MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
ISLAMOPHOBIA Myth EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
ISLAMOPHOBIA Myth EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


ISLAMOPHOBIA Myth Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 93 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 93 Guests :: 3 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


ISLAMOPHOBIA Myth

2 posters

Go down

ISLAMOPHOBIA Myth Empty ISLAMOPHOBIA Myth

Post by benarkah Tue 22 Jun 2010, 1:16 pm

The Islamophobia Myth - Mitos 'Islamophobia'-
yang Sering Dilemparkan ke Barat & Umat Bukan Islam



Sepuluh tahun
silam tak seorangpun yang pernah mendengar 'Islamophobia'. Kini setiap
orang mulai dari pemimpin-pemimpin muslim, aktifis anti-rasial sampai para
menteri ingin meyakinkan kita bahwa Inggris sedang dilanda rasa kurang senang
terhadap Islam.

Tapi benarkah Islamophbia itu ada? Persoalan yang ditimbulkan adalah gagasan
tersebut mengacaukan pengertian antara kebencian dan diskriminasi terhadap kaum
Muslim di satu pihak dengan kritik terhadap Islam di pihak lain. Tuduhan adanya
Islamophobia seringkali digunakan bukan untuk menyoroti rasisme tapi
untuk
membungkam kritik terhadap Islam
, atau bahkan
usaha kaum Muslim yang sedang memperjuangkan reformasi bagi komunitas mereka.



Dalam
kenyataannya diskriminasi terhadap kaum Muslim tidaklah separah seperti yang
sering dinyatakan. Ketika saya sedang membuat film tentang Islamophobia untuk
Channel 4, saya menemukan jurang pemisah yang lebar antara persepsi dan
kenyataan. Salah satu pokok persoalan adalah tindakan kepolisian yang
mengganggu umat Muslim. Musim panas yang lalu kantor pusat mengeluarkan data
yang menyatakan kenaikan 300 persen dalam jumlah warga keturunan Asia yang
dicegat dan diperiksa di bawah undang-undang anti-teror kerajaan Inggris. Para
jurnalis, pemimpin Muslim bahkan kantor pusat semuanya meneriakkan
"Islamophobia". "Seluruh komunitas Muslim dijadikan target
oleh polisi
," klaim Khalid Sofi dari Dewan Muslim Inggris.



Angka kasar
"kenaikan 300 persen" paling tidak menyiratkan adanya penanganan
kepolisian yang tidak memadai. Tapi periksalah lebih dalam, dan datanya
menunjukkan hanya terdapat 3.000 warga keturunan Asia yang dicegat dan
diperiksa dalam tahun sebelumnya di bawah Undang-Undang Terorisme. Dari angka
ini mungkin hanya setengahnya saja yang merupakan kaum Muslim. Dengan kata
lain, hanya sekitar 1.500 orang dari seluruh populasi kaum Muslim yang
berjumlah paling tidak 1,6 juta jiwa, yang dicegat di bawah undang-undang teror
- sangat tidak mungkin ini merupakan kasus kepolisian yang sedang mengincar
semua umat Muslim.


Jumlah
totalnya teradapat 21.577 orang dari segala latar belakang yang dicegat dan
diperiksa di bawah Undang-Undang Teror. Mayoritasnya, 14.429 orang, adalah
warga kulit putih. Meskipun demikian ketika saya sedang mewancarai Iqbal
Sacranie, sekretaris jenderal Dewan Muslim Inggris, dia bersikeras bahwa
"95-98 persen dari mereka yang dicegat dan diperiksa di bawah
undang-undang anti-teror adalah kaum Muslim." Angka yang sebenarnya
adalah 14 persen
(untuk orang Asia).

Memang terdapat angka yang tidak proporsional dalam penanganan terhadap orang
Asia: jumlah mereka adalah 5 persen dari seluruh populasi, tapi terdapat 14
persen orang Asia dari seluruh warga yang dicegat di bawah Undang-Undang
Terorisme. Mungkinkah ini karena adanya prasangka anti-Muslim. Bisa jadi. Tapi
lebih mungkin terjadi karena pemeriksaan anti teror terjadi di kawasan-kawasan
- di dekat bandara Heathrow misalnya - di mana kebetulan terdapat banyak orang
Asia yang tinggal. Hampir 2/3 dari seluruh pencegatan anti terorisme dan
operasi pemeriksaan terjadi di London, di mana orang Asia membentuk 11 persen
dari seluruh populasi.

Klaim adanya Islamophobia menjadi kurang bisa dipercaya jika kita
mempertimbangkan seluruh pencegatan dan pemeriksaan. Hanya bagian kecil dari
seluruh angka 869.164 pencegatan dan pemeriksaan yang dilakukan di bawah
Undang-Undang Terorisme. Seandainya terdapat Islamophobia yang tersebar luas di
kalangan kepolisian, kita pasti akan menemukan jumlah orang Asia yang tidak
proporsional dalam semua data. Tapi ternyata tidak. Orang-orang Asia dicegat
dan diperiksa dalam proporsi beragam dibanding populasi mereka, jika umur turut
diperhitungkan.



Semua angka
ini dapat diketahui oleh publik. Namun tak seorangpun jurnalis dengan reputasi
yang menantang klaim bahwa orang Asia sedang dicegat dan diselidiki secara
tidak proporsional. Islamophobia diterima begitu saja bahkan tak seorangpun
yang mau repot-repot menyelidikinya apakah itu benar.



Dalam perdebatan
mengenai pencegatan dan pemeriksaan terdapat data obyektif untuk membantah
klaim adanya Islamophobia. Tapi mengenai serangan fisik, kebenarannya
lebih sulit dilihat. Definisi mengenai serangan rasial telah berubah secara
radikal selama 20 tahun terakhir. Sekarang ini apa saja mulai dari menyebut
nama sampai serangan brutal termasuk dalam serangan rasial. Persoalan ini
dipersulit oleh fakta bahwa, mengikuti peristiwa MacPherson yang menyelidiki
kasuh pembunuhan Stephen Lawrence, polisi berkewajiban menerima persepsi korban
atas sebuah serangan. Jika korban percaya bahwa itu adalah serangan rasial,
polisi harus memperlakukan demikian, mengakibatkan terdapatnya elemen subyektif
di dalam laporan.



Jika data
statistik untuk serangan rasial sulit disusun, akan lebih sulit lagi untuk
mentakrifkan serangan Islamophobia. Haruskah kita memperlakukan setiap
serangan pada seorang Muslim sebagai gejala Islamophobia? Jika seorang sopir
taksi Afghanistan diserang, apakah ini serangan rasial, insiden Islamophobia,
ataukan sekedar kasus kekerasan biasa?



Ketidakpastian
semacam itu memberi peluang untuk menjual segala macam klaim mengenai
Islamiophobia. Menurut Iqbal Sacranie, kaum Muslim belum pernah menghadapi
bahaya fisik yang lebih berat daripada sekarang ini. Editor Muslim News, Ahmed
Versi, juga memiliki keyakinan serupa bahwa, " Setelah peristiwa 11
September, kami menghadapi jumlah serangan pada kaum Muslim yang paling besar
daripada yang pernah ada."



Pengalaman
pribadi dan data statistik yang ada menentang klaim ini. Saat saya tumbuh pada
tahun 1970-an dan 1980-an, rasisme memang keji dan seringkali fatal. Penusukan
dan pengeboman rutin terjadi di bagian-bagian tertentu wilayah Inggris. Pada
Mei 1978, lebih dari 7.000 warga keturunan Bengali berbaris dari Whitechapel
menuju Whitehall sebagai protes atas pembunuhan pekerja garmen Altab Ali di
dekat Brick Lane - salah satu dari 8 pembunuhan rasial pada tahun tersebut.
Pada dekade berikutnya, terdapat paling tidak 45 pembunuhan serupa. Bagi kaum
Muslim, akhir dekade 1980 - mulai dari kasus Rushdie hingga Perang Teluk -
memang benar-benar berat. Saya dulu biasa mengorganisasi patroli di wilayah
pemukiman London timur untuk melindungi keluarga Asia dari serangan rasial.

Inggris kini telah menjadi lebih baik - bahkan bagi kaum Muslim. Memang masih
ada serangan rasial. Awal bulan desember, 3 orang pemuda Muslim dipukuli di
Manchester oleh gerombolan berjumlah 15 orang yang kuat dalam sebuah peristiwa
yang digambarkan polisi sebagai serangan rasial yang menakutkan. Tapi kita telah
banyak berubah sejak tahun 1970-an dan 1980-an, dan saya melihat mengecilnya
intensitas rasial yang muncul berikutnya.



Data
statistik yang tersedia cenderung membenarkan persepsi pribadi ini. Uni Eropa
begitu peduli atas serangan pada kaum Muslim mengikuti peristiwa 11 September
hingga Uni Eropa mengangkat laporan khusus. Dalam waktu 4 bulan setelah terjadi
serangan atas World Trade Centre, Uni Eropa menemukan terdapat sekitar 12
serangan serius pada kaum Muslim Inggris. Angkan 12 memang terlalu banyak, tetapi
itu tidak membuktikan adanya Islamophobia.



Bahkan
organisasi-organisasi Muslim yang berkampanye melawan Islamophobia menemukan
kesulitan untuk membuktikan bahwa rutin terjadi serangan pada kaum Muslim.
Komisi Hak Asasi Islam memantau adanya 344 serangan pada kaum Muslim pada tahun
setelah peristiwa 11 September 2001. Kebanyakan adalah insiden kecil seperti
mendorong atau meludah.

Bagi pemimpin-pemimpin Muslim, melambungkan ancaman Islamophobia
membantu mereka mengkonsolidasi basis kekuatan mereka, baik dalam komunitas
mereka sendiri maupun dalam cakupan masyarakat yang lebih luas.
Kaum
Muslim Inggris telah lama melihat dengan perasaan iri akan kekuatan politik
yang dimiliki oleh komunitas Yahudi, dan akan kedudukan yang diberikan kepada
Dewan Perwakilan Yahudi-Inggris.
Salah satu alasan untuk membentuk Dewan Muslim Inggris adalah
untuk berusaha menandingi sukses politik perwakilan Yahudi tersebut. Pemimpin-pemimpin
Muslim berbicara tentang menggunakan Islamophobia, dengan cara yang
sama seperti yang mereka rasakan pemimpin-pemimpin Yahudi telah mengeksploitasi
ketakutan terhadap perasaan anti-Semit.


Melebih-lebihkan prasangka anti-Muslim juga berguna bagi para politisi yang
berpengaruh, dan khususnya bagi pemerintah Partai Buruh yang telah menghadapi
pukulan politis karena dampak perang melawan Irak dan undang-undang
anti-terornya. Menjadi sensitif terhadap Islamophobia memberi peluang
bagi mereka untuk memperoleh kembali landasan moral yang tinggi (gains them a 'high
moral ground
'). Hal itu juga mengijinkan para politisi Partai Buruh untuk
mendapatkan suara kaum Muslim. Kaum Muslim merasa dikhianati oleh meletusnya
Perang Irak, menteri perdagangan Mike O'Brien menulis baru-baru ini di Muslim
Weekly, tetapi "Pemerintahan Partai Buruh sedang berusaha menyampaikan
agenda yang menunjukkan perhatian dan rasa hormat terhadap kaum Muslim."



Menurut
O'Brien: Iqbal Sacranie, sekretaris jenderal Dewan Muslim, meminta Tony Blair
untuk menyatakan bahwa pemerintah akan memperkenalkan undang-undang yang baru
yang melarang diskriminasi keagamaan. Dua minggu kemudian, dalam pidatonya
kepada konggres Partai Buruh, Tony Blair berjanji bahwa Pemerintah Partai Buruh
berikutnya akan melarang diskriminasi keagamaan."



Berpura-pura
bahwa kaum Muslim sedang menghadapi masa yang paling berat mungkin bisa
mendukung bagi para pemimpin komunitas dan menolong para politisi memperoleh
suara, tapi hal itu menimpa kita semua, Muslim atau non-Muslim, tanpa
terkecuali. Makin yakin kaum Muslim kebanyakan bahwa mereka sedang berada di
bawah serangan yang terus-menerus, makin marah mereka, menutup diri dan makin
terbuka pada ekstrimisme.



Dalam
perjalanan membuat dokumentasi saya, saya bertanya pada sejumlah kaum Muslim
kebanyakan di seluruh penjuru negeri tentang pengalaman mereka atas
Islamophobia. Semua orang yakin bahwa kekerasan polisi sudah biasa terjadi,
meskipun tak seorangpun yang pernah dicegat dan diperiksa. Semua orang yakin
bahwa serangan fisik telah tersebar luas, meski hanya sedikit yang pernah
diserang atau mengetahui seseorang yang pernah diserang. Apa yang sedang
diciptakan di sini adalah budaya akibat-buruk-sebagai-korban di mana "Islamophobia"
telah menjadi satu-satunya penjelasan bagi semua problem yang dihadapi kaum
Muslim.



Pertimbangkanlah
masalah sosial yang menimpa komunitas Muslim. Warga keturunan Bangladesh dan
Pakistan yang merupakan 2/3 dari populasi Muslim di negara ini, memiliki
kemungkinan dua kali lebih besar untuk menjadi pengangguran dibandingkan warga
kulit putih; penghasilan rata-rata pria Muslim hanya 68 persen dibandingkan
pria non-Muslim; 65 persen warga keturunan Bangladesh adalah pekerja manual
semi-terampil dibandingkan 23 persen di antara minoritas etnik lainnya dan 15
persen di antara keturunan Briton berkulit putih; 54 persen keluarga keturunan
Pakistan dan Bangladesh menerima bantuan sosial; pada tahun 2000, 30 persen
siswa keturunan Pakistan memperoleh lima atau lebih GCSE yang baik,
dibandingkan dengan jumlahnya yang 50 persen dari seluruh populasi. Sudah jamak
untuk menyalahkan semua ini pada Islamophobia. Menurut Muslim News,
"reportase media tentang Islam dan kaum Muslim memiliki dampak besar
terhadap kesempatan kerja bagi kaum Muslim."

Namun pengangguran, kemiskinan dan rendahnya pendidikan bukanlah fenomena baru
dalam komunitas Muslim di negara ini, penyebabnya banyak dan beragam. Rasisme
memang memainkan peranan. Tapi demikian juga kelas sosial. Kelas sosial warga
keturunan Pakistan dan Bangladesh lebih dekat dengan keturunan Afro-Caribia
daripada dengan etnis India dan China. Sementara etnis India dan China berasal
dari kelas menengah, kebanyakan keturunan Bangladesh, Pakistan dan
Afro-Caribia berasal dari kelas pekerja kasar dan daerah pedesaan.



Beberapa
orang juga mempersalahkan praktek kultural dalam komunitas Muslim tertentu.
"Pada umumnya ," jurnalis Yasmin Alibhai-Brown mengakui,"
Komunitas
dengan penghasilan terendah di negara ini adalah Muslim.
Jika engkau membicarakannya
dengan orang-orang mengapa hal ini terjadi, satu-satunya alasan yang mereka
berikan adalah Islamophobia." Ini bukanlah argumen yang diterima oleh
Alibhai-Brown. "Bukanlah Islamophobia jika ada orang tua yang meminta
anak gadis mereka yang berusia 14 tahun untuk meninggalkan sekolah dan menikah
dengan seorang buta huruf."


Alibhai-Brown tidak setuju dengan pendapat ini tentang taraf Islamophobia,
ia mempercayai bahwa Islamophobia memang merupakan kekuatan besar yang
membentuk kehidupan kaum Muslim. Meskipun demikian, ia menambahkan, itu juga
bisa dijadikan "label yang nyaman, menyerupai daun ara...dan
seringkali digunakan untuk memeras masyarakat."


Semua ini menyarankan diperlukannya pembicaraan yang terbuka dan jujur tentang
kaum Muslim dan hubungannya dengan masyarakat Inggris yang lebih luas.
Kemungkinan untuk pembicaraan yang terbuka dan jujur seperti itu nampaknya
tidaklah terlalu tinggi.
"Islamophobia" bukan
saja telah menjadi gambaran akan prasangka anti-Muslim - tapi juga menjadi
rumusan bagi apa yang boleh dan tidak boleh dibicarakan tentang Islam.
Setiap tahunnya, Komisi Hak Asasi Islam
menyelenggarakan acara pemberian hadiah untuk mengolok-olok "Tokoh
Islamophobia Tahun Ini (kononnya)."
Tahun lalu terdapat dua orang
Inggris yang menjadi pemenang. Yang pertama adalah Nick Griffin dari Partai
Nasional Inggris.



Yang kedua
adalah kolumnis Guardian, Polly Toynbee. Pembelaan Toynbee atas sekularisme dan
hak asasi wanita, dan kritiknya terhadap Islam, dinyatakan oleh Komisi Hak
Asasi Islam (IHRC) tidak dapat diterima. Bukankah ini benar-benar absurd, tanya
saya pada Massoud Shadjareh dari IHRC, untuk menyamakan seorang anti-rasis
liberal seperti Polly Toynbee dengan pemimpin partai berhaluan neo-fasis? Sama
sekali tidak, jawabnya. Kami memang perlu bekerja sama dan berbicara. Tetapi
ada batasnya untuk itu." Sungguh sulit untuk membayangkan kerja sama dan
pembicaraan seperti apa yang bisa terlaksana jika tokoh-tokoh pemimpin Muslim
tidak bisa membedakan antara kritik liberal dan serangan neo-fasis. Akan sangat
mudah untuk mengesampingkan IHRC sebagai organisasi pinggiran.



Tapi ternyata
tidak. Ia adalah badan konsultasi PBB. Karya mereka telah dipuji oleh Komisi
Untuk Persamaan Ras. Lebih penting lagi, argumennya - bahwa dalam masyarakat
plural, kebebasan berpendapat dibatasi oleh kebutuhan untuk tidak menghina
agama tertentu atau kelompok-kelompok kultural lain - telah secara luas
diterima.



Jadi
pemerintah saat ini sedang merancang undang-undang yang baru untuk melarang
hal-hal yang memicu kebencian keagamaan. Rancangan undang-undang kejahatan dan
kepolisian yang serius dan terorganisasi akan menjadikannya sebuah pelanggaran
"dengan secara sengaja menggunakan kata-kata, tingkah laku atau bahan
lainnya untuk mengancam, melecehkan atau menghina dengan maksud atau dampak
serupa untuk menimbulkan kebencian terhadap kelompok masyarakat yang dijadikan
sasaran karena kepercayaan agama mereka." Para pendukung undang-undang ini
menyatakan bahwa undang-undang ini akan menjangkau kaum Muslim maupun kelompok
keagamaan lainnya, seperti halnya perlindungan terhadap kelompok rasial yang
sudah mereka miliki. Kaum Sikh dan Yahudi dilindungi oleh Undang-Undang
Hubungan Rasial. Undang-undang yang baru ini dirancang untuk memenuhi
kepentingan kaum Muslim yang belum tercakup.



Tapi
sebenarnya sudah merupakan sebuah pelanggaran untuk memicu kebencian keagamaan.
Undang-Undang Ketertiban Umum tahun 1986 yang telah diamandemen pada tahun 1998
untuk memuat pelanggaran "gangguan keagamaan". Seseorang dinyatakan
melakukan pelanggaran jika dia "mempertontonkan tulisan, simbol atau
representasi visual lainnya yang mengancam, melecehkan atau menghina, yang
dapat didengar atau dilihat oleh seseorang yang dapat menimbulkan gangguan,
ketakutan atau bahaya." Pelanggaran tersebut "bisa dilakukan di
tempat umum maupun pribadi." Tak lama setelah peristiwa 11 September, Mark
Norwood, seorang anggota BNP, dihukum di bawah undang-undang ini setelah dia
meletakkan poster di jendelanya dengan gambar gedung World Trade Centre yang
terbakar dengan slogan "Islam keluar dari Inggris."



Bagaimanapun
juga, terdapat perbedaan yang fundamental antara ras dan agama. Engkau tak bisa
memilih warna kulitmu; engkau bisa memilih kepercayaanmu. Agama adalah
serangkaian kepercayaan. Aku bisa menjadi tidak suka terhadap kepercayaan lain.
Jadi mengapa aku tidak bisa merasa tidak suka terhadap agama?



Beberapa pendukung
undang-undang ini bersikeras bahwa undang-undang ini akan tetap mengijinkan
kita berseloroh dan mengkritik agama-agama. Tapi dalam prakteknya,
undang-undang ini akan menjadi mimpi buruk untuk diperlakukan. Semua pemimpin
muslim yang saya ajak berbicara ingin menggunakan undang-undang ini untuk
melarang The Satanic Verses [Ayat-ayat Setan]. Ahmed Versi, editor
Muslim News, berpikir bahwa Margaret Thatcher harusnya dituntut karena
berpendapat bahwa setelah peristiwa 11 September 2001 tidak terdapat cukup
kutukan atas terorisme dari ulama Muslim.



Sepuluh tahun
lalu, pemerintah Tory menolak undang-undang serupa karena para menteri takut
bahwa hal itu akan digunakan untuk melarang The Satanic Verses. Sekarang
ini, para menteri kantor pusat dan direktur tuntutan publik meyakinkan semua
orang bahwa ini tak mungkin terjadi." Kita masih akan bebas untuk saling
berseloroh," kata direktur tuntutan publik, Ken Macdonald kepada saya. Ini
berarti banyak kaum Muslim yang tidak akan merasa puas. Setelah mendukung ketakutan
yang dibesar-besarkan atas prasangka anti-Muslim dan mengajak kaum Muslim
percaya bahwa undang-undang yang baru telah dirancang untuk memenuh kepentingan
mereka, para menteri mungkin akan kesulitan untuk mengecewakan harapan kaum
Muslim. Apa yang nampak di ruang persidangan sekarang ini adalah segala bahan
yang bisa menimbulkan kerusuhan umum dipandang sebagai memicu kebencian rasial
atau keagamaan. Jadi undang-undang yang baru ini dapat memicu menciptakan
ketidaktertiban umum karena kelompok-kelompok yang merasa kurang puas berusaha
menyensor apa yang mereka anggap sebagai penghinaan. Pemandangan di Birmingham
di luar Sikh mempermainkan Behzti mungkin akan terulang berkali-kali.



Dalam satu
pengertian, cacat dalam proporsal ini adalah ketidak-relevensinya, karena nilai
yang sebenarnya bukan kepentingan praktis, tapi seperti yang dikatakan direktur
tuntutan umum, "simbolik." Undang-undang tersebut dibentuk bukan
untuk menyediakan penyelesaian hukum atas masalah sosial, tapi untuk membuat pernyataan
moral akan apa yang diterima maupun tidak diterima di masyarakat. Tujuan hukum
bukanlah untuk menyensor perilaku kita, tapi untuk menjadikan kita mampu
menyensor diri kita sendiri.



Ironi dari
pendekatan ini adalah hal ini menggarisbawahi nilai yang terdapat dalam hidup
bersama di tengah masyarakat yang beragam. Keragaman itu penting, bukan demi
keragaman itu sendiri, tapi karena hal itu menjadikan kita mampu memperluas
cakrawala kita, membandingkan nilai-nilai, keyakinan dan gaya hidup yang
berbeda, dan membuat penilaian atas mereka. Dengan kata lain, hal itu
mengijinkan kita untuk bekerja sama dalam debat dan dialog politik yang bisa
membantu menciptakan nilai dan keyakinan-keyakinan yang universal, dan bahasa
kewarganegaraan yang kolektif. Tapi debat dan dialog semacam inilah, dan
membuat penilaian semacam itu, yang coba ditindas oleh multikulturalisme
kontemporer atas nama "toleransi" dan "rasa hormat".


Kutipan
Dari Prospect Magazine | February 10, 2005, ditulis oleh Olih Kenan Malik, Dengan
Terima Kasih
.
Original English article: Islamophobia
Myth by Kenan Malik, FrontPage magazin.com, February 10, 2005;
translated and published on Answering Islam with permission of FrontPage magazin.com.

benarkah
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Number of posts : 33
Reputation : 0
Points : 5124
Registration date : 2010-06-15

Back to top Go down

ISLAMOPHOBIA Myth Empty Re: ISLAMOPHOBIA Myth

Post by answering-ff Tue 22 Jun 2010, 1:21 pm

koq yo aneh-aneh artikel koe?

klo karena bukan islamphobia, tentu ali sina gak mengerang....

dah lah, bukan myth tuh tapi fact!


Menyongsong Punahnya Islam

Wadah
syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran
artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin
Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!

http://islamphobia.tk
answering-ff
answering-ff
MUSLIM
MUSLIM

Number of posts : 3333
Location : ruang humor
Humor : "gile ada yang ngrampok baju gw, Tuhan elu", kata Yesus
Reputation : 10
Points : 8915
Registration date : 2009-11-13

http://www.aboutkutukupret.tk

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum