatakan, “Aku tidak mengetahui
seorang pun di antara kaum muslimin yang berselisih pendapat tentang
wajibnya membunuh orang yang menghina Allah dan Rasul-Nya.”
Diriwayatkan dari Husain, bahwasanya Ibnu Umar berkata, “Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
maka dia harus dibunuh.” Sampai pada perkataan beliau, “Dengan
keharusan inderawi dan penglihatan, kita mengetahui bahwa jika mereka
secara terang-terangan menghina Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau menghina Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam,
atau menghina sesuatu dari agama Islam, berarti mereka telah
merendahkan kita, menghinakan kita dan bahkan menghina agama kita.
Dengan demikian, mereka telah merusak perjanjian dan membatalkan dzimmah (jaminan perlindungan) mereka. Jika mereka membatalkan dzimmah mereka, maka tidak ada keraguan lagi bahwa darah, tawanan, dan harta mereka telah halal.”
Imam Ahmad pernah mengatakan, “Barangsiapa mencaci Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam dan melecehkannya –baik dia seorang muslim atau kafir-
maka dia wajib dibunuh. Saya berpandangan bahwa dia langsung dibunuh
dan tidak perlu diminta untuk bertaubat lebih dulu.”
Beliau juga mengatakan, “setiap orang (kafir dzimmi) yang melanggar
perjanjian dan membuat perkara baru di dalam Islam, maka orang seperti
ini menurutku wajib dibunuh. Karena bukan untuk hal itu mereka diberi
perjanjian dan jaminan perlindungan.”
Demikian juga dengan Abu Shafra’ yang berkata, “aku bertanya kepada
Abu Abdillah (Imam Ahmad bin Hambal) perihal seorang lelaki ahli
dzimmah yang mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, apa
yang harus dilakukan terhadapnya? Beliau menjawab, “Jika perbuatannya
itu terbukti, maka orang yang mencaci Nabi, baik dia seorang muslim
ataupun kafir, dia harus dibunuh.” Dan beliau beralasan dengan hadits
seorang buta yang membunuh budak wanitanya dengan beralasan, “aku
mendengar dia mencaci Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya tentang seorang Yahudi ahli
dzimmah yang kebetulan melewati seorang muadzin, lantas ia berkata,
“bohong kamu.” Beliau menjawab, “dia harus dibunuh, oleh karena dia
telah mencerca.” (Dinukil dari Fatwa Mati Buat Penghujat, Abdul Mun’im
Halimah “Abu Bashir” hal. 52-59)
pegasus
pegasus
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 40
Age : 27
Location : athena palace
Reputation : 2
Points : 5141
Registration date : 2010-05-24

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by James Wed 02 Jun 2010, 9:35 am

sabar..sabar.. saudaraku
kita doakan saja, semoga keturunan mereka yang menghina islam (di Bekasi) ada yang mendapat hidayah lalu masuk Islam (muallaf) Insya Allah!!!!

James

Number of posts : 6
Reputation : 0
Points : 5084
Registration date : 2010-06-02

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by kemzoft Wed 02 Jun 2010, 1:05 pm

James wrote:sabar..sabar.. saudaraku
kita doakan saja, semoga keturunan mereka yang menghina islam (di Bekasi) ada yang mendapat hidayah lalu masuk Islam (muallaf) Insya Allah!!!!

AMIIIIINNN.....
Moga aja....
kemzoft
kemzoft
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 63
Location : Bandung
Job/hobbies : IT
Reputation : 6
Points : 5159
Registration date : 2010-06-02

http://www.kemzoft.com

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty BEKASI?

Post by Anak Wed 02 Jun 2010, 4:23 pm

KEJADIAN DIATAS DIBANDINGKAN dengan:
1.PEMBOMAN BALI 1 dan 2,Pemboman di Jakarta
2.Pemboman Malam natal
3.pembantaian 2 anak sd kristen di poso
4.Pengrusakan gereja .
(SUMBER CAri aja di mbah GOOGLE)

Dengan Hati nurani mana lebih kejam?
*catatan:jangan out of topic ke israel,amerika,dll,fokus di INDONESIA*

Anak
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 144
Reputation : -6
Points : 5228
Registration date : 2010-05-31

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by kemzoft Wed 02 Jun 2010, 4:32 pm

Anak wrote:KEJADIAN DIATAS DIBANDINGKAN dengan:
1.PEMBOMAN BALI 1 dan 2,Pemboman di Jakarta
2.Pemboman Malam natal
3.pembantaian 2 anak sd kristen di poso
4.Pengrusakan gereja .
(SUMBER CAri aja di mbah GOOGLE)

Dengan Hati nurani mana lebih kejam?
*catatan:jangan out of topic ke israel,amerika,dll,fokus di INDONESIA*

Coba bandingkan lagi dengan yang ini :

1. Tragedi Tanjung Priok, Jakarta, 1984

Senin, 10 September 1984. Seorang oknum ABRI beragama Katholik, Sersan Satu Hermanu, mendatangi mushala As-Sa'adah untuk menyita pamflet berbau 'SARA'. Namun tindakan Sersan Hermanu sangat menyinggung perasaan ummat Islam. Ia masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got, bahkan menginjak Al-Qur'an. Warga marah dan motor motor Hermanu dibakar. Buntutnya, empat orang pengurus mushala diciduk Kodim. Upaya persuasif yang dilakukan ulama tidak mendapat respon dari aparat. Malah mereka memprovokasi dengan mempertontonkan salah seorang ikhwan yang ditahan itu, dengan tubuh penuh luka akibat siksaan.

Rabu. 12 September 1984. Mubaligh Abdul Qodir Djaelani membuat pernyataan yang menentang azas tunggal Pancasila. Malamnya, di Jalan Sindang, Tanjung Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul dengan semangat membara, disemangati khotbah dari Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana, dll. Tuntutan agar aparat melepas empat orang yang ditahan terdengar semakin keras. Amir Biki dalam khotbahnya berkata dengan suara bergetar, "Saya beritahu Kodim, bebaskan keempat orang yang ditahan itu sebelum jam sebelas malam. Jika tidak, saya takut akan terjadi banjir darah di Priok ini". Mubaligh lain, Ustdaz Yayan, bertanya pada jamaah, "Man anshori ilallah? Siapa sanggup menolong agama Allah ?" Dijawab oleh massa, "Nahnu Anshorullah ! Kami siap menolong agama Allah !" Sampai jam sebelas malam tidak ada jawaban dari Kodim, malah tank dan pasukan didatangkan ke kawasan Priok. Akhirnya, lepas jam sebelas malam, massa mulai bergerak menuju markas Kodim. Ada yang membawa senjata tajam dan bahan bakar. Tetapi sebagian besar hanyalah berbekal asma' Allah dan Al-Qur'an. Amir Biki berpesan, "Yang merusak bukan teman kita !"

Di Jalan Yos Sudarso massa dan tentara berhadapan. Tidak terlihat polisi satupun, padahal seharusnya mereka yang terlebih dahulu menangani (dikemudian hari diketahui, para polisi ternyata dilarang keluar dari markasnya oleh tentara). Massa sama sekali tidak beringas. Sebagian besar malah hanya duduk di jalan dan bertakbir. Tiba-tiba terdengar aba-aba mundur dari komandan tentara. Mereka mundur dua langkah, lalu ... astaghfirullah ! Tanpa peringatan terlebih dahulu, tentara mulai menembaki jamaah dan bergerak maju. Gelegar senapan terdengar bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Aliran listrik yang sudah dipadamkan sebelumnya membuat kilatan api dari moncong-moncong senjata terlihat mengerikan. Satu demi satu para syuhada tersungkur dengan darah membasahi bumi. Kemudian, datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan, menerjang dan melindas massa yang tiarap di jalan. Dari atas truk, orang-orang berseragam hijau tanpa nurani gencar menembaki. Tentara bahkan masuk ke perkampungan dan menembak dengan membabi-buta. Tanjung Priok banjir darah.

Pemerintah dalam laporan resminya yang diwakili Panglima ABRI, Jenderal L. B. Moerdani, menyebutkan bahwa korban tewas 'hanya' 18 orang dan luka-luka 53 orang. Namun dari hasil investigasi tim pencari fakta, SONTAK (SOlidaritas Nasional untuk peristiwa TAnjung prioK), diperkirakan sekitar 400 orang tewas, belum terhirung yang luka-luka dan cacat. Sampai dua tahun setelah peristiwa pembantaian itu, suasana Tanjung Priok begitu mencekam. Siapapun yang menanyakan peristiwa 12 September, menanyakan anak atau kerabatnya yang hilang, akan berurusan dengan aparat.

Sebenarnya sejak beberapa bulan sebelum tragedi, suasana Tanjung Priok memang terasa panas. Tokoh-tokoh Islam menduga keras bahwa suasana panas itu memang sengaja direkayasa oleh oknum-oknum tertentu dipemerintahan yang memusuhi Islam. Terlebih lagi bila melihat yang menjadi Panglima ABRI saat itu, Jenderal Leonardus Benny Moerdani, adalah seorang Katholik yang sudah dikenal permusuhannya terhadap Islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar tanjung Priok. Sebab, di kawasan lain kota Jakarta sensor bagi para mubaligh sangat ketat. Namun entah kenapa, di Tanjung Priok yang merupakan basis Islam itu para mubaligh dapat bebas berbicara bahkan mengkritik pemerintah, sampai menolak azas tunggal Pancasila. Adanya rekayasa dan provokasi untuk memancing ummat Islam dapat diketahui dari beberapa peristiwa lain sebelum itu, misalnya dari pembangunan bioskop Tugu yang banyak memutar film maksiat diseberang Masjid Al-Hidayah. Tokoh senior seperti M. Natsir dan Syafrudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ke Tanjung Priok agar tidak masuk ke dalam perangkap. Namun seruan ini rupanya tidak sampai kepada para mubaligh Priok. Dari cerita Syarifin Maloko, ketua SONTAK dan mubaligh yang terlibat langsung peristiwa 12 September, ia baru mendengar adanya larangan tersebut setelah berada di dalam penjara. Rekayasa dan pancingan ini tujuannya tak lain untuk memojokkan Islam dan ummatnya di Indonesia.

2. Tragedi Lampung, 1989

Niat mulia untuk membangun perkampungan Islami tidak terlaksana, malah pembantaian keji yang terjadi. Itulah gambaran peristiwa lampung, 4 Februari 1989.

Awalnya, di Dukuh Cihideung Lampung berdatangan para pemukim baru yang sebagian besar berasal dari jamaah-jamaah pengajian di Jakarta. Tujuan mereka adalah untuk membangun sebuah perkampungan yang Islami dan jauh dari kemaksiatan. Ada diantara mereka yang sampai menjual toko kacamata, sumber penghasilan satu-satunya, untuk hijrah ke Lampung. Namun kedatangan keluarga-keluarga muda yang penuh ghirah keislaman ini rupanya mengundang desas-desus. Bagi para penghuni asli, yang sebagian besar di KTP nya juga tercantum beragama Islam, kehadiran orang-orang baru yang semua wanitanya berjilbab adalah sesuatu yang asing. Maklum, adat dan tradisi lebih mendarah daging dalam diri mereka dibanding ajaran Islam. Apalagi tak jauh dari dukuh itu terletak Desa Pancasila, tempat binaan orang-orang PKI. Entah atas dasar apa, kepala desa mengirim surat pengaduan kepada Camat, yang disusul dengan adanya surat panggilan untuk Warsidi, pimpinan jamaah Cihideung.

Upaya persuasif pun dilakukan. Malah Camat serta Danramil sudah sempat berkunjung ke Cihideung. Namun situasi semakin memanas, sehingga memaksa Warsidi menugaskan jamaahnya untuk membuat panah dari bambu, sebagai persiapan untuk membela diri jika terjadi sesuatu. Sayang, tindakan ini diartikan lain oleh aparat keamanan. Warsidi dan jamaahnya dianggap memberontak. Maka, pada tanggal 4 September 1989 terjadilah penyerbuan oleh tentara dengan sangat keji. Mereka datang bukan untuk membubarkan atau menangkap, namun untuk membantai semua anggota perkampungan baru itu. Tidak hanya kaum pria, tetapi juga wanita dan anak-anak.

Saat tentara menyerbu, wanita dan anak-anak masuk ke dalam masjid yang dianggap sebagai tempat paling aman. Namun tentara mengepung dan memerintahkan semua yang berada di masjid agar keluar. Karena ketakutan perintah itu tidak digubris. Akhirnya, tanpa belas kasihan tentara menembaki masjid dan membakarnya. Sebanyak 94 anak, serta puluhan ibu muda berjilbab syahid terpanggang api di dalam rumah Allah. Belum lagi yang syahid dari kaum pria, membuat korban tewas mencapai ratusan. Semoga Allah akan mencatat para korban sebagai syuhada, dan memberi tempat yang paling indah bagi mereka di dalam jannah. Amin. Tragedi ini sekaligus menjadi pelajaran bagi kita yang masih hidup, bahwa membangun perkampungan Islami tidaklah cukup dengan semangat. Tetapi juga harus dengan persiapan matang dan tidak menciptakan jarak dengan lingkungannya. Islam adalah rahmatan lil'alamin.

3. Konspirasi Menyudutkan Islam

Sejak Pius Lustrilanang membeberkan pengalamannya diculik sejumlah oknum Kopassus, aktivis yang selalu memakai kalung salib ini mendadak jadi terkenal. Ia dielu-elukan bak pahlawan. Bukan saja di dalam negeri, tapi bahkan sampai ke luar negeri. Siapa sih Pius, sampai media massa mengangkat kasus penculikan dirinya demikian besar-besaran, bahkan negara-negara barat pun penuh perhatian padanya ? Padahal penculikan yang ia alami itu sangat tidak ada apa-apanya bila dibandingkan penderitaan dan siksaan yang harus dialami oleh ustadz-ustadz yang diciduk aparat. Apakah karena kasus seperti tragedi Priok, Lampung atau Aceh sarat dengan nuansa Islam, sehingga meskipun korban yang tewas mencapai ratusan, LSM dan media massa enggan mengeksposnya ?

Itu hanya satu contoh kecil. Contoh lain yang bahkan lebih menyakitkan adalah isu perkosaan massal terhadap wanita-wanita keturunan Cina pada saat kerusuhan 13 - 14 Mei 1998. Isu ini merebak terutama lewat internet. Ummat Islam Indonesia betul-betul menjadi tertuduh, karena katanya para pemerkosa berteriak "Allahu Akbar" dan "Bantai Cina". Media massa dalam dan luar negeri yang pro barat turut menyemarakkan berita ini. Sejumlah harian, majalah dan tabloid di Indonesia seperti berlomba-lomba memuat kisah 'para korban' dengan cerita yang mengharu biru, dramatis. Seolah-olah ummat Islam Indonesia begitu biadab, ganas dan tak bermoral.

Seorang muslim telah diajarkan oleh Al-Qur'an untuk selalu bertabayun (check & recheck) terhadap berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Termasuk untuk kasus perkosaan massal ini. Namun bukan berarti kita mengingkari mentah-mentah cerita pemerkosaan itu. Dalam keadaan yang kacau balau dan tidak terkendali seperti pada kerusuhan Mei, tidak mustahil terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bermoral. Apalagi mereka membawa-bawa simbol Islam. Rasanya para pelaku pemerkosaan dan penyebar beritanya memang setali tiga uang, yaitu memiliki tujuan buruk terhadap Islam.

Memang belakangan tuduhan terhadap ummat Islam ini mulai diragukan keshahihannya. Apalagi foto-foto yang ditayangkan lewat internet serta yang dipamerkan di Singapura - yang katanya foto-foto wanita korban pemerkosaan itu - sudah jelas-jelas hasil rekayasa digital. Begitu pula data yang disodorkan tim relawan pimpinan Pastor Sandy, yang menyebutkan 168 wanita Cina diperkosa dan 20 diantaranya tewas, ternyata tak terbukti kebenarannya. Namun, citra negatif terhadap kaum muslimin Indonesia khususnya dan Islam umumnya, seperti yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam, sudah terbentuk. Seseorang menulis surat kepada Majalah Sabili, menceritakan bahwa kakaknya yang non-muslim jadi begitu membenci Islam gara-gara termakan berita tersebut. Bahkan tak kurang dari Kabakin (Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara) menyatakan bahwa berita pemerkosaan massal itu penuh dengan muatan politis.

Sekarang bandingkan dengan pemerkosaan yang menimpa wanita-wanita Aceh pada saat di daerah itu diberlakukan DOM (Daerah Operasi Militer) tahun 1989-1998. Meskipun sudah nyata terbukti kebenarannya, apakah media massa memberitakannya secara besar-besaran ? Hanya media massa berbasis Islam saja yang mengeksposnya, sedang sebagian besar dan justru mereka ini yang menguasai jaringan media, tidak memberitakannya secara proporsional. Bandingkan pula dengan kasus Lampung 1989, di mana ratusan anak-anak dan ibu muda berjilbab tewas akibat kekejian tentara. Adakah LSM yang tergerak untuk membentuk tim relawan ? Mustahil. Sebab dua contoh kasus ini penuh dengan nuansa Islam. Mana ada LSM yang mau, jangan-jangan nanti kucuran dana dari negara barat yang selama ini mereka terima akan distop. LSM lebih suka mengangkat kasus yang ummat Islamnya jadi tertuduh dan media massa akan membesar-besarkan beritanya dengan senang hati. Ini bisa terjadi karena banyak dari anggota LSM itu yang berperan sekaligus sebagai wartawan. Jadi, ada semacam konspirasi antara LSM dan media massa. Fenomena ini disebut oleh seorang cendekiawan Musim sebagai, "Ketidakadilan internasional yang terpraktekkan dalam konteks nasional".

Ketidakadilan internasional, dua kata ini bisa jadi sedang menimpa ummat Islam Indonesia dan ummat Islam dari belahan dunia lainnya. Ada semajam jaringan internasional yang ingin melemahkan, memojokkan atau malah menghilangkan peran dan posisi ummat Islam Indonesia. Kuatnya tekanan negara-negara barat agar pemerintah Indonesia membebaskan tahanan politik / narapidana politik semacam Xanana Gusmao, Budiman Sudjatmiko, Muchtar Pakpahan serta Sri Bintang, dan di saat yang sama mengabaikan tapol / napol kasus Islam, adalah contoh nyata. Bila pemerintah tidak mau menuruti kehendak mereka, maka tekanan itu akan dikait-kaitkan dengan bantuan ekonomi atau pelanggaran HAM. Sementara pelanggaran HAM yang menimpa ummat Islam Indonesia sama sekali tidak dilirik oleh barat. Tidak keliru bila diasumsikan bahwa sikap pemerintah yang begitu cepat menangani pembebasan Pius dkk lebih disebabkan oleh niat 'cari muka' kepada barat, khususnya negara potensial pemberi donor. Sedangkan untuk kasus yang berbau Islam seperti tragedi Priok, keengganan pemerintah serta ABRI dalam menanganinya bukan sekedar karena barat tidak berminat, namun juga karena pemerintah dan ABRI sendiri belum dapat menghilangkan alergi terhadap Islam.

Yang lebih menyakitkan, konspirasi ini dibantu oleh sejumlah tokoh muslim yang notabene dibesarkan dalam tradisi organisasi islam. Dalam sebuah diskusi, sang tokoh pernah menjelek-jelekkan dan menyalahkan orang Islam, seraya memuji etnis tertentu yang kebanyakan bukan muslim. Media massa tentu saja melahap ucapan ini dan mempublikasikannya. Menurut Amien Rais, ini adalah bagian dari konspirasi yang sangat jelas. Bahkan Jalaluddin Rakhmat, pakar komunikasi yang terang-terangan mengaku sebagai panganut Syi'ah, juga meyakini hal ini. Menurutnya, itulah strategi pelecehan terhadap Islam sekarang ini : menggunakan Muslim untuk menyerang Islam. Sedangkan menurut Syu'bah Asa, pelecehan dan konspirasi memojokkan Islam terjadi karena ummat Islam sendiri kurang memberi counter terhadap hal tersebut.

Postingan diatas hanya sebagian aja dari berbagai masalah yang dihadapi oleh ummat muslim di indonesia.

Gunakan HATI NURANI anda dalam menyikapi masalah yang ada di indonesia terhadap ummat muslim...
kemzoft
kemzoft
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 63
Location : Bandung
Job/hobbies : IT
Reputation : 6
Points : 5159
Registration date : 2010-06-02

http://www.kemzoft.com

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by Anak Wed 02 Jun 2010, 4:38 pm

Coba bandingkan lagi dengan yang ini :

1. Tragedi Tanjung Priok, Jakarta, 1984

Senin, 10 September 1984. Seorang oknum ABRI beragama Katholik, Sersan Satu Hermanu, mendatangi mushala As-Sa'adah untuk menyita pamflet berbau 'SARA'. Namun tindakan Sersan Hermanu sangat menyinggung perasaan ummat Islam. Ia masuk ke dalam masjid tanpa melepas sepatu, menyiram dinding mushala dengan air got, bahkan menginjak Al-Qur'an. Warga marah dan motor motor Hermanu dibakar. Buntutnya, empat orang pengurus mushala diciduk Kodim. Upaya persuasif yang dilakukan ulama tidak mendapat respon dari aparat. Malah mereka memprovokasi dengan mempertontonkan salah seorang ikhwan yang ditahan itu, dengan tubuh penuh luka akibat siksaan.

Rabu. 12 September 1984. Mubaligh Abdul Qodir Djaelani membuat pernyataan yang menentang azas tunggal Pancasila. Malamnya, di Jalan Sindang, Tanjung Priok, diadakan tabligh. Ribuan orang berkumpul dengan semangat membara, disemangati khotbah dari Amir Biki, Syarifin Maloko, Yayan Hendrayana, dll. Tuntutan agar aparat melepas empat orang yang ditahan terdengar semakin keras. Amir Biki dalam khotbahnya berkata dengan suara bergetar, "Saya beritahu Kodim, bebaskan keempat orang yang ditahan itu sebelum jam sebelas malam. Jika tidak, saya takut akan terjadi banjir darah di Priok ini". Mubaligh lain, Ustdaz Yayan, bertanya pada jamaah, "Man anshori ilallah? Siapa sanggup menolong agama Allah ?" Dijawab oleh massa, "Nahnu Anshorullah ! Kami siap menolong agama Allah !" Sampai jam sebelas malam tidak ada jawaban dari Kodim, malah tank dan pasukan didatangkan ke kawasan Priok. Akhirnya, lepas jam sebelas malam, massa mulai bergerak menuju markas Kodim. Ada yang membawa senjata tajam dan bahan bakar. Tetapi sebagian besar hanyalah berbekal asma' Allah dan Al-Qur'an. Amir Biki berpesan, "Yang merusak bukan teman kita !"

Di Jalan Yos Sudarso massa dan tentara berhadapan. Tidak terlihat polisi satupun, padahal seharusnya mereka yang terlebih dahulu menangani (dikemudian hari diketahui, para polisi ternyata dilarang keluar dari markasnya oleh tentara). Massa sama sekali tidak beringas. Sebagian besar malah hanya duduk di jalan dan bertakbir. Tiba-tiba terdengar aba-aba mundur dari komandan tentara. Mereka mundur dua langkah, lalu ... astaghfirullah ! Tanpa peringatan terlebih dahulu, tentara mulai menembaki jamaah dan bergerak maju. Gelegar senapan terdengar bersahut-sahutan memecah kesunyian malam. Aliran listrik yang sudah dipadamkan sebelumnya membuat kilatan api dari moncong-moncong senjata terlihat mengerikan. Satu demi satu para syuhada tersungkur dengan darah membasahi bumi. Kemudian, datang konvoi truk militer dari arah pelabuhan, menerjang dan melindas massa yang tiarap di jalan. Dari atas truk, orang-orang berseragam hijau tanpa nurani gencar menembaki. Tentara bahkan masuk ke perkampungan dan menembak dengan membabi-buta. Tanjung Priok banjir darah.

Pemerintah dalam laporan resminya yang diwakili Panglima ABRI, Jenderal L. B. Moerdani, menyebutkan bahwa korban tewas 'hanya' 18 orang dan luka-luka 53 orang. Namun dari hasil investigasi tim pencari fakta, SONTAK (SOlidaritas Nasional untuk peristiwa TAnjung prioK), diperkirakan sekitar 400 orang tewas, belum terhirung yang luka-luka dan cacat. Sampai dua tahun setelah peristiwa pembantaian itu, suasana Tanjung Priok begitu mencekam. Siapapun yang menanyakan peristiwa 12 September, menanyakan anak atau kerabatnya yang hilang, akan berurusan dengan aparat.

Sebenarnya sejak beberapa bulan sebelum tragedi, suasana Tanjung Priok memang terasa panas. Tokoh-tokoh Islam menduga keras bahwa suasana panas itu memang sengaja direkayasa oleh oknum-oknum tertentu dipemerintahan yang memusuhi Islam. Terlebih lagi bila melihat yang menjadi Panglima ABRI saat itu, Jenderal Leonardus Benny Moerdani, adalah seorang Katholik yang sudah dikenal permusuhannya terhadap Islam. Suasana rekayasa ini terutama sekali dirasakan oleh ulama-ulama di luar tanjung Priok. Sebab, di kawasan lain kota Jakarta sensor bagi para mubaligh sangat ketat. Namun entah kenapa, di Tanjung Priok yang merupakan basis Islam itu para mubaligh dapat bebas berbicara bahkan mengkritik pemerintah, sampai menolak azas tunggal Pancasila. Adanya rekayasa dan provokasi untuk memancing ummat Islam dapat diketahui dari beberapa peristiwa lain sebelum itu, misalnya dari pembangunan bioskop Tugu yang banyak memutar film maksiat diseberang Masjid Al-Hidayah. Tokoh senior seperti M. Natsir dan Syafrudin Prawiranegara sebenarnya telah melarang ulama untuk datang ke Tanjung Priok agar tidak masuk ke dalam perangkap. Namun seruan ini rupanya tidak sampai kepada para mubaligh Priok. Dari cerita Syarifin Maloko, ketua SONTAK dan mubaligh yang terlibat langsung peristiwa 12 September, ia baru mendengar adanya larangan tersebut setelah berada di dalam penjara. Rekayasa dan pancingan ini tujuannya tak lain untuk memojokkan Islam dan ummatnya di Indonesia.

2. Tragedi Lampung, 1989

Niat mulia untuk membangun perkampungan Islami tidak terlaksana, malah pembantaian keji yang terjadi. Itulah gambaran peristiwa lampung, 4 Februari 1989.

Awalnya, di Dukuh Cihideung Lampung berdatangan para pemukim baru yang sebagian besar berasal dari jamaah-jamaah pengajian di Jakarta. Tujuan mereka adalah untuk membangun sebuah perkampungan yang Islami dan jauh dari kemaksiatan. Ada diantara mereka yang sampai menjual toko kacamata, sumber penghasilan satu-satunya, untuk hijrah ke Lampung. Namun kedatangan keluarga-keluarga muda yang penuh ghirah keislaman ini rupanya mengundang desas-desus. Bagi para penghuni asli, yang sebagian besar di KTP nya juga tercantum beragama Islam, kehadiran orang-orang baru yang semua wanitanya berjilbab adalah sesuatu yang asing. Maklum, adat dan tradisi lebih mendarah daging dalam diri mereka dibanding ajaran Islam. Apalagi tak jauh dari dukuh itu terletak Desa Pancasila, tempat binaan orang-orang PKI. Entah atas dasar apa, kepala desa mengirim surat pengaduan kepada Camat, yang disusul dengan adanya surat panggilan untuk Warsidi, pimpinan jamaah Cihideung.

Upaya persuasif pun dilakukan. Malah Camat serta Danramil sudah sempat berkunjung ke Cihideung. Namun situasi semakin memanas, sehingga memaksa Warsidi menugaskan jamaahnya untuk membuat panah dari bambu, sebagai persiapan untuk membela diri jika terjadi sesuatu. Sayang, tindakan ini diartikan lain oleh aparat keamanan. Warsidi dan jamaahnya dianggap memberontak. Maka, pada tanggal 4 September 1989 terjadilah penyerbuan oleh tentara dengan sangat keji. Mereka datang bukan untuk membubarkan atau menangkap, namun untuk membantai semua anggota perkampungan baru itu. Tidak hanya kaum pria, tetapi juga wanita dan anak-anak.

Saat tentara menyerbu, wanita dan anak-anak masuk ke dalam masjid yang dianggap sebagai tempat paling aman. Namun tentara mengepung dan memerintahkan semua yang berada di masjid agar keluar. Karena ketakutan perintah itu tidak digubris. Akhirnya, tanpa belas kasihan tentara menembaki masjid dan membakarnya. Sebanyak 94 anak, serta puluhan ibu muda berjilbab syahid terpanggang api di dalam rumah Allah. Belum lagi yang syahid dari kaum pria, membuat korban tewas mencapai ratusan. Semoga Allah akan mencatat para korban sebagai syuhada, dan memberi tempat yang paling indah bagi mereka di dalam jannah. Amin. Tragedi ini sekaligus menjadi pelajaran bagi kita yang masih hidup, bahwa membangun perkampungan Islami tidaklah cukup dengan semangat. Tetapi juga harus dengan persiapan matang dan tidak menciptakan jarak dengan lingkungannya. Islam adalah rahmatan lil'alamin.

3. Konspirasi Menyudutkan Islam

Sejak Pius Lustrilanang membeberkan pengalamannya diculik sejumlah oknum Kopassus, aktivis yang selalu memakai kalung salib ini mendadak jadi terkenal. Ia dielu-elukan bak pahlawan. Bukan saja di dalam negeri, tapi bahkan sampai ke luar negeri. Siapa sih Pius, sampai media massa mengangkat kasus penculikan dirinya demikian besar-besaran, bahkan negara-negara barat pun penuh perhatian padanya ? Padahal penculikan yang ia alami itu sangat tidak ada apa-apanya bila dibandingkan penderitaan dan siksaan yang harus dialami oleh ustadz-ustadz yang diciduk aparat. Apakah karena kasus seperti tragedi Priok, Lampung atau Aceh sarat dengan nuansa Islam, sehingga meskipun korban yang tewas mencapai ratusan, LSM dan media massa enggan mengeksposnya ?

Itu hanya satu contoh kecil. Contoh lain yang bahkan lebih menyakitkan adalah isu perkosaan massal terhadap wanita-wanita keturunan Cina pada saat kerusuhan 13 - 14 Mei 1998. Isu ini merebak terutama lewat internet. Ummat Islam Indonesia betul-betul menjadi tertuduh, karena katanya para pemerkosa berteriak "Allahu Akbar" dan "Bantai Cina". Media massa dalam dan luar negeri yang pro barat turut menyemarakkan berita ini. Sejumlah harian, majalah dan tabloid di Indonesia seperti berlomba-lomba memuat kisah 'para korban' dengan cerita yang mengharu biru, dramatis. Seolah-olah ummat Islam Indonesia begitu biadab, ganas dan tak bermoral.

Seorang muslim telah diajarkan oleh Al-Qur'an untuk selalu bertabayun (check & recheck) terhadap berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Termasuk untuk kasus perkosaan massal ini. Namun bukan berarti kita mengingkari mentah-mentah cerita pemerkosaan itu. Dalam keadaan yang kacau balau dan tidak terkendali seperti pada kerusuhan Mei, tidak mustahil terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bermoral. Apalagi mereka membawa-bawa simbol Islam. Rasanya para pelaku pemerkosaan dan penyebar beritanya memang setali tiga uang, yaitu memiliki tujuan buruk terhadap Islam.

Memang belakangan tuduhan terhadap ummat Islam ini mulai diragukan keshahihannya. Apalagi foto-foto yang ditayangkan lewat internet serta yang dipamerkan di Singapura - yang katanya foto-foto wanita korban pemerkosaan itu - sudah jelas-jelas hasil rekayasa digital. Begitu pula data yang disodorkan tim relawan pimpinan Pastor Sandy, yang menyebutkan 168 wanita Cina diperkosa dan 20 diantaranya tewas, ternyata tak terbukti kebenarannya. Namun, citra negatif terhadap kaum muslimin Indonesia khususnya dan Islam umumnya, seperti yang diinginkan oleh musuh-musuh Islam, sudah terbentuk. Seseorang menulis surat kepada Majalah Sabili, menceritakan bahwa kakaknya yang non-muslim jadi begitu membenci Islam gara-gara termakan berita tersebut. Bahkan tak kurang dari Kabakin (Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara) menyatakan bahwa berita pemerkosaan massal itu penuh dengan muatan politis.

Sekarang bandingkan dengan pemerkosaan yang menimpa wanita-wanita Aceh pada saat di daerah itu diberlakukan DOM (Daerah Operasi Militer) tahun 1989-1998. Meskipun sudah nyata terbukti kebenarannya, apakah media massa memberitakannya secara besar-besaran ? Hanya media massa berbasis Islam saja yang mengeksposnya, sedang sebagian besar dan justru mereka ini yang menguasai jaringan media, tidak memberitakannya secara proporsional. Bandingkan pula dengan kasus Lampung 1989, di mana ratusan anak-anak dan ibu muda berjilbab tewas akibat kekejian tentara. Adakah LSM yang tergerak untuk membentuk tim relawan ? Mustahil. Sebab dua contoh kasus ini penuh dengan nuansa Islam. Mana ada LSM yang mau, jangan-jangan nanti kucuran dana dari negara barat yang selama ini mereka terima akan distop. LSM lebih suka mengangkat kasus yang ummat Islamnya jadi tertuduh dan media massa akan membesar-besarkan beritanya dengan senang hati. Ini bisa terjadi karena banyak dari anggota LSM itu yang berperan sekaligus sebagai wartawan. Jadi, ada semacam konspirasi antara LSM dan media massa. Fenomena ini disebut oleh seorang cendekiawan Musim sebagai, "Ketidakadilan internasional yang terpraktekkan dalam konteks nasional".

Ketidakadilan internasional, dua kata ini bisa jadi sedang menimpa ummat Islam Indonesia dan ummat Islam dari belahan dunia lainnya. Ada semajam jaringan internasional yang ingin melemahkan, memojokkan atau malah menghilangkan peran dan posisi ummat Islam Indonesia. Kuatnya tekanan negara-negara barat agar pemerintah Indonesia membebaskan tahanan politik / narapidana politik semacam Xanana Gusmao, Budiman Sudjatmiko, Muchtar Pakpahan serta Sri Bintang, dan di saat yang sama mengabaikan tapol / napol kasus Islam, adalah contoh nyata. Bila pemerintah tidak mau menuruti kehendak mereka, maka tekanan itu akan dikait-kaitkan dengan bantuan ekonomi atau pelanggaran HAM. Sementara pelanggaran HAM yang menimpa ummat Islam Indonesia sama sekali tidak dilirik oleh barat. Tidak keliru bila diasumsikan bahwa sikap pemerintah yang begitu cepat menangani pembebasan Pius dkk lebih disebabkan oleh niat 'cari muka' kepada barat, khususnya negara potensial pemberi donor. Sedangkan untuk kasus yang berbau Islam seperti tragedi Priok, keengganan pemerintah serta ABRI dalam menanganinya bukan sekedar karena barat tidak berminat, namun juga karena pemerintah dan ABRI sendiri belum dapat menghilangkan alergi terhadap Islam.

Yang lebih menyakitkan, konspirasi ini dibantu oleh sejumlah tokoh muslim yang notabene dibesarkan dalam tradisi organisasi islam. Dalam sebuah diskusi, sang tokoh pernah menjelek-jelekkan dan menyalahkan orang Islam, seraya memuji etnis tertentu yang kebanyakan bukan muslim. Media massa tentu saja melahap ucapan ini dan mempublikasikannya. Menurut Amien Rais, ini adalah bagian dari konspirasi yang sangat jelas. Bahkan Jalaluddin Rakhmat, pakar komunikasi yang terang-terangan mengaku sebagai panganut Syi'ah, juga meyakini hal ini. Menurutnya, itulah strategi pelecehan terhadap Islam sekarang ini : menggunakan Muslim untuk menyerang Islam. Sedangkan menurut Syu'bah Asa, pelecehan dan konspirasi memojokkan Islam terjadi karena ummat Islam sendiri kurang memberi counter terhadap hal tersebut.

Postingan diatas hanya sebagian aja dari berbagai masalah yang dihadapi oleh ummat muslim di indonesia.

Gunakan HATI NURANI anda dalam menyikapi masalah yang ada di indonesia terhadap ummat muslim...

APAKAH MEREKA MENYERANG UMAT ISLAM SAMBIL MENYERUKAN HALELUYA,atau whom Wasti-wasti atau kata-kata lainnya yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN MEREKA?
HATI NURANI PAKAILAH

Anak
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 144
Reputation : -6
Points : 5228
Registration date : 2010-05-31

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by kemzoft Wed 02 Jun 2010, 4:52 pm

APAKAH MEREKA MENYERANG UMAT ISLAM SAMBIL MENYERUKAN HALELUYA,atau whom Wasti-wasti atau kata-kata lainnya yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN MEREKA?
HATI NURANI PAKAILAH

Saya nggak bilang yang ngebom sambil menyerukan kata2 yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN itu benar atau salah lho,, saya hanya melihat dari sisi kemanusiaan dan hati nurani saya ttg apa yang terjadi terhadap muslim yang ada di indonesia dengan menyajikan beberapa kejadian yang pernah terjadi!!! kan postingan anda meminta perbandingan kejadian yang ada di indonesia!!
SALAHKAH SAYA?

Kalo memang anda kurang setuju atas postingan saya berarti anda tidak punya rasa kemanusiaan dan hati nurani untuk menentukan jiwa rasa sosial yang tinggi yang menjadi landasan UUD Indonesia!!
kemzoft
kemzoft
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 63
Location : Bandung
Job/hobbies : IT
Reputation : 6
Points : 5159
Registration date : 2010-06-02

http://www.kemzoft.com

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by Anak Wed 02 Jun 2010, 5:10 pm

kemzoft wrote:
APAKAH MEREKA MENYERANG UMAT ISLAM SAMBIL MENYERUKAN HALELUYA,atau whom Wasti-wasti atau kata-kata lainnya yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN MEREKA?
HATI NURANI PAKAILAH

Saya nggak bilang yang ngebom sambil menyerukan kata2 yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN itu benar atau salah lho,, saya hanya melihat dari sisi kemanusiaan dan hati nurani saya ttg apa yang terjadi terhadap muslim yang ada di indonesia dengan menyajikan beberapa kejadian yang pernah terjadi!!! kan postingan anda meminta perbandingan kejadian yang ada di indonesia!!
SALAHKAH SAYA?

Kalo memang anda kurang setuju atas postingan saya berarti anda tidak punya rasa kemanusiaan dan hati nurani untuk menentukan jiwa rasa sosial yang tinggi yang menjadi landasan UUD Indonesia!!

Dilihat dari sisi kemanusiaan nya mereka memang salah tapi coba kita lihat dari motif mereka melakukan?apakah karena TUhan mereka yang suruh,atau nabi mereke yang suruh atau????
Jika sudah sampe Tuhan atau Nabi mereka yang suruh itu baru amat membahayakan UMAT MANUSIA

Anak
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 144
Reputation : -6
Points : 5228
Registration date : 2010-05-31

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by kemzoft Wed 02 Jun 2010, 5:16 pm

Anak wrote:
kemzoft wrote:
APAKAH MEREKA MENYERANG UMAT ISLAM SAMBIL MENYERUKAN HALELUYA,atau whom Wasti-wasti atau kata-kata lainnya yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN MEREKA?
HATI NURANI PAKAILAH

Saya nggak bilang yang ngebom sambil menyerukan kata2 yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN itu benar atau salah lho,, saya hanya melihat dari sisi kemanusiaan dan hati nurani saya ttg apa yang terjadi terhadap muslim yang ada di indonesia dengan menyajikan beberapa kejadian yang pernah terjadi!!! kan postingan anda meminta perbandingan kejadian yang ada di indonesia!!
SALAHKAH SAYA?

Kalo memang anda kurang setuju atas postingan saya berarti anda tidak punya rasa kemanusiaan dan hati nurani untuk menentukan jiwa rasa sosial yang tinggi yang menjadi landasan UUD Indonesia!!

Dilihat dari sisi kemanusiaan nya mereka memang salah tapi coba kita lihat dari motif mereka melakukan?apakah karena TUhan mereka yang suruh,atau nabi mereke yang suruh atau????
Jika sudah sampe Tuhan atau Nabi mereka yang suruh itu baru amat membahayakan UMAT MANUSIA

Islam tidak mengajarkan membunuh orang tanpa sebab,,, klo anda tidak tahu islam maka anda harus belajar dulu!
Tapi Islam mengajarkan mempertahankan/membela diri!! Sekarang saya tanya,, apakah anda akan diam klo anda di serang? Klo emg gk di serang terus seorang muslim berbuat ulah, ya itu dosa dia sendiri!
kemzoft
kemzoft
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 63
Location : Bandung
Job/hobbies : IT
Reputation : 6
Points : 5159
Registration date : 2010-06-02

http://www.kemzoft.com

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by Anak Wed 02 Jun 2010, 5:48 pm

kemzoft wrote:
Anak wrote:
kemzoft wrote:
APAKAH MEREKA MENYERANG UMAT ISLAM SAMBIL MENYERUKAN HALELUYA,atau whom Wasti-wasti atau kata-kata lainnya yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN MEREKA?
HATI NURANI PAKAILAH

Saya nggak bilang yang ngebom sambil menyerukan kata2 yang MENGAGUNG-AGUNGKAN TUHAN itu benar atau salah lho,, saya hanya melihat dari sisi kemanusiaan dan hati nurani saya ttg apa yang terjadi terhadap muslim yang ada di indonesia dengan menyajikan beberapa kejadian yang pernah terjadi!!! kan postingan anda meminta perbandingan kejadian yang ada di indonesia!!
SALAHKAH SAYA?

Kalo memang anda kurang setuju atas postingan saya berarti anda tidak punya rasa kemanusiaan dan hati nurani untuk menentukan jiwa rasa sosial yang tinggi yang menjadi landasan UUD Indonesia!!

Dilihat dari sisi kemanusiaan nya mereka memang salah tapi coba kita lihat dari motif mereka melakukan?apakah karena TUhan mereka yang suruh,atau nabi mereke yang suruh atau????
Jika sudah sampe Tuhan atau Nabi mereka yang suruh itu baru amat membahayakan UMAT MANUSIA

Islam tidak mengajarkan membunuh orang tanpa sebab,,, klo anda tidak tahu islam maka anda harus belajar dulu!
Tapi Islam mengajarkan mempertahankan/membela diri!! Sekarang saya tanya,, apakah anda akan diam klo anda di serang? Klo emg gk di serang terus seorang muslim berbuat ulah, ya itu dosa dia sendiri!

SAUDARAKU yang seharusnya baca ALQURAN dan Hadist dengan TELITI.
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Pedang%2Bterhunus

Anak
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Number of posts : 144
Reputation : -6
Points : 5228
Registration date : 2010-05-31

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by kemzoft Thu 03 Jun 2010, 9:56 am

Anak wrote:SAUDARAKU yang seharusnya baca ALQURAN dan Hadist dengan TELITI.
Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Pedang%2Bterhunus

Aneh sekali anda menyuruh saya mempelajari buku!!!

Anda tidak mengerti apa2 ttg Al-Qur'an & Islam, tapi anda selalu menuduh muslim seolah2 anda lebih pintar dari semua muslim yang ada. Ironi sekali bukan, klo anda memang orang yang mempunyai akal sehat yang jalan, mungkin sebelum anda menuduh muslim anda seharusnya mempelajari dulu apa dan bagaimana islam itu, jangan dilihat satu sisi saja anda harus FAIR dalam bersikap.

Mungkin sekarang ini non muslim yang didalamnya termasuk anda juga sering beropini miring terhadap umat muslim! Bahkan di Indonesia, dunia pesantren disorot dengan pandangan tajam penuh kecurigaan. Kegiatan dakwah di bulan Ramadan yang suci bahkan sempat terdengar santer akan diawasi aparat. Beberapa nama tokoh pembaharu Islam masa lalu juga kembali disebut sebut sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab dibalik penyebaran “fundamentalisme” dan “radikalisme”, dua kata yang kemudian dijodohkan dengan istilah “terorisme”.
Istilah fundamentalisme dan radikalisme Islam sebenarnya stereotype yang diciptakan Barat untuk menunjuk kalangan umat Islam yang berusaha kaaffah menjalankan agamanya. Berpegang pada al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak “nurut” dan susah diajak berkompromi dengan mereka, yang pada akhirnya kemudian dikesankan reaktif, emosional dan tidak toleran.

Kini, opini publik sedikit demi sedkit mulai dipaksa untuk mengasosiasikan radikalisme maupun terorisme kepada seorang ulama besar yang menyandang gelar Syaikhul Islam; Ibnu Taimiyyah al-Dimasyqi rahimahullah. Meski sebenarnya, hal ini bukan hal yang baru memang. Sekadar menyebut contoh, Andrian Morgan, seorang penulis asal Inggris, pernah mengatakan Ibn Taimiyyah sebagai the real godfather of Islamic fundamentalism yang memberi inspirasi bagi tokoh-tokoh pembaruan yang datang sesudahnya seperti Muhammad ibn Abdul Wahab, Sayyid Qutb dan Abul A’la al-Maududi yang juga disebutnya sebagai ekstremis. Hampir senada, Monte Palmer dan Princess Palmer, penulis buku At the Heart of Terror: Islam, Jihadist and America’s War on Terrorism (terbit tahun 2007), menyebutkan bahwa hampir semua akar gerakan ekstrimisme Muslim modern dapat dilacak jejaknya pada pemikiran Ibn Taimiyyah.

Tuduhan ini tentu perlu diluruskan. Toh, jika seandainya benar bahwa para pelaku terorisme yang muncul belakangan disebut sebut sebagai pembaca buku-buku Ibn Taimiyyah dan sering mengutip fatwa-fatwanya, tidak lantas menjadi absah untuk menyimpulkan bahwa Ibn Taimiyyah adalah sumber ideology of terror. Secara metodologis cara berpikir seperti itu layak dipertanyakan, terlebih lagi jika kemudian mengabaikan faktor politik dan sosiologis yang menjadi variabel utama munculnya terorisme.

Sosok Ibn Taimiyyah, jika referensi karya-karya beliau ditengok secara lebih baik, akan diketahui bagaimana kehati-hatian ulama yang banyak dipuji baik oleh kawan maupun lawannya ini dalam mengkafirkan sesama Muslim. Bahkan selain terkenal dengan keteguhan dalam mempertahankan prinsip dan ghirahnya yang meluap terhadap Islam, Ibn Taimiyyah juga diketahui sebagai sosok pribadi yang lembut, rendah hati, toleran dan lebar dada. Dalam berbagai kasus yang menimpanya, oleh sejarah dibuktikan bahwa Ibn Taimiyyah merupakan seorang ulama mujahid yang pemaaf dan bukan tipe pendendam terhadap musuh-musuh yang menzaliminya, persis seperti perkataan Ibn Taimiyyah sendiri dalam salah satu fatwanya, “Aku telah melapangkan dadaku bagi siapapun yang berselisih denganku. Biarlah! Jika dia melanggar batasan-batasan Allah dengan mengkafirkanku, menyatakan diriku fasik, atau membuat kedustaan dan berlaku fanatik buta, maka aku tidak akan melanggar aturan-aturan Allah terhadapnya.” (Majmu’ al-Fatâwâ:3/245).

Pada kesempatan lain beliau juga menyatakan, “. . .sesungguhnya aku telah menghalalkan/merelakan (kesalahan) setiap Muslim (terhadapku), aku menghendaki kebaikan bagi setiap orang Islam, aku juga mencintai kebaikan. bagi saudaraku sebagaimana aku mencintainyn untuk diriku sendiri, Dan bagi orang-orang yang telah melakukan kebohongan serta aniaya terhadapku, aku telah maafkannya.” (Majmu’ al-Fatawa: 28/55).

Kelembutan hati Ibn Taimiyyah ternyata juga tidak terbatas kepada saudara-saudaranya yang seagama. Suatu ketika, beliau melakukan kesepakatan dengan pemimpin pasukan Mongol untuk melepaskan tahanan yang ditangkap di Baitul Maqdis. Pemimpin Mongol waktu itu bersedia melepaskan para tahanan kecuali mereka yang bukan Muslim, karena dianggap tidak termasuk dalam kesepakatan. Mengetahui hal ini Ibn Taimiyyah pun menolak untuk menyetujui tindakan itu dan menuntut pembebasan mereka semua tanpa kecuali seraya mengatakan kepadanya, “Hendaknya kau bebaskan semuanya termasuk mereka yang berasal dan kalangan Yahudi dan Nasrani, karena mereka adalah juga dalam perlindungan (ahli dzimmah) kami”
Sifat-sifat luhur Ibn Tairniyyah yang toleran dan pemaaf, yang dilupakan oleh kebanyakan orang ini telah dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul Ibn Taimiyvah wa al-Akhar (Ibnu Taimiyyah dan Orang Lain) oleh Syaikh ‘Aidh ibn Sa’ad al-Dosari dan diterbitkan di Doha, Qatar tahun 2007. Lantas siapakah dan bagai manakah sebenarnya figur seorang Ibn Taimiyyah?

Biografi Singkat dan Perjuangannya
Ibn Taimiyyah merupakan seorang tokoh besar dalam sejarah Islam yang telah menghabiskan waktunya untuk membela Islam, mengajarkan ilmu, berjihad dan berijtihad. Wawasan keilmuannya sangat luas mencakup berbagai disiplin ilmu seperti tafsir, hadits, fiqih, teologi bahkan juga filsafat dan tasawuf. Tak heran warisan buku-bukunya sangat berlimpah dan konon menurut catatan para muridnya mencapai 300 sampai 500 judul buku.

Beliau memiliki nama lengkap Taqiyuddin Abu al-’Abbas Ahmad ibn Abdul Halim ibn Abdul Salam ibn Abdullâh ibn Abul Qasim Al-Khidr ibn Muhamad ibn Taimiyyah. Dilahirkan pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal 661H/1263M di Haram, kini propinsi Sanliurfa di tenggara Turki, dekat dengan perbatasan Syria. Akibat serangan Mongol ke wilayah itu, Ibn Taimiyyah kecil harus mengungsi bersama keluarganya ke Damaskus saat berusia tujuh tahun.

Ibn Taimiyyah lahir dan tumbuh di tengah kondisi umat Islam yang carut marut dan mengalami kemunduran baik secara politis, sosial, keilmuan maupun keagamaan. Sekitar lima tahun sebelum beliau dilahirkan, tepatnya Januari 1258, Baghdad yang menjadi pusat pemerintahan Daulah Abbasiyah jatuh ke tangan bangsa Mongol. Pasukan Salib yang datang dan daratan Eropa juga telah menguasai sejumlah wilayah umat Islam. Kaum Muslimin sendiri pada masa itu secara umum mengalami keterbelakangan, banyak meninggalkan ajaran agama yang benar atau mencampur adukkannya dengan berbagai unsur yang terinfiltrasi dan luar Islam, serta diwarnai fanatisme buta.

Namun dalam sebuah keluarga yang taat menjalankan ajaran agama dan memiliki tradisi keilmuan sangat kuat, Ibn Taimiyyah telah berhasil membentuk karakternya yang mulia dan intelektualitasnya yang mengagumkan. Kakeknya, Abu al-Barakat Majduddin ibn Taimiyyah merupakan seorang ulama dalam fiqih Hambali yang diperhitungkan. Salah satu karyanya, kumpulan hadits-hadits hukum Muntaqa’ al Akhbâr, kemudian menjadi terkenal bersama syarah (penjelasan) nya Nail al-Authar yang ditulis oleh ‘Ali Al-Syaukâni. Ayah Ibn Tai miyyah sendiri, Syaikh Abdul Halim Syihabuddin merupakan seorang pengajar di Masjid Umayyah Damaskus sekaligus “direktur” di sekolah Dar al-Hadits al Sukkariyah.

Semenjak kecil Taqiyudin Ibn Taimiyyah dikenal sangat cerdas dan telah rnampu menghapal al-Qur’an saat masih berusia sangat muda. Sebelum berusia 20 tahun, beliau sudah rnendapat otoritas untuk mengeluarkan fatwa. Sepeninggal ayahnya, menginjak usianya yang ke-21, Ibn Taimiyyah menggantikan sang ayah mengajar ilmu Hadits dan Fiqih di Darul Hadits al-Sukkâriyah dan setahun kemudian mulai mengajar ilmu tafsir di Masjid Agung Umayyah. Pada akhir tahun 691 /November 1292, Ibn Taimiyyah pergi ke Makkah menunaikan ibadah haji dan kembali ke Damaskus tahun 692/Februari 1293.

Karena pembelaan dan kecintaannya kepada Islam, riwayat hidup Ibn Taimiyyah dijalani penuh perjuangan, jihad, fitnah, dan tekanan. Pada tahun 693/ 1293, Ibn Taimiyyah dijebloskan ke penjara untuk pertama kalinya karena sikap dan fatwanya yang cukup keras terhadap seorang Nasrani bernama ‘Assâf yang telah menghina dan melecehkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kedekatan Assâf dengan kalangan keluarga penguasa, pembelaannya terhadap Rasulullah tersebut justru meghantarkannya ke penjara. Di dalam penjara itulah Ibn Taimiyyah menulis salah bukunya yang terkenal, Al-Shârim al-Masilil ‘ala Syâtim al Rasul (Pedang Terhunus untuk Penghina Rasul).

Menurut sejarah, sepanjang hayatnya Ibn Taimiyyah pernah dipenjara sebanyak tujuh kali, tiga kali diantaranya di Damaskus, Syria dan selebihnya di Mesir (Kairo rnaupun Alexandria). Hampir semua kasus yang mengakibatkannya dijebloskan ke penjara, adalah keteguhannya memegang prinsip kebenaran serta karena kedengkian dan makar para musuh polemiknya yang didukung oleh penguasa. Tetapi Ibn Taimiyyah menjalani cobaan itu semua dengan jiwa besar dan ketegaran luar biasa. Sebagaimana banyak dinukil para penulis biografi beliau, Ibn Taimiyyah senantiasa menyatakan, “Apa yang bisa dilakukan oleh musuh-musuhku terhadapku? Surga (ketenangan dan kedamaian)-ku berada dalam dadaku dan akan terus bersamaku tak terpisahkan kemanapun aku melangkah. Bagiku, penjara adalah tempatku untuk menyendiri dan berkontemplasi. Jika aku dibunuh maka itu adalah syahadah dan jika aku diasingkan maka itu adalah kesempatan bagiku untuk melakukan perjalanan jauh.”

Tentang filosofi penjara ini, sebagaimana dinukil oleh muridnya Ibn Al-Qayyim dalam Al Wabil al-Shayyib, Ibn Taimiyyah mengatakan, “Seseorang yang sesungguhnya terpenjara adalah dia yang hatinya terpenjara dan Allah serta keinginannya diperbudak oleh hawa nafsunya.”

Ibn Taimiyyah juga banyak mengisi hidupnya dengan jihad, baik dengan ilmu (bil lisan wa al qalam) maupun terjun langsung ke medan tempur. Selama masa masa invasi tentara Mongol ke Damaskus antara tahun 1299 sampai 1303 M, Ibn Taimiyyah terus menerus mengobarkan semangat jihad di dada kaum Muslimin dengan fatwa-fatwa dan ceramahnya. Pada masa kekuasaan Sultan Al Malik al Mansur Lâjin (696-698/1297- 1299) beliau ditunjuk oleh Sultan untuk ikut serta sekaligus sebagai pembina moral dan pengobar semangat keimanan pasukan jihad yang dikirim dalam perang melawan pasukan Kerajaan Armenia Kecil.

Ibn Taimiyyah juga pernah menjadi jurubicara delegasi para ulama yang datang menghadap pemimpin pasukan Mongol II Khan Ghazan untuk menyampaikan penolakan kehadiran mereka di Damaskus. Bulan Ramadhan tahun 702 H/ 1303 M, dalam sebuah invasi pasukan Mongol, Ibn Taimiyyah ikut berperang dalam pertempuran yang dikenal dengan Perang Syaqhab, beliau saat itu memfatwakan dibolehkannya berbuka selama perang berkecamuk.

Di luar masa-masa perang dan waktu dipenjara, Ibn Taimiyyah memanfaatkan usianya untuk menulis buku-buku dan mengajarkan ilmunya, serta mencetak kader-kader yang kemudian menjadi ulama kenamaan seperti Ibn Qayyim al-Jauziyah (w.1350), Al-Hafidz al Dzahabi (w. 1348) dan Ibn Katsir (w. 1372).

Pembaruan dan Pemikiran Ibn Taimiyyah
Ibn Taimiyyah sangat menaruh perhatian dan keprihatinan sangat besar terhadap kondisi umat Islam saat itu. Dengan menggunakan timbangan naql (wahyu) dan akal, serta teladan salaf al-salih beliau menyimpulkan bahwa umat Islam telah menyimpang dan karakter aslinya, sehingga mengalami kemunduran, keterbelakangan dan tunduk kepada bangsa lain. Dan situ beliau memulai proyek pembaruannya yang komprehensif dengan mencontoh prinsip Imam Malik ibn Anas (w. 179 H/ 795M) bahwa, “Generasi umat Islam masa kini tidak akan pernah berhasil dan menjadi unggul kecuali dengan apa yang menjadikan generasi pertama umat Islam menjadi berhasil dan unggul.”

Menyadari sentralitas konsep Tauhid dalam sistem bangunan Islam, Ibn Taimiyyah mengerahkan upaya terbesarnya untuk memurnikan akidah Islam dan kesyirikan dan infiltrasi berbagai unsur luar seperti filsafat Hellenis-Yunani, mistisisme, paham hulul (inkarnasi), wahdat al-Wujud (pantheisme monisme) dan fatalisme (jabariyah).

Ibn Taimiyyah berupaya kuat untuk membangun kembali hubungan antara realitas dan problem umat dengan sumber sumber Islam yang murni, serta membangun kesadaran tugas hidup manusia dan misinya di dunia dengan jihad dan ijtihad (menggunakan akal sehatnya secara benar dan optimal). Maka dan itu, meski Ibn Taimiyyah sangat ketat berpegang kepada Al-Qur’an dan Sunnah, beliau juga menggunakan qiyas (analogical reasoning) dan argumentasi kemaslahatan (al-mashlahah) dalam pemikirannya. Menurut beliau, hanya dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnahlah kaum Muslimin dapat kembali bersatu dan tidak terpecah belah.

Dalam masalah ibadah, Ibn Taimiyyah menegaskan bahwa manusia tidak membutuhkan perantara untuk bisa berkomunikasi dengan Allah. Beliau juga berjuang keras untuk membersihkan cara-cara beragama yang dipenuhi dengan bid’ah. Seorang Muslim menurutnya tidak harus tunduk kepada satu madzhab dan pendapat golongan tertentu, jika didapati bertentangan dengan teks-teks otentik dan al-Qur’an maupun Sunnah.

Dalam masalah politik, Ibn Taimiyyah meyakini bahwa membangun negara adalah bagian dan perintah Allah. Melalui negara, doktrin al-amru bi al-ma’ruf dan al nahyu ‘an al-munkar dapat diwujudkan dengan semestinya. Negara juga merupakan amanah untuk menyelesaikan urusan urusan masyarakat banyak.

Ibn Taimiyyah, dengan segala kekurangan dan kelemahannya, nyatanya merupakan tokoh besar yang patut dibanggakan umat Islam. Ibn Hajar al-’Asqallani (w. 852/1448), seorang ahli hadits terkemuka, dalam salah satu pernyataannya pernah memuji Ibn Taimiyyah, “Pengakuan akan keimaman (ketokohan) Taqiyuddin (ibn Taimiyyah) lebih terang dan pada matahari. Gelaran Syaikh al-Islam pada zamannya masih terus lestari hingga sekarang di atas lidah-lidah yang berbudi luhur dan akan lestari hingga hari esok sebagaimana hari kemarin. Tidaklah seorang pun mengingkarinya kecuali mereka yang tidak mengerti atau berpaling dan sikap adil...”
kemzoft
kemzoft
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Male
Number of posts : 63
Location : Bandung
Job/hobbies : IT
Reputation : 6
Points : 5159
Registration date : 2010-06-02

http://www.kemzoft.com

Back to top Go down

Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam Empty Re: Jika Orang Kafir Sudah Berani Menghina Islam

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum