TEMUKAN KEBAIKAN PADA DIRI SENDIRI, DAN TINGGALKAN TEORI EVOLUSI

Einstein beranggapan bahwa dasar moralitas adalah melampaui kepentingan individu. Untuk diri sendiri hendaknya yang sepele, sedangkan bagi orang lain lebih banyak lebih baik. Maksudnya, demi “kepentingan umum”, bukan “kepentingan pribadi”, inilah hati yang baik (jiwa, roh). Bila hanya untuk kepentingan individu adalah egois, tidak baik, mirip yang dikatakan Darwin tentang perjuangan hidup, yang cocok bertahan hidup, yang tidak cocok tersingkirkan. Ini merupakan naluri hewan.
Setiap orang memiliki hati yang baik, akhirnya akan menemukan watak hakiki yang baik. Umat manusia juga akan sadar dan menyingkirkan teori evolusi yang tidak sesuai watak manusia. Einstein berpendapat, “Hendaknya memanfaatkan kekuatan dari kebaikan, ketulusan dan keindahan yang dapat dipupuk pada diri manusia.” Inilah moralitas manusia.
Tidak diragukan lagi, Einstein dan Newton adalah dua bintang yang paling menyilaukan dalam sejarah ilmu pengetahuan. Melalui interpretasi mereka, kita mengerti akan alam semesta. Namun alam semesta luasnya tak terbatas, umat manusia sangat kecil tak berarti. Seperti yang dikatakan Newton, “Jika dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang maha besar, karya saya hanya seperti anak kecil yang mengambil sebuah batu dan kerang kecil di pantai. Kebenaran luas bagaikan lautan dan jauh melebihi apa yang dapat kita intai.”
Sejarah Bumi sudah beberapa miliaran tahun, spesies makhluk hidup di Bumi ada 5-30 juta jenis, jawabannya tentu saja tidak bisa didapatkan Darwin hanya melalui perjalanan selama 5 tahun dalam Little Beagle-nya (Anjing Pemburu Kecil).
Benar seperti yang dikatakan Einstein, kehidupan di Bumi juga seperti planet dalam alam semesta, merupakan sebuah pengaturan yang cerdik dari Tuhan. Yang paling menyedihkan, teori evolusi telah dimanfaatkan para atheis sebagai alat untuk menghancurkan moralitas manusia, agar orang-orang menjauhi agama, menjauhi Tuhan, tanpa rasa malu, tanpa hati yang baik, melakukan praktek sewenang-wenang. Hal ini juga tidak diduga Darwin pada waktu itu. Semua manusia memiliki hati nurani yang baik, mereka pastilah akan sadar, menemukan jati diri sendiri yang baik, dan meninggalkan teori evolusi.

terlalu aneh...

Teori evolusi itu hanya teori, bukan agama.

Ini contoh evolusi:

Misalnya tikus di satu kota dibasmi pake racun tikus yang super ampuh, habis semua itu tikus. Orang jadi percaya bahwa tikus di kota itu punah. Tapi 10 tahun kemudian tikus tikus muncul lagi di kota itu dan meraja lela lagi. Trus kita pake racun tikus super ampuh tersebut, ternyata sudah tidak mempan.

Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah... tikus tikus di kota itu tidak mati semuanya. 99% mati, tapi ada 1 % yang selamat. Kenapa selamat? Ternyata yang selamat itu adalah tikus tikus spesial yang berhasil membangun kekebalan terhadap racun tikus super itu.
Trus karena sekarang yang ada cuma tikus tikus kebal ini, yaa mereka lah yang berkembang biak.
Masuk akal kan?

Itu lah evolusi. Ini emang bisa dilihat di alam lho, bisa dilihat dan dipelajari.

Terus dari situ Darwin lalu berpikir... "hey mungkin gak ya manusia juga berkembang dengan cara ini? Lalu dia menghubung hubungkannya dengan monyet juga. Mungkin gak ya monyet monyet berevolusi jadi manusia..."

Ya emang kedengarannya ngaco, (dan mungkin emang ngaco ^^, gua juga gak percaya).
Tapi ingatlah bahwa... dia itu disebut TEORI evolusi. Teori evolusi itu bukan berarti Hukum evolusi! Tidak sama levelnya dengan hukum gravitasi misalnya.
Kalo udah disebut hukum, maka udah dianggap pasti.
Tapi kalo cuma teori? Teori itu ya cuma... suatu kemungkinan!

Makanya aneh kalo kepercayaan pada Tuhan dibanding bandingkan ama teori evolusi. Orang dari sifatnya sendiri teori evolusi itu tidak serius kok? Cuma 'mungkin gak ya' nya di Darwin!

Yang jadi masalah sebenarnya itu bukan evolusi vs iman, tetapi science vs dogma agama.
Sebab science itu sendiri selalu berubah, selalu menemukan hal hal baru dan mengkoreksi hal hal lama, ilmu pengetahuan makin luas. Science terus menerus mengkoreksi dirinya sendiri.

Tapi agama? Ajaran agama cenderung bersifat dogmatis! Merasa semua jawaban sudah ada dalam kitab suci mereka dan yang dijelas kan di kitab suci adalah selalu benar dan tidak pernah salah sampai kapan pun. Dogma agama TIDAK mau dikoreksi!

Nah itulah yang jadi buang buang waktu semua orang.

Berkaitan antara Teori evolusi dan Agama.

Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai suatu kehidupan yang bahagia dan kekal. Disini agama menganjurkan kepada pemeluknya untuk berbuat baik dan mencari kebaikan itu sendiri. Kerinduan ini adalah merupakan fitrah manusia yang tidak terelakkan. Dalam hal ini agama menyediakan berbagai pandangan untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut.

Bandingkan dengan teori evolusi.

Teori ini dikenal sebagai teori seleksi alamiah yang menegaskan bahwa makhluk hidup mereproduksi dirinya sendiri dengan sedikit variasi dari generasi ke generasi, dan selalu terlibat dalam pertarungan terus menerus demi kehidupan, bersaing dengan makhluk hidup lainnya serta kekuatan alam.Ini adalah salah satu prinsip terpenting dari teori tersebut dan telah menjadi hukum bagi teori tsb seperti yang telah dijelaskan oleh Darwin sendiri dengan sangat baik, " Hanya ada satu hukum umum, yang mengarah pada perbaikan seluruh makhluk organis, yakni, berkembang biak, buat variasi, biarkan yang kuat hidup dan yang paling lemah mati". Ilham pandangan suram tentang pertarungan terus menerus organisme-organisme yang egoistik demi kelangsungan hidup ini ternyata diperoleh Darwin setelah membaca Malthus,pemikir yang sudah meramalkan bahwa kecenderungan tak terelakkan ke arah over populasi hanya akan mampu di atasi dengan perang dan bencana berulang kali, jika kehidupan di muka bumi mau terus bertahan.

Hal inilah yang dikritik oleh Albert Einstein dengan pendapatnya “Hendaknya memanfaatkan kekuatan dari kebaikan, ketulusan dan keindahan yang dapat dipupuk pada diri manusia.” Inilah moralitas manusia.