MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 79 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 79 Guests :: 2 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya "

Go down

"Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya " Empty "Muhamad dengan Nabi - nabi sebelumnya "

Post by benarkah Thu 24 Jun 2010, 9:47 am

Membandingkan Muhamad
dengan Nabi-Nabi Sebelumnya



Hanya beberapa tahun yang lalu, tidak biasanya kita menemui orang muslim di
Amerika kecuali dalam lingkungan pendidikan. Kini, makin banyak orang muslim ( imigran ) yang datang
kemari untuk pendidikan, bisnis, dan dakwah (penyebaran agama). Dengan
bertumbuhnya agama Islam di Amerika, maka perlu kiranya bagi umat Kristen untuk
mengetahui hal-hal dasar mengenai Islam sebagai agama dan para Muslim sebagai
pemeluknya. Untuk tujuan ini, kita akan mempelajari Muhamad, pendiri agama
Islam yang lahir kira-kira tahun 570 sesudah Masehi di kawasan yang kini kita
kenal sebagai Arab Saudi. Muhamad mengaku bahwa Jibril (Gabriel) menyuruhnya
untuk berkata-kata dan mengutus Muhamad sebagai nabi Allah.


Hal pertama yang harus kita ketahui adalah pribadi Muhamad. Muhamad mengaku
sebagai nabi yang memberi peringatan kepada para penyembah berhala di masanya.
Selain itu, Muhamad juga mengaku bahwa ia adalah ‘nabi terakhir’ setelah Musa,
Nuh, Abraham, Ismail, Daud, dan Sayidina Isa . Jika saja Muhamad tidak
menyamakan dirinya dengan nabi-nabi sebelumnya, maka tidaklah sulit untuk
menilai kenabian Muhamad. Namun, karena Muhamad mengaku berasal dari tradisi
kenabian masa lampau, kita melihat banyak masalah bermunculan.


Pertama, para nabi di Perjanjian Lama selalu memanggil umat
Israel untuk kembali kepada hukum Taurat dan Perjanjian. Ini adalah tema utama
bagi para nabi. Bacalah kitab nabi manapun dalam Perjanjian Lama, Anda akan
menemukan tema ini: memanggil umat yang telah sesat untuk kembali menyembah
kepada Yahweh, sang Pencipta dan Penyelamat. Muhamad jelas tidak sesuai dengan
panggilan ini. Ia tidak memanggil umat untuk kembali kepada hukum Taurat dan
Perjanjian yang telah diberikan Tuhan sendiri, melainkan menggantinya dengan
kata-katanya sendiri. Firman Tuhan yang datang sebelumnya dipandang penting
hanya jika dapat dipergunakan untuk mendukung pesan Muhamad yang menurut
pengakuannya tidak saling bertentangan.


Kedua, para nabi sebelum Muhamad tidak mengambil tindakan
untuk menghukum umatnya. Jika kita baca kitab nabi Yeremia, nabi Yesaya, atau
nabi Amos, ada nubuat bahwa Yahweh sendiri yang akan menghukum umatnya yang
tidak percaya. Yeremia menyatakan bahwa Tuhan memakai kerajaan Babilonia untuk
menghukum umat Israel. Yeremia tidak membentuk pasukan pribadi lalu main hakim
sendiri. Anehnya, Muhamad justeru melakukan hal ini! Bertentangan dengan
Muhamad, tidak ada nabi Perjanjian Lama yang menyatakan jihad. Tidak ada jihad
melawan Mesir, jihad melawan Babilonia, jihad melawan Yunani, atau melawan
siapapun.


Ketiga, para nabi dalam Perjanjian Lama hidup dalam kesusahan.
Mereka diasingkan, dihina, dianiaya, bahkan dibunuh. Tidak ada satu pun nabi
yang berusaha membela dirinya atau melawan. Kebalikannya, Muhamad tidak
membiarkan dirinya diasingkan. Ia tidak mengijinkan adanya oposisi. Dan ini
dilakukannya melawan pribadi maupun kelompok. Sebagai contoh, seorang Yahudi
bernama Ka’b Ibn Al-Ashraf menulis sajak-sajak yang mengkritik Muhamad. Maka suatu
hari Muhamad berkata, ”Siapa yang akan menyingkirkan Ka’b bagiku?” Lima
pengikut, termasuk Muhamad Ibn Maslama memancing Ka’b untuk keluar rumah,
kemudian mereka memenggal kepalanya. Mereka membawa
kepala Ka’b kepada Muhamad sambil berteriak, “Allahu Akbar!” dan Muhamad
menyetujui tindakan tersebut.[1]



Tapi yang lebih parah, adalah yang menimpa orang-orang Yahudi yang tinggal
di Medinah dan kota-kota sekitarnya. Di tahun ketujuh masa kekuasaan Muhamad,
sebuah kampanye dilancarkan untuk melawan orang-orang Yahudi di Khaibar. Di
Medinah, Muhamad dengan keras membungkam orang-orang Yahudi yang mengkritiknya
. Umat Yahudi mempertanyakan pemahaman Muhamad mengenai kitab-kitab
Perjanjian Lama karena bagi mereka, pemahaman Muhamad sungguh amat dangkal.
Padahal Muhamad mengatakan bahwa kitab-kitab Perjanjian Lama harus dibaca dan
dihormati.[2] Kasus pertama menimpa
sebuah suku Yahudi yang disebut Banu Kainuka. Seorang Yahudi menjahili seorang
perempuan Arab, sehingga ia dibunuh oleh seorang Muslim. Banu Kainuka kemudian
balas membunuhnya. Setelah insiden tersebut, Muhamad memerintahkan untuk
menahan orang-orang Yahudi dan mereka diharuskan menyerahkan semua harta benda,
kemudian mereka diizinkan mengungsi ke Siria.


Kaum laki-laki dari Banu Kainuka bernasib malang. Mereka tidak mendukung
Muhamad saat ia mengepung kota Medinah. Sebagai konsekuensi, seluruh laki-laki
dari suku ini dihukum mati, sedangkan para perempuan dan anak-anak dijual
sebagai budak. Ada lebih dari 600 laki-laki suku Kainuka yang dibantai. Andrae
menyinggung hal ini dalam komentarnya mengenai karakter Muhamad,”Seorang harus
menilai kekejaman Muhamad terhadap orang Yahudi sebagai akibat dari penolakan
mereka yang menimbukan kekecewaan terbesar dalam hidup Muhamad, dan pada saat
itu, mereka merupakan ancaman yang dapat menghancurkan otoritas kenabian
Muhamad.”[3]


Muhamad dikritik orang Yahudi dan orang Mekah karena ia tidak dapat
menunjukkan mujizat-mujizat seperti nabi-nabi sebelumnya. Muhamad menunjuk
Qur’an sebagai suatu mujizat.
Karena Qur’an menyuruh
kita untuk merujuk kepada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita menemukan
perbedaan mendalam antara kenabian Muhamad dengan yang dikatakan Kitab Suci
mengenai keaslian seorang nabi. Kita lihat sebuah ayat yang sering digunakan
umat Muslim untuk membuktikan kenabian Muhamad. Dalam kitab Ulangan 18:15, Musa
menyatakan:


Seorang nabi dari tengah-tengahmu,
dari antara saudara
saudaramu, sama seperti
aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu
dengarkan.



Dari ayat ini saja, jelas-jelas dinyatakan bahwa nabi
tersebut haruslah dari umat Israel sendiri! Tapi marilah kita lanjutkan ke ayat
21 dan 22:


Jika sekiranya kamu
berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak
difirmankan TUHAN? Apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang
tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya,
maka janganlah gentar kepadanya.



Jika kita membaca kisah para nabi di Perjanjian Lama, mereka menubuatkan
kejadian-kejadian yang akan terjadi dalam waktu dekat maupun masa yang masih
jauh. Sebagai contoh, nabi Yehezkiel menyatakan bahwa Yerusalem akan runtuh
saat ia menjadi tawanan di Babilonia. Hal yang sama bahkan telah dinyatakan
oleh nabi Yeremia, saat ia berada di Yerusalem, jauh hari sebelum
keruntuhannya, namun cukup dekat sehingga pada masa itu orang dapat melihat
nubuat tersebut memang berasal dari Tuhan karena menjadi kenyataan. Nabi Amos
menubuatkan bencana gempa bumi yang memang terjadi dua tahun kemudian. (Amos
1:1)


Para cendekia Muslim mengatakan bahwa Sura 44:9-16 menubuatkan kekalahan
orang-orang Mekah. Tapi pembacaan yang jujur menunjukkan bahwa itu merujuk pada
hari penghakiman terakhir:


Tetapi mereka
bermain-main dalam keragu-raguan. Maka tunggulah hari ketika langit membawa
kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Mereka
berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya
kami akan beriman." Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal
telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan, kemudian
mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang
menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila. Sesungguhnya
(kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan
kembali (ingkar). (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan
hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan.



Nubuat-nubuat lain yang dirujuk oleh cendekia Muslim bersifat sangat umum,
sehingga tidak sebanding dengan nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang sangat
spesifik. Sura 13:8, 14:24, dan 8:36 menubuatkan kemenangan Islam, ketetapan
ajarannya dan pertumbuhan kekuasaan Islam awal. Dalam membaca ayat-ayat
tersebut kita menemui rujukan pada penghakiman terakhir, hukuman dan
penderitaan dalam neraka, juga pada bagian terakhir sebuah komentar mengenai
kemenangan dalam pertempuran Badr, setelah kejadiannya. Ada semacam kontradiksi
antara Qur’an dengan cendekia Muslim. Qur’an hanya menyatakan Muhamad sebagai
pemberi peringatan, tetapi para cendekia terpaksa menyediakan semacam mujizat
nubuat atas tuntutan orang Mekah terhadap kenabian Muhamad.


Keempat, ada masalah besar bagi non-Muslim yang ingin mengevaluasi
kenabian Muhamad. Ini menyangkut kredibilitas dan kejujuran.
Adalah sebuah aksioma bahwa Muslim menerima Qur’an sebagai benar dan
Muhamad sebagai orang yang jujur. Seorang nabi sudah sepantasnya menyatakan
kebenaran. Nubuat para nabi Perjanjian Lama terbukti benar, tetapi apa yang
mereka nyatakan mengenai masa lalu pun adalah benar. Di mana masa lalu dirujuk
dalam Perjanjian Lama, rujukannya benar dan sesuai dengan kenyataan dan
sejarah. Di lain pihak, ada rujukan-rujukan dalam Qur’an yang dianggap benar,
namun pada kenyataannya salah. Haruskah kita percaya kepada Muhamad apabila
catatan sejarah berlawanan dengan apa yang disampaikannya?





Ambil sebagai contoh Sura 5:110:


(Ingatlah), ketika Allah
mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhulkudus. Kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah)
di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah
pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung
dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung
(yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan
orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari
kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi
Bani Israel (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di
antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata."



Di sini kita mendapatkan fakta dan fiksi tercampur-aduk. Orang Kristen
tidak menerima injil palsu yang menceritakan Sayidina Isa membuat burung dari
tanah liat kemudian membuatnya hidup. Injil-injil palsu bermunculan lebih dari
seratus tahun setelah Sayidina Isa . Injil-injil tersebut adalah fiksi yang
muncul karena keingintahuan orang mengenai masa-masa hidup Sayidina Isa yang
tidak dicatat dalam Injil sejati. Injil Yohanes menyatakan bahwa mujizat
pertama Sayidina Isa adalah mengubah air menjadi anggur dalam sebuah perjamuan
pernikahan di Kana. Ini mungkin mengejutkan bagi pemikiran Muslim, tapi
kenyataannya anggur adalah bagian hidup sehari-hari di Israel.


Contoh lain adalah rujukan mengenai penyaliban Sayidina
Isa . Sura 4:157:


dan karena ucapan
mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam,
Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa.



Ada beberapa penjelasan menarik tentang mengapa Muhamad membuat pernyataan
di atas, tetapi fakta sejarah membuktikan kesalahannya. Apa yang tertulis dalam
Injil, maupun catatan sejarah Yahudi maupun non-Yahudi memperkuat fakta bahwa


Sayidina Isa memang disalib. Ajaran Gereja awal dan tradisi orang Kristen
mendukung bahwa Sayidina Isa benar-benar disalib dan kemudian bangkit dari
kematian. Muhamad ternyata tidak termasuk dalam kelompok ini. Pada masa kini
memang ada orang yang menolak kebangkitan Sayidina Isa karena filsafat duniawi
mereka, tetapi mereka sama sekali tidak menyangkal bahwa penyaliban Sayidina
Isa benar terjadi.


Satu lagi contoh kesalah-pahaman atau ketidaktahuan Muhamad adalah mengenai
Tuhan sendiri.Sura 4:171 menyatakan:


Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al
Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan Kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan Roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada
Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu)
tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak,
segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai
Pemelihara.



Penolakan Muhamad terhadap Sayidina Isa sebagai Anak Allah mencerminkan
ketidakpahaman Muhamad akan konsep Trinitas. Jika Tuhan Maha Pengasih, maka
siapa yang dikasihi Tuhan sebelum penciptaan alam semesta? Kasih bersifat dua
arah. Pemahaman monotheistik Trinitas mencerminkan ke-Esaan Tuhan di mana Allah
Bapa yang kekal, mengasihi Anaknya yang kekal, dan Roh Kudus yang kekal. Jika
kita membaca Injil, kita tidak dapat menghindar dari kesimpulan bahwa Sayidina
Isa adalah Anak Allah yang kekal, telah menjadi manusia dalam daging sebagai
satu-satunya penebus umat manusia.


Kita bisa menarik kesimpulan mengenai Muhamad sebagai nabi Allah. Bisa saja
kita menyimpulkan bahwa Muhamad benar sedangkan seluruh dunia salah, tetapi
fakta sejarah berkata lain. Kita bisa menyimpulkan bahwa pesan Muhamad berasal
dari ‘Allah’, namun bukan dari Yahweh. Kita bisa menyimpulkan bahwa Muhamad
mendapatkan informasi yang salah, namun menggunakannya tanpa menyadarinya.
Mungkinkah Tuhan menyalahi pesan yang Ia berikan sebelumnya? Orang Kristen
percaya bahwa Yahweh Maha-tahu dan konsisten. Ia tidak mungkin merubah isapan
jempol menjadi fakta.


Tujuan mujizat nubuat dalam Perjanjian Lama adalah membuktikan bahwa Yahweh
sendiri adalah yang Tertinggi. Tidak ada gunanya bagi nabi Yesaya untuk
berkata, “Tidak ada tuhan selain Yahweh, dan Yesaya adalah rasulnya.” Tidak ada
yang meragukan bahwa Yesaya, Amos, Elia, atau Yehezkiel adalah nabi. Mereka
memang ditentang, namun pada akhirnya pemenuhan nubuat membuktikan bahwa pesan
mereka memang berasal dari Yahweh. Mereka tidak perlu pengakuan orang lain
bahwa mereka adalah utusan dari Tuhan.


Nah, kesimpulan ini dapat diterima oleh non-Muslim, tetapi jawaban orang
Muslim adalah bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru telah dirubah oleh
orang Yahudi dan Kristen. Ini adalah tuduhan tak berdasar yang tidak didukung
oleh bukti. Tidak ada bukti yang menunjukkan sebuah persekongkolan antara orang
Yahudi dan Kristen untuk melawan Muhamad dengan merubah Kitab Suci. (kita akan
membahas hal ini terakhir)


Kelima, orang Muslim mengatakan bahwa Muhamad tidak pernah
berdosa. Fazlur Rahman menulis,”Seorang nabi adalah pribadi yang secara
keseluruhan sifat dan tingkah-lakunya jauh berada di atas manusia rata-rata. Ia
adalah seorang yang ab inito tidak setuju dengan idealisme manusia, dan memiliki
kehendak untuk menulis kembali sejarah. Pandangan umum Muslim, karenanya
mengambil kesimpulan yang benar secara logis bahwa para nabi dipandang bebas
dari kesalahan-kesalahan serius (doktrin isma). Muhamad adalah pribadi
yang dimaksud, bahkan satu-satunya yang dikenal dalam sejarah.”[4]


Rahman mengakui bahwa doktrin “bebas dosa” para nabi terbentuk lama setelah
masa Muhamad. Setelah kematian Muhamad, pengikutnya memerlukan bimbingan
tambahan yang tidak ditemukan dalam Qur’an. Karena itu dirasakan perlu untuk
mencontoh tingkah laku Muhamad. Dengan kata lain, semua keputusan yang dibuat
Muhamad semasa hidupnya yang tidak ditulis dalam Qur’an, kini dianggap bebas
dari kesalahan. Rahman menambahkan,”Penerima wahyu ilahi tidak dapat diharapkan
membuat kekeliruan besar, terutama dalam masalah moral. Karenanya, doktrin
teologi hanya menyangkup kekeliruan yang serius dan bukan kekeliruan kecil
dalam pertimbangan seperti halnya teori legal yang spesifik.”[5]


Andrae menjabarkan dogma Islam yang menyodorkan Muhamad
sebagai bebas dosa. Menurut dogma ini,”ia tidak pernah melakukan dosa secara
sengaja, dan kalaupun demikian, mungkin ia memang salah melakukan perbuatan
yang bisa dianggap sebagai dosa ringan.”[6]


Dogma ini menimbulkan beberapa masalah serius. Pertama,
Quran menjabarkan sebuah firman di mana Allah mengampuni dosa Muhammad (Sura
48:1):


Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan
kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah
menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak).



Andrae mengutip Muhamad saat ia berdoa dengan nabi-nabi
masa lalu (Sura 3:147):


Tidak ada doa
mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah
pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
[7]


Jika melihat contoh di atas, kita tidak dapat menghindar
dari kesimpulan bahwa Muhamad memang berbuat dosa.


Lagipula, perbedaan antara dosa serius dengan dosa ringan tampak mencolok
dalam beberapa kasus. Tampak perbedaan antara berbohong dan mencuri jika kita
bandingkan bardasarkan akibatnya. Tapi keduanya adalah dosa serius. Apa yang
kita simpulkan dari kehidupan Muhamad sebagai seorang nabi? Dapatkah kita
benarkan dia dari perbuatan merampok? Dapatkah kita anggap perbuatannya
terhadap orang Yahudi sebagai dosa ringan? Dapatkah kita anggap pembantaian 600
orang Yahudi sebagai hal sepele? Apakah pembenaran Muhamad terhadap poligami
termasuk dosa ringan? Dapatkah kita mengacuhkan kasus-kasus tersebut dengan
rasionalisasi bahwa begitulah cara hidup di masa itu? Jika kita berbicara
mengenai Tuhan yang Maha Adil dan nabi bebas dosa, dapatkah kita menyatukan
kedua konsep ini dalam pribadi Muhamad? Ini adalah masalah serius yang harus
dihadapi jika kita ingin menentukan kriteria seorang nabi.


Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama ikut melibatkan diri dalam masalah etika
dan moral. Mencuri, berkhianat, perceraian, perzinahan, dan penyembahan berhala
semuanya ditentang oleh para nabi. Ada jurang perbedaan moralitas yang mendalam
antara pribadi Sayidina Isa dengan Muhamad. Mengatakan bahwa Muhamad bebas
dosa, seperti yang diajukan oleh Rahman menurut dogma Muslim, sama dengan
memutar-balik konsep mengenai dosa. Banyak nabi dalam Perjanjian Lama yang
mengakui dosa mereka kepada Yahweh, dan mereka diampuni. Yesaya (6:1-7) dan
Daud adalah contoh. Sedangkan untuk Muhamad, sepertinya ada peraturan khusus
yang membuat setiap perilaku Muhamad benar dan baik, dan tidak satu pun
perbuatannya dapat dikatakan sebagai dosa atau menyalahi moral.


Keenam, ada dimensi lain yang harus kita cermati. Muhamad
seringkali merujuk kepada Kitab Suci dan menyarankan baik orang Yahudi maupun
Kristen untuk menuruti apa yang tertulis di dalamnya. Kita telah menunjukkan
bagaimana orang Yahudi mempertanyakan pemahaman Muhamad terhadap Perjanjian
Lama. Namun bagaimana dengan Perjanjian Baru? Ada beberapa ayat dalam Perjanjian
Baru yang sangat cocok dengan Muhamad.


Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah
kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang
terakhir.

1Yohanes 2:18





Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Sayidina Isa
adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa
maupun Anak. Sebab barangsiapa menyangkal Anak, ia juga tidak memiliki Bapa.
Barangsiapa mengaku Anak, ia juga memiliki Bapa.
1Yohanes 2:22-23


Dalam pasal 1 Yohanes pasal 4, nabi palsu dijabarkan
sebagai orang yang menyangkal bahwa Bapa telah mengutus Anak untuk
menyelamatkan dunia. Bandingkan dengan pernyataan iman berikut:


Barang siapa mengaku,
bahwa Sayidina Isa adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia
di dalam Allah.

1Yohanes 4:15


Yohanes terus mengingatkan kita:


Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam
dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi
pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang
Anaknya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal
kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anaknya. Barangsiapa memiliki Anak, ia
memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup.
1Yohanes 5:10-12


Ajaran dalam Perjanjian Baru, yang tidak dipahami Muhamad, menyatakan bahwa
ia adalah seorang nabi palsu. Di masa sekarang yang bersifat pluralistik,
pandangan ini tentu kurang populer. Kita hidup pada masa di mana semua agama
dianggap berasal dari Tuhan, dan semuanya menjamin keselamatan. Tentu saja,
pandangan relativisme seperti ini ditentang oleh Islam ortodoks, dan juga oleh
Kristen sendiri. Ravi Zacharias berkomentar bahwa mengatakan semua agama adalah
palsu lebih masuk akal daripada mengatakan semua agama adalah benar. Kebenaran
semua agama dihancurkan oleh kontradiksi antara ajaran yang satu dengan yang
lain.


Muslim mengatakan bahwa Qur’an berasal dari Tuhan, namun tampaknya bersifat
terbatas, mengingat perlunya penambahan-penambahan dari sumber lain. Sebagai
contoh, tradisi mengenai Muhamad mencakup semua yang pernah diucapkan,
dilakukan, atau disetujui olehnya. Seseorang meminta izin kepada Muhamad untuk
naik Haji menggantikan ibunya yang baru saja meninggal. Menurut cerita, Muhamad
mengizinkan hal ini sebagai hutang seorang ibu yang harus dilunasi oleh
anaknya. Cerita-cerita semacam ini ditemukan di Sunnah, atau kumpulan perbuatan
Muhammad.


Ada banyak masalah dalam Sunnah. Karena cerita-cerita ini
baru dikumpulkan satu setengah abad setelah Muhamad, timbul pertanyaan mengenai
mana yang otentik dan mana yang tidak. Dari 600.000 tradisi, Bukhari
menyimpulkan bahwa hanya sekitar 2600 yang bisa dianggap otentik, “setelah
mempertimbangkan duplikat-duplikat serta laporan-laporan yang meragukan.”[8]


Muhamad Ismail al-Bukhari (870) dan Muslim Ibn al-Hajjaj
mengumpulkan dua buku dari ‘Enam Buku Tradisi’. Keempat buku lainnya juga dihormati
di kalangan Muslim. Kaum Muslim Shiah memiliki pula buku-buku hadits mereka.
Cendekia non-Muslim berpendapat bahwa keenam buku tradisi “saling bertentangan,
berat sebelah, dan tidak sesuai jaman” serta,”keenam buku tersebut sebagian
besar memuat bahan yang dibuat-buat.”[


Hadits atau tradisi menyediakan bimbingan tambahan
apabila dalam Qur’an tidak dapat ditemukan. Sura 33:21 menyatakan:


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.



Ayat ini tidak menunjukkan bahwa kebiasaan Muhamad dalam makan, cuci
tangan, mandi, duduk, atau apapun disamakan dengan wahyu ilahi.


Ada satu lagi sumber panduan untuk melengkapi Qur’an, yaitu ijma
atau konsensus masyarakat. Konsensus ini tidak boleh bertentangan dengan Sunnah
dan Qur’an. Konsensus ini diambil dari masyarakat Muslim di masa lalu (bukan
dari jaman sekarang) terutama dari generesi Muslim pertama. Ini menunjukkan
kuatnya pengaruh tradisi dalam Islam.


Adakah yang benar-benar baru dalam Islam? Saat membaca Qur’an tidak ada hal
baru kecuali pernyataan bahwa Muhamad adalah utusan Allah. Qur’an memiliki
banyak kekeliruan mengenai sejarah. Menurut Qur’an Maria termasuk dalam Trinitas,
dan ada kekeliruan mengenai siapa Maria sebenarnya. Beberapa cendekia Muslim
mengatakan bahwa,”Qur’an selalu bersesuaian dengan Kitab Suci, bahkan mengenai
hal-hal yang disembunyikan dari Muhamad oleh ahli agama.”[10] Pernyataan seperti ini timbul dari teori
Muslim bahwa orang Yahudi dan Kristen mengubah Kitab Suci mereka.


Kalaupun memang benar Kitab Suci dirubah, pastilah terjadi setelah Muhamad
meninggal. Jika ini terjadi sebelum Muhammad, seorang harus mengajukan teori
bahwa ada persekongkolan besar-besaran untuk merubahnya sebelum Muhammad lahir.
Pada kenyataannya, ada banyak naskah Kitab Suci yang beredar jauh berabad-abad
sebelum Muhamad. Salah satu yang tertua adalah Chester Beatty papyri yang
memuat Injil, Kisah Para Rasul, dan surat-surat Paulus yang berasal dari tahun
250 sesudah Masehi. Walaupun ada banyak naskah tua sebelum Muhammad, kita harus
ingat bahwa banyak naskah yang telah hilang ketika orang Kristen dianiaya dan
dipaksa membakar naskah-naskah tersebut. Di lain pihak, orang Muslim harus
mengingat bahwa pernah ada sedikitnya empat versi kumpulan Qur’an. “Keempat
kumpulan tidak resmi ini dimiliki Abd Allah b. Masud, Abu Musa, Abd Allah al
Ashari, dan Mikdad b. Amr.[11] Di
masa kekuasaan Kalifah Uthman, satu versi dinyatakan sebagai resmi, sedangkan
yang lainnnya dimusnahkan. Apakah yang dipilih memang yang benar?


Naskah Kristen terlengkap adalah Codex Vaticanus dan Codex
Sinaiticus
yang memuat seluruh Perjanjian Lama dan seluruh Perjanjian Baru
dan ditulis pada abad keempat. Naskah-naskah serupa kedua codex ini digunakan
dalam gereja-gereja dan pembacaan publik sejak jaman maharaja Konstantin. Masih
ada naskah-naskah lain, seperti Codex Washington, Codex Alexandrinus, Codex
Bezae, Codex Claromontanus, Codex Petropolitanus, Codex Rossanesis, Codex
Beratinus, Codex Ephraemi.
Kesemuanya telah ada sebelum Muhammad.


Selain naskah-naskah dalam bahasa Yunani, ada banyak terjemahan lain
sebelum munculnya Islam. Naskah versi Siria, yang disebut Diatessaron,
diterjemahkan oleh Tatian sekitar tahun 170 sesudah Masehi. Naskah Siria lain
yang lebih tua, disebut Curetonian Syriac dan Sinaitic Syriac, keduanya
berasal dari abad kelima. Terjemahan dalam bahasa Latin sangat banyak, yang paling
dikenal disebut Vulgate dan diterjemahkan oleh Jerome mulai dari
tahun 384 sesudah Masehi.


Contoh-contoh di atas berlaku untuk Perjanjian Baru. Kita juga dapat
menemukan naskah-naskah dan terjemahan Perjanjian Lama. Saat ini kita memiliki naskah-naskah
kuno dari Dead Sea Scrolls serta versi Septuagint Perjanjian Lama dalam bahasa
Yunani. Bukti-bukti dari naskah-naskah kuno menunjukkan bahwa tidak ada
persekongkolan untuk merubah Kitab Suci sebelum Muhamad. Orang Yahudi dan
Kristen tidak dapat merubah semua naskah-naskah yang pada masa itu tersebar di
seluruh dunia dalam banyak bahasa. Karena Qur’an bersaksi bahwa Kitab Suci yang
berada di masa Muhamad adalah otentik dan asli, maka begitu pula naskah-naskah
yang telah ada sebelum Muhamad juga otentik dan asli.


Ketujuh, ada satu lagi perbedaan besar antara Muhamad dengan
nabi-nabi Perjanjian Lama. Beberapa wahyu yang disampaikan Muhamad bersifat
menguntungkan dirinya sendiri. Padahal nabi-nabi Perjanjian Lama tidak mencari
keuntungan bagi diri mereka. Mereka tidak memperalat orang untuk keuntungan
pribadi, kecuali nabi-nabi palsu yang juga ada di Israel pada masa itu.
Nabi-nabi palsu selalu mengatakan hal-hal yang menyenangkan hati raja, dan
mereka didukung oleh raja. Nabi-nabi sejati justeru mengatakan yang sebenarnya,
sehingga menyinggung raja. Tuhan menggunakan mereka untuk memberi peringatan
kepada raja sehingga seringkali mereka dijebloskan ke dalam penjara. Para nabi
hidup menurut standar yang sangat tinggi dalam perilaku mereka. Di suatu saat
Musa kurang menghormati Tuhan sehingga sebagai hukuman ia tidak diperkenankan
masuk ke tanah perjanjian. Bentuk pernikahan ideal dalam Perjanjian Lama adalah
monogami berdasarkan cerita dalam kitab Kejadian. Tidak ada perintah yang
membenarkan poligami. (untuk jelasnya bacalah di http://www.answering-islam.org/Emails/polygamy.htm)


Sebaliknya, Muhamad menerima hak-hak khusus terutama dalam soal pernikahan
dan seksualitas. Penulis tidak pernah membaca penulis Muslim yang kritis kepada
Muhamad dalam hal seks dan perkawinan. Di mata mereka, Muhamad tidak mungkin
berbuat salah. Fakta bahwa Muhamad mengawini Aisha ketika umurnya baru 9 tahun
(sementara Muhammad 45 tahun lebih tua) tidak membuat orang Muslim merasa
terganggu.[12] Pengikut Muhamad
hanya boleh memiliki 4 isteri serta budak-budak perempuan untuk keperluan
seksual mereka. Sura 4:3 menjelaskan:


Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
perempuan-perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja,
atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.



Di sisi lain, Muhamad memiliki 9 isteri dan dapat mengawini siapapun yang
ia inginkan karena adalah sebuah kehormatan bagi seorang perempuan untuk
menjadi isterinya. Satu kasus aneh terjadi ketika Muhamad mengunjungi Zeid
ketika ia tidak sedang di rumah. Zainab, isteri Zeid menyambut di depan pintu
dengan pakaian rumah. Muhamad terkagum oleh kecantikannya sehingga
berucap,”Terpujilah Allah yang merubah hati lelaki!” Zainab mendengar hal ini,
kemudian ketika suaminya pulang, Zainab meminta diceraikan agar Muhamad dapat
menikahinya. Ini hampir menjadi skandal, namun tiba-tiba turun firman dari
Allah kepada Muhamad, Sura 33:37:


Dan (ingatlah), ketika
kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan
kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus istrimu dan
bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa
yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah
yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia
supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) istri-istri
anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.


















Mengomentari turunnya firman ini, Aisha telah berucap,”Sungguh,
Allah selekasnya bertindak menuruti kenikmatanmu.”
[13]


Nabi-nabi Perjanjian Lama tidak membuat ajaran-ajaran baru. Mereka
memanggil umatnya untuk kembali dan mematuhi hukum yang diturunkan kepada Musa.
Sungguh aneh apabila seorang nabi memiliki hak-hak khusus sementara pengikutnya
tidak. Tidak satupun nabi Perjanjian Lama yang memulai agama baru, bahkan
Sayidina Isa datang untuk memenuhi nubuat-nubuat Perjanjian Lama. Sayidina Isa
memenuhi nubuat-nubuat nabi Yeremia, Yehezkiel, dan Yesaya mengenai Perjanjian
Baru sehingga terjadi pergeseran dari agama Yahudi karena mereka menolak
pemenuhan nubuat-nubuat tersebut dalam diriSayidina Isa . Dalam Kitab Suci
Yahweh menyatakan kuasaNya sejak dari Adam, Nuh, Abraham, para leluhur Israel,
para nabi, sampai pada puncaknya ketika Ia sendiri hadir dalam diri Sayidina
Isa , Anaknya yang kekal. Ketika Tuhan sendiri telah datang sebagai seorang
manusia, ajaran selain dari ini adalah suatu kemunduran, sebuah antiklimaks.


__________


Nota-nota
Rujukan :



1 Tor Andrae, Mohammed, the man and his faith, New
York: Harper Torchbooks, 1960, p. 149.



2 “He has sent down upon thee the Book with the truth,
confirming what was before it, and He sent down the Torah and the Gospel. (3:3)
And he will teach him the Book, the Wisdom, the Torah, the Gospel. (3:48)
Likewise confirming the truth of the Torah that is before me, and to make
lawful to you certain things that before were forbidden unto you. I have come
to you with a sign from your Lord; so fear you God and obey you me. (3:50)
People of the Book! Why do you dispute concerning Abraham? The Torah was not sent
down, neither the Gospel but after him. What, have you no reason? (3:65).”
Terdapat banyak lagi ayat-ayat yang seumpamanya.



3 Ibid., ms. 155.


4 Fazlur Rahman, Islam, Garden City: Doubleday
Anchor Books, 1968, ms. 28.



5 Ibid., p. 77.


6 Andrae, p. 179.


7 Ibid.


8 Corrigan, Denny, Eire, Jaffee, Jews, Christians,
Muslims
, Upper Saddle River, NJ, 1998, p. 197.



9 Charles Adams, Religion and Man, New York: Harper
and Row, 1971, ms. 582.



10 Shaikh Mohammad Aabd Allah Draz, Islam, the Straight
Path
, Edited by Kenneth Morgan, New York: The Ronald Press, 1958, ms. 55.



11 Abdiyah Akbar Abdul-Haqq, Sharing Your Faith with a
Muslim
, Minneapolis: Bethany Fellowship, Inc., 1080, ms. 65.

benarkah
RED MEMBERS
RED MEMBERS

Number of posts : 33
Reputation : 0
Points : 5126
Registration date : 2010-06-15

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum