Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 118 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 118 Guests :: 2 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
MANTAN TENTARA JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA
Page 1 of 1
MANTAN TENTARA JEPANG YANG TINGGAL DI INDONESIA
Rahmat Ono Shigeru saat masih berdinas di Tentara Kekaisaran Jepang
Rahmat Ono Shigeru tampak sedang menikmati makan malamnya yang terdiri dari mie goreng, tumis cap cay dan telor rebus.
Kini hampir seluruh hidupnya, Ono makan hidangan Indonesia dan sudah semakin terbiasa namun dengan satu syarat semuanya harus ditemani ume-boshi (buah plum kering).
"Saya kadang-kadang rindu masakan Jepang", ujar Ono.
"Papi selalu ingin makan ini", ujar anak bungsunya sambil menambahkan beberapa umeboshi kepiring Ono.
Ono kini tinggal di rumah sederhana di Desa Sidomulyo, dekat Batu Jawa Timur.
Ono, yang memilih nama Indonesia Rahmat, merupakan salah satu dari 1,000 orang tentara Kekaisaran Jepang yang diperkirakan melakukan desersi dan tetap tinggal di Indonesia, sebagian besar menetap di Pulau Sumatra, Jawa dan Bali, setelah Jepang menyerah kepada tentara sekutu pada 15 Agustus 1945.
Mereka selanjutnya bahu membahu dengan tentara pejuang kemerdekaan Indonesia melawan tentara Belanda yang kembali ke Indonesia.
Setelah perang usai, beberapa dari mereka tidak pernah kembali ke Jepang.
"Beberapa memilih tinggal, baik karena telah mempunyai kekasih atau menikah dengan gadis Indonesia, atau hanya mencoba tetap bertahan dan berbagai alasan lainnya", ujar Hayashi Eiichi yang menulis "Zanryuu Nihon Hei no Shinjitsu", (Cerita Para Tentara Jepang yang Tetap Tinggal), buku yang menguraikan tentang kisah Ono.
Kebanyakan tentara yang tinggal di Indonesia khawatir akan menghadapi pengadilan perang atau akan diperlakukan sebagai penjahat perang bila keberadaan mereka diketahui.
"Mereka mendengar rumor bahwa bila menaiki kapal yang akan membawa ke Jepang di tengah perjalanan mereka akan di buang ke laut", ujar Hayashi, yang telah mengunjungi Ono sebanyak 80 kali untuk keperluan pembuatan bukunya.
Saat ini, tentara Jepang seperti itu dikenal sebagai Zanryu Nihon Hei atau Tentara Jepang yang Tetap Tinggal. Namun dulu mereka juga pernah dikenal sebagai "Dasso Nihon Hei", Tentara Jepang yang desersi.
Menurut Hayashi, Ono merupakan salah satu diantara sedikit tentara Jepang yang terinspirasi ikut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Ono lahir pada 26 September 1918 di Prefektur Hokkaido, dan kehilangan lengan kanannya pada saat perang, dan kini hampir buta serta kehilangan pendengaran. Namun ia masih senang menceritakan kisahnya kepada siapapun yang mau mendengarnya.
Ketika di kirim ke Indonesia untuk bertempur, saat itu usia Ono masih awal 20 tahun dan pada masa itu dia melakukan kontak secara langsung dengan orang Indonesia yang dilatih oleh tentara Jepang.
Dari mereka, Ono mendapatkan informasi tentang perlakuan buruk yang dilakukan tentara Jepang kepada orang Indonesia dan bagaimana perasaan orang Indonesia yang dilatih tentara Jepang yang menganggap Jepang mungkin akan mengingkari janjinya untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Saat itu merupakan titik balik dalam kehidupannya, dan memotivasinya untuk bergabung dengan angkatan bersenjata Indonesia.
"Saya termotivasi untuk menjadi pejuang bersama-sama dengan tentara Indonesia karena, dalam pandangan saya, Indonesia berhak untuk dipertahankan dan saya telah membuktikan komitmen yang saya buat", ujar Ono diruang tamu rumahnya, yang dindingnya penuh dengan foto keluarga dan saat masih di kemiliteran.
Ono menikah dengan wanita Indonesia, yang menurutnya tidak melihat cacat fifik yang dideritanya namun lebih melihat pada kualitasnya sebagai manusia". Istrinya telah meninggal pada tahun 1982.
Sewaktu masa perang, Ono bergabung dengan Pasukan Gerilya Khusus yang dipimpin oleh Ichiki "Abdul Rahman" Tatsuo, yang berjuang di wilayah Semeru Selatan Propinsi Jawa Timur.
Pasukan ini juga memberikan pelatihan strategi kepemimpinan dan penggunaan senjata kepada tentara Indonesia yang masih sangat seadanya.
Dengan bangga Ono menyatakan, "Pasukan Gerilya ini sangat istimewa, bahkan cukup ditakuti oleh tentara Belanda".
Namun, peran penting Ono dan mantan tentara Jepang yang membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia masih belum mendapat pengakuan dalam sejarah Indonesia.
"Kontribusi mereka tidak tercantum baik dalam buku teks sejarah Indonesia maupun Jepang", ujar Hayashi.
Pada panel permanen di Museum Proklamasi Jakarta Pusat, situs bersejarah tempat dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan Indonesia, terdapat penjelasan rinci mengenai peran Jepang sampai menjelang 17 Agustus 1945.
Diantaranya ialah penjelasan mengenai Laksamana Maeda, saat itu Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Indonesia, mempersilahkan rumahnya dipakai sebagai tempat berkumpul bagi Sukarno, Hatta dan tokoh kunci gerakan kemerdekaan
untuk mempersiapkan naskah proklamasi.
Museum itu juga menampilkan diorama perang gerilya untuk mempertahankan kemerdekaan pada periode 1945-1950, namun didalamnya sama sekali tidak ada penjelasan mengenai keterlibatan mantan tentara Jepang yang membantu tentara Indonesia dengan strategi militer dan pelatihan senjata.
Perang melawan Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia berakhir pada 27 Desember 1949, saat Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan menarik seluruh pasukannya dari negeri bekas jajahannya.
Sampai pertengahan 1950-an, para mantan tentara Jepang tidak memiliki kewarganegaraan yang sah, mereka dianggap sebagai pengkhianat oleh pemerintah Jepang paska perang dan tidak diakui oleh pemerintah Indonesia.
"Pada masa itu, Saya tidak punya kewarganegaraan, Sejak 1951, Saya sudah mengajukan permintaan untuk mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, namun tidak ada tanggapan yang jelas sampai pertengahan 1950-an", ungkap Ono.
Seperti mantan tentara Jepang yang tetap tinggal, Ono yang pensiunan Letnan Satu ini akhirnya mencoba bertahan hidup dari hari ke hari.
"Saya hampir tidak punya apa-apa, Tidak punya rumah, tidak ada pekerjaan, tidak punya kewarganegaraan, Hanya para petani Indonesia saja yang memberikan Kami makan, pakaian dan tempat bernanung", ujarnya mengenang masa-masa sulit itu.
Selanjutnya, Ono mencoba berbagai pekerjaan mulai dari tukang kayu, bekerja di penggilingan beras, peternak ayam, dan akhirnya mendapat kewarganegaraan Indonesia dan pekerjaan yang lebih baik.
Pada tahun 1958, Ono juga mendapat penghargaan Bintang Veteran dan Bintang Gerilya dari Presiden Sukarno, dan berhak untuk dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Dan sejak tahun 1982, pemerintah Indonesia juga mengundangnya untuk menghadiri peringatan detik-detik proklamasi di Istana Merdeka, yang menunjukkan kontribusi dan pengorbanan mantan tentara Jepang sudah mulai diakui secara luas.
Namun, masalahnya sampai saat ini peran mereka masih belum terdokumentasi dengan baik. Hayashi, yang sebelumnya datang ke Indonesia hanya untuk belajar bahasa Indonesia, mulai tertarik dengan kisah Ono saat bertemu pada tahun 2004 dan menginspirasinya untuk menulis sebuah buku.
"Di Jepang, peran mereka masih sedikit diungkapkan dan melalui buku ini, Saya bermaksud menyampaikan kepada generasi muda Jepang mengenai alasan mengapa para mantan tentara Jepang tidak kembali ke tanah airnya", papar Hayashi.
Menurut Hayashi, "Alasannya bukan karena mereka tidak diacuhkan oleh negara asal ataupun karena ingin dilihat sebagai pahlawan tapi sebetulnya lebih dari itu".
agus- SILVER MEMBERS
-
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14631
Registration date : 2010-04-16
Similar topics
» Bilal Philips, Mantan "Dewa Gitar" yang Membuat Ribuan Tentara AS Masuk Islam
» Peristiwa yang luput perhatian dunia islam mengenai AZAB ALLAH [Pencipta Yang sebenarnya] Tentang GEMPA di INDONESIA
» Rencana Penarikan Mundur NATO, Pertanda Kekalahan Salibis
» Peristiwa yang luput perhatian dunia islam mengenai AZAB ALLAH [Pencipta Yang sebenarnya] Tentang GEMPA di INDONESIA
» Rencana Penarikan Mundur NATO, Pertanda Kekalahan Salibis
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN