MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
artikel ali sina EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
artikel ali sina EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
artikel ali sina EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
artikel ali sina EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
artikel ali sina EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
artikel ali sina EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
artikel ali sina EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
artikel ali sina EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
artikel ali sina EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


artikel ali sina Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 68 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 68 Guests :: 1 Bot

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


artikel ali sina

Go down

artikel ali sina Empty artikel ali sina

Post by kermit katak lucu Tue 02 Aug 2011, 11:21 pm


walaupun tulisan di bawah ini merupakan tanggapan ali sina terhadap seseorang,tapi tetap enak dibaca dan informatif.


Hari ini 16 Juli 2011, saya menerima sebuah surel dari seorang teman yang menginformasikan bahwa seorang sarjana Muslim, yaitu Mustafa Huseini Tabatabie telah menulis sebuah sanggahan (lihat: refutation) terhadap respon saya terhadap Ayatollah Montazeri (lihat: response to Ayatollah Montazeri). Sanggahan ini telah ditulisnya empat tahun yang lalu. Namun, ia tidak mengirimi saya salinannya. Ini bukan kali pertama saya melihatnya.

Mr. Tabatabaie menuduh saya tidak menghormati Islam dan Muhammad. Saya akui, saya sama sekali tidak dapat menghormati orang yang beranggapan bahwa saya harus dibunuh karena saya tidak tunduk kepadanya. Itu adalah sesuatu yang janggal. Menghormati orang yang keji seperti itu berarti mengesahkan klaim-klaimnya yang bodoh. Prinsip saya adalah: saya tidak menghormati ideologi apapun yang memecah-belah, mempromosikan kebencian dan kekerasan. Dengan dasar itu, saya pun tidak menghormati Komunisme, Naziisme, Fasisme, atau agama “Thuggee” (brutal/penyamun). Saya menempatkan Islam dalam kategori yang sama.

Sesungguhnya, menghormati suatu ideologi adalah sebuah kekeliruan. Semua ideologi, bahkan ideologi yang baik sekalipun, harus terbuka untuk dikritik. Jika mereka tidak lulus dari ujian yang seksama, mereka harus disingkirkan. Keyakinan tidak perlu dihormati. Yang harus dihormati adalah hak azasi manusia dan martabat manusia. Kita harus menghormati hak orang untuk meyakini sesuatu, sekalipun menurut kita apa yang mereka yakini itu salah. Namun demikian, tidak ada satu keyakinan pun yang berada di atas kritik.

Pernikahan dengan Aisyah

Berkenaan dengan usia Aisyah yang masih di bawah umur, Mr. Tabatabaie mengatakan adanya berbagai pandangan dalam hadith dan juga ada hadith-hadith yang menunjukkan bahwa Aisyah berusia antara 2 hingga 20 tahun ketika Muhammad menikahinya. Ini adalah klaim yang lemah yang dibuat oleh para sarjana Muslim kontemporer. Sebagai contoh, Mr. Tabatabaie mengutip Ibn Ishaq yang mengatakan bahwa Aisyah adalah termasuk bilangan orang-orang petama yang memeluk Islam. Aisyah sendiri mengatakan bahwa, sejauh ingatannya, orangtuanya adalah Muslim. Dengan kata lain, ia dilahirkan dalam sebuah keluarga Muslim. Ada banyak rincian hadith dimana Aisyah sendiri mengatakan bahwa ia masih berusia 6 tahun ketika ia dinikahkan dengan Muhammad; bahwa ketika itu ia sedang bermain ayunan saat ibunya datang dan membawanya kepada Muhammad; bahwa ia masih membawa-bawa boneka-bonekanya dan teman-temannya perempuan biasa mengunjunginya dan mereka bermain dengan boneka-boneka itu; bahwa ketika Muhammad masuk ke dalam kamarnya, teman-temannya lalu bersembunyi. Tetapi Muhammad kemudian akan memanggil mereka dan ia bermain boneka dengan mereka.




Perempuan berusia 17 atau 20 tahun tidak bermain dengan boneka. Hadith-hadith yang sama mengatakan bahwa dalam Islam bermain boneka itu dilarang, tapi ada pengecualian untuk Aisyah karena ia belum mencapai masa puber. Ada hadith lain yang mengatakan bahwa ketika Muhammad berkata kepada Abu Bakr bahwa Aisyah telah diperlihatkan padanya dalam sebuah mimpi, dibawa oleh Jibril, dan saat ia mengatakan bahwa itu adalah “kehendak Allah dan harus dilaksanakan”, Abu Bakr memohon kepada Muhammad untuk menunggu beberapa tahun lagi hingga Aisyah mencapai masa puber. Tidak ada hadith otentik yang dapat dipercayai, yang mengatakan bahwa Aisyah tidaklah semuda itu. Bukti terkuat yang dapat dikemukakan para revisionis adalah satu hadith yang mengatakan bahwa Asma, kakak Aisyah yang berusia 10 tahun lebih tua darinya, meninggal dunia pada usia 100 tahun pada 692 M. Oleh karena itu, kemungkinan besar Aisyah lahir pada 602 M, dan mengingat pernikahannya terjadi pada 618 M, maka semestinya saat itu ia telah berusia 16 tahun dan bukan 6 tahun. Ini adalah argumen terbaik yang dapat mereka berikan. Tetapi argumen ini sangat lemah. Orang yang berusia 90 tahun terlihat tua oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang menduga Asma berusia 100 tahun padahal kenyataannya ia berusia 90 tahun. Ini adalah sebuah kekeliruan yang terang-terangan. Tanggal pasti kelahirannya tidaklah penting sehingga para sejarawan tidak melakukan penelitian tentang hal itu; melainkan hanya membulatkan angkanya untuk menunjukkan usianya yang telah lanjut.

Menarik juga melihat bahwa baik Mr. Tabatabaie maupun para revisionis modern, tak satupun yang berusaha menggunakan argumen ini untuk melarang pernikahan dengan anak-anak yang banyak terjadi di negara-negara Islam. Pernikahan dengan anak-anak dipraktekkan di banyak negara Islam dan merupakan bagian dari Syariah. Argumen ini hanya digunakan untuk menangkis kritik terhadap Islam. Di satu sisi mereka menyangkal bahwa Muhammad adalah seorang pedofil dan di sisi lain mereka meneladaninya dalam hal itu. Ini adalah contoh sempurna mengenai taqiyah Islam, yaitu “menutupi kebenaran”.


Untuk membela Muhammad, Mr. Tabatabaie terperosok ke dalam kekeliruan lain dan mengutip kasus-kasus dimana perempuan-perempuan muda menikahi laki-laki tua. Ia tidak habis pikir mengapa mempermasalahkan Aisyah yang jatuh cinta kepada Muhammad.

Kekeliruan itu terdapat dalam fakta bahwa kita tidak sedang mempermasalahkan (lihat: about) perbedaan usia antara Muhammad dengan Aisyah. Perempuan-perempuan muda memang ada yang menikahi laki-laki tua karena uang. Tetapi Aisyah waktu itu baru berusia 6 tahun. Pada usia ini satu-satunya keputusan yang dapat diambil seorang anak perempuan adalah warna bajunya. Seorang anak sekecil itu sama sekali belum cukup umur menentukan pernikahannya. Kenyataannya, Aisyah mengatakan bahwa tidak ada yang lebih “mengejutkannya” daripada peristiwa Muhammad “mendatanginya” pada petang itu. Anak perempuan kecil itu sama sekali tidak tahu menahu soal seks dan mengapa laki-laki tua ini menyentuh organ-organ pribadinya. Kita tidak sedang berbicara mengenai perbedaan usia antara Muhammad dan Aisyah. Kita sedang berbicara mengenai pedofilia.


Mr. Tabatabaie menunjukkan keheranannya karena saya mempermasalahkan kenyataan bahwa 14 abad lalu dua orang dinikahkan, dan keluarga mereka pun menyetujui pernikahan semacam itu. Ia mengklaim bahwa saya harus menghormati kebebasan orang lain.

Yang mengherankan saya adalah kenyataan bahwa Mr. Tabatabaie beranggapan seorang anak yang berusia 6 tahun sudah cukup dewasa untuk menikah. Fakta bahwa orang-tua Aisyah mengijinkannya, tidaklah cukup. Mereka sudah dicuci otak dan dibutakan dengan pengabdian mereka. Silahkan menonton video ini: https://www.youtube.com/watch?v=6oyHM7aZ1Ws.

Seorang pria berkata, ia menyaksikan Khomeini mendesak salah seorang pengikutnya agar mengijinkannya berhubungan seks dengan putrinya yang masih berusia 5 tahun, dan orang tolol itu mengijinkannya. Apakah ijin yang diberikan seorang pemercaya yang mati otaknya itu dapat membenarkan kejahatan Khomeini? Abu Bakr adalah seorang menganut aliran sesat. Ia telah menyingkirkan pikiran rasional. Ia meyakini semua omong kosong yang dikatakan Muhammad padanya. Inilah yang dilakukan iman yang buta terhadap seseorang.

Pada jaman kita sekarang, ada banyak pemimpin aliran sesat seperti David Koresh dan James Jones yang membujuk para pengikut mereka agar mengijinkan mereka berhubungan seks dengan para istri dan anak-anak perempuan mereka, dan orang-orang itu mengijinkannya. Para pemimpin aliran sesat melecehkan kepercayaan para pengikut mereka. Mekanisme ini kompleks. Untuk memahaminya saya menyarankan anda membaca buku saya: Understanding Muhammad.

Berhubungan seks dengan seorang anak adalah salah secara moral. Bagian mana dari hal ini yang tidak dimengerti Mr. Tabatabaie?

Mr. Tabatabaie mengatakan bahwa tuduhan pedofilia tidak berlaku untuk Muhammad karena para pedofil secara kompulsif tertarik kepada anak-anak, sedangkan istri-istri Muhammad yang lainnya berusia lebih tua dari Aisyah. Ini adalah sebuah kekeliruan. Tidak harus seseorang menjadi pembunuh atau pencuri berantai agar dapat dituduh sebagai seorang pembunuh atau pencuri. Orang yang bukan pedofil sama sekali tidak tertarik kepada anak-anak perempuan secara seksual. Jika saya melihat sekumpulan anak perempuan yang tidak berpakaian, satu-satunya yang saya rasakan adalah perasaan sebagai orang-tua. Sama sekali mustahil bagi saya tertarik secara seksual pada anak-anak perempuan berusia 12 tahun ke bawah. Jika seorang pria dewasa tertarik secara seksual pada anak-anak kecil, maka ia adalah seorang pedofil sekalipun ia tidak pernah mewujudkan “parafilia” – nya itu.

Ijinkan saya memberi sebuah contoh. Mungkinkah seorang pria mempunyai perasaan-perasaan seksual terhadap pria lain? Tidak, kecuali ia adalah seorang homoseksual. Jika anda tertarik pada orang yang sejenis dengan anda, maka anda adalah seorang homoseks, walaupun anda tidak mewujudkannya dengan perbuatan. Muhammad mewujudkan insting pedofilnya.

Pernikahan antara Muhammad dan Khadijah adalah pernikahan ko-dependensi. Kedua orang ini tidak sehat secara emosional. Mereka menderita gangguan yang telah saya jelaskan dalam buku saya. Pernikahan mereka adalah simbiosis gila dan bukan cinta yang dewasa. Muhammad menjadi “anak mami” bagi Khadijah.

Semua istri Muhammad lainnya adalah anak-anak remaja atau baru menginjak masa remaja ketika Muhammad menikahi mereka. Beberapa di antara mereka menjadi janda karena Muhammad membunuh suami-suami mereka. Sedangkan Sauda, ia bukanlah seorang wanita tua ketika Muhammad menikahinya.

Berapa usianya? Hal itu tidak pernah disebutkan. Ibn Sa’d menulis, Sauda wafat pada masa pemerintahan Muawiyah pada tahun 54 Hijriah. [Tabaqat V. 8, h. 56] Muhammad menikahinya sekitar setahun setelah kematian Khadijah, yaitu 3 tahun sebelum Hijra. Oleh karena itu, Sauda wafat 57 tahun setelah ia dinikahi Muhammad. Berapakah usia rata-rata manusia? Sauda adalah seorang wanita bertubuh besar. Seringkali orang-orang yang kelebihan berat badan tidak berumur panjang. Tapi katakanlah ia wafat pada usia 80 tahun. 80-57=23. Sauda berusia 23 tahun ketika Muhammad yang berusia 50 tahun menikahinya. Ini masuk akal karena ketika suami pertama Sauda wafat, ia belum mempunyai anak. Jika Sauda wafat pada usia 90 tahun, walau nampaknya tidak mungkin demikian, maka ia belum berusia 33 tahun ketika menikah dengan Muhammad. Kita perkirakan saja usia Sauda separoh dari usia Muhammad. Tetapi ia lebih tua dari istri-istri Muhammad lainnya yang berusia 36 hingga 44 tahun lebih muda dari Muhammad; dan itulah sebabnya mengapa Muhammad tidak tidur dengannya dan ingin menceraikannya [Tabaqat V. 8 h. 53-54].

Argumen lainnya yang diberikan Mr. Tabatabaie adalah bahwa pernikahan-pernikahan Muhammad bermotivasi politis, bertujuan untuk memupuk persahabatan dengan kerabat-kerabat mereka. Mari kita memikirkan hal ini dan berusaha menerima argumen Mr. Tabatabaie. Apakah secara etis ini benar? Ini hanya membuktikan bahwa Muhammad memperlakukan perempuan sebagai obyek dan pion dalam percaturan politik besarnya. Kita tidak perlu menjadi seorang psikolog untuk memahami penghinaan yang dirasakan seorang wanita saat mengetahui bahwa ia dipilih bukan karena kebajikan-kebajikannya atau karena ia dikasihi, tetapi ia dipilih karena ia dapat dimanfaatkan untuk ambisi-ambisi politik suaminya.

Argumen bahwa pernikahan-pernikahan Muhammad bermotivasi politik senantiasa dibicarakan oleh semua orang Muslim. Saya sangat heran melihat mereka tidak menyadari bahwa ini adalah bukti yang kuat bahwa Muhammad adalah seorang manipulator dan oportunis yang memanfaatkan orang lain demi keuntungan pribadinya.

Namun demikian, saya meyakinkan para pembaca saya bahwa Muhammad juga dimotivasi oleh nafsu. Seorang Muslim bernama Jarir ibn Abdullah meriwayatkan bahwa Muhammad bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah menikah?” Ia mengiyakan. Muhammad bertanya lagi, “Dengan seorang gadis atau wanita dewasa?” Ia menjawab, “Saya menikahi wanita dewasa”. Kemudian Muhammad berkata, “Mengapa tidak menikahi seorang gadis? Supaya engkau dapat bermain-main dengannya dan ia bermain-main denganmu?” [Bukhari Volume 3, Buku 34, Nomer 310]

Ibn Sa’d memperjelas bahwa Muhammad ingin menceraikan Sauda hanya karena ia tidak menarik, hingga wanita itu memohon padanya agar tidak menceraikannya dan berkata kepada Muhammad bahwa ia tidak membutuhkan seks dan Muhammad dapat menggunakan gilirannya untuk tidur dengan Aisyah. Sauda ingin memiliki gelar istri Nabi demi gengsi dan uang. Kesempatannya untuk menikah lagi sudah tipis dan ia akan menghadapi kemiskinan. Dengan tetap menjadi istri Muhammad akan menjauhkannya dari hal itu. Dari setiap penjarahan dan perampokan, istri-istri Muhammad menerima bagian mereka berupa barang jarahan dan budak-budak. Omar, dalam masa kekhalifahannya, mengirimkan pada Sauda sekantung penuh Dirham (kemungkinan besar ini mendahului jarahan dari Persia atau Mesir). Sauda bertanya, “Apa ini?” mereka berkata itu adalah Dirham. Ia berseru, “SubhanAllâh, mereka mengirimiku uang dalam kantung kurma?” [Tabaqat V. 8 h. 55]

Perampokan-perampokan Muhammad

Setelah menuduh saya berlaku kasar karena menyebutkan perampokan-perampokan Muhammad, dan bersikeras agar saya menggunakan istilah yang lebih santun untuk menggambarkan aktifitas-aktifitas kriminalnya, Mr. Tabatabaie menggunakan argumen-argumen yang biasa digunakan dalam Islam.

Ia mengatakan bahwa Muhammad dan para pengikutnya di Mekkah dianiaya dan properti mereka disita, sehingga mereka merampok karavan-karavan orang Mekkah untuk mendapatkan kembali properti mereka yang hilang. Saya telah menunjukkan dalam buku saya bahwa klaim aniaya yang dialami orang Muslim adalah mitos belaka. Baik Ibn Ishaq dan Tabari dengan jelas menyatakan bahwa kaum Quraish marah, bukan karena Muhammad mengajarkan monoteisme, (orang Yahudi dan orang Kristen, juga kaum Sabean adalah penganut monoteisme), melainkan karena ia menghina agama mereka dalam setiap kesempatan. Muhammad dengan sengaja mengolok-olok mereka. Tujuannya adalah untuk menimbulkan perpecahan, karena hanya dengan demikianlah ia dapat mengontrol para pengikutnya. Jika mereka membenci keluarga mereka, maka mereka akan mengasihinya.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa para tua-tua Quraish berkumpul dan berkata, “Kita belum pernah mengalami masalah seperti yang kita alami gara-gara orang ini. Ia menyatakan cara hidup kita itu bodoh, menghina leluhur kita, menajiskan agama kita, memecah-belah komunitas dan mengutuki dewa-dewa kita”. Pada waktu itu Muhammad memasuki Ka’ba dan mulai merusaknya. Salah seorang dari mereka memanggilnya dan mengatakan padanya agar ia berhenti memecah-belah masyarakat. Muhammad berhenti, wajahnya merah karena marah. Ia berkata, “Maukah kamu mendengarkan aku wahai Quraish? Demi Dia yang menggenggam hidupku di tangan-Nya, aku akan membantai kamu”. [Sira h. 131]

Para penganut Baha’i tidak menghina Islam. Mereka tidak membantai siapapun, namun orang-orang Muslim telah menganiaya mereka sejak semula dan membunuh mereka tanpa belas kasihan. Sementara Mr. Tabatabaie dengan kokohnya menjunjung mitos penganiayaan terhadap orang-orang Muslim di Mekkah, tetapi ia tidak pernah mengutuk penganiayaan yang dialami para penganut Baha’i di Iran.

Tidak ada penganiayaan terhadap orang-orang Muslim di Mekkah. Orang-orang mengurung anak-anak mereka di rumah agar tidak disesatkan orang yang mereka yakini sebagai seorang penipu dan pemecah-belah masyarakat. Ini bukanlah penganiayaan, tetapi tindakan melindungi orang-orang yang mereka kasihi. Bilal dipukuli bukan karena ia memeluk Islam tetapi karena ia menghina agama majikannya. Umayyah menjual Bilal kepada Abu Bakr ketika ia meminta untuk membelinya. Ini menunjukkan ia tidak peduli apakah Bilal memeluk Islam. Tetapi ia tidak ingin salah satu dari para budaknya menghina agamanya. Itu sangat tidak masuk akal.

Saya telah menunjukkan dalam buku saya bahwa tuduhan penganiayaan terhadap orang-orang Muslim di Mekkah adalah sebuah mitos. Satu bukti bahwa Muhammad tidak pernah terancam di Mekkah adalah perkataan Abbas pamannya di Aqaba. Ketika para pemercaya baru dari Yathrib datang ke Mekkah untuk menyatakan dukungan mereka kepada Muhammad, Abbas berdiri dan berkata, “Wahai orang-orang Kharaj, kamu tahu kedudukan Muhammad di antara kami. Kami telah menjaganya dari kaum kami sendiri yang berpikiran sama dengan kami mengenai dia. Ia hidup dengan kehormatan dan aman di antara kaumnya, tetapi ia akan berpaling kepada kamu dan bergabung dengan kamu. Jika kalian berpendapat bahwa kalian dapat setia pada janji kalian dan melindunginya dari para lawannya, maka anggaplah beban itu telah kalian pikul. Tetapi jika kalian berpikir kalian akan mengkhianati dan meninggalkannya setelah ia bergabung dengan kalian, maka tinggalkanlah ia sekarang, karena ia aman di tempat ia sekarang berada.”[Sira h. 203]

Ini bertentangan dengan klaim yang terdapat dalam Quran 8:30 bahwa orang-orang tidak beriman berencana untuk mengurung, atau membantai atau membuang Muhammad. Bagaimana kita dapat menyelaraskan dua pernyataan yang bertentangan ini? Kebenaran adalah hal yang tidak relevan bagi Muhammad. Ia mengatakan apa yang diperlukan dalam setiap situasi.

Mitos lainnya yang suka dikatakan orang Muslim adalah bahwa Muhammad disebut “Amin” karena ia dipercayai oleh orang-orang Mekkah. Mr. Tabatabaie mengatakan orang-orang menyerahkan harta milik mereka kepadanya. Mengapa? Apakah Muhammad mempunyai rumah gadai? Apakah ia mempunyai bank atau menyewakan fasilitas penyimpanan barang? Mengapa orang menyerahkan harta milik mereka kepadanya?

1,4 milyar orang Muslim, selama 1400 tahun telah makan mentah-mentah omong kosong ini dan tidak seorangpun dari mereka yang berhenti sejenak untuk bertanya mengapa? Mengapa orang-orang Mekkah menganggap Muhammad jujur dan dapat dipercaya, sedangkan mereka menyebutnya sebagai pembohong, orang yang majnun dan tidak waras?

Amin berarti wali/penyelia atau orang yang dapat dipercayai. Ini adalah gelar untuk orang-orang yang dipercayai untuk membeli dan menjual barang-barang dagangan atas nama orang lain. Seseorang disebut penyelia sekolah, atau penyelia kota berdasarkan profesinya. Gelar “Amin” adalah sebuah label untuk semua jenis profesi. Berikut ini adalah beberapa contoh: Amin El-Makataba (Penyelia/penanggung-jawab perpustakaan); Amin El-Shortaa (Penyelia/pengawas Polisi); dan Majlass El-Omnaa (Dewan/majelis Pengawas). Abul Aas, suami Zeinab, putri Muhammad, juga disebut Amin karena ia juga adalah seorang pedagang. Ia tidak memeluk Islam hingga akhirnya ia dipaksa untuk itu. Muhammad memerintahkan Zeinab untuk meninggalkannya kecuali ia memeluk Islam.

Muhammad pernah bertindak selaku wali (Amin) untuk Khadijah, ketika ia membawa barang-barang dagangan Khadijah ke Damaskus dan menjualnya disana untuk Khadijah. Seandainya orang-orang Mekkah yakin bahwa Muhammad dapat dipercayai, mereka tidak akan mengoloknya ketika ia mengatakan pada mereka bahwa ia telah menerima wahyu dari Tuhan. Berdasarkan pengakuan Muhammad sendiri yang terrdapat di dalam Quran, orang-orang yang mengenalnya dengan sangat baik menyebutnya sebagai seorang pembohong dan gila, (Q.15:6) sebuah tuduhan yang disangkalinya dengan membuat Allah sebagai saksinya: “

Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila.” (Q.52:29)

Quran membuat banyak klaim yang menggambarkan orang-orang Muslim sebagai korban dan dianiaya. Tetapi kalim-klaim tersebut tidak didukung oleh sejarah Islam. Kita tidak mempunyai sumber sejarah yang independen. Yang ada pada kita hanyalah narasi-narasi islami yang bertentangan dengan klaim-klaim Quran.

Mr. Tabatabaie mengutip Quran seakan-akan itu adalah perkataan Tuhan dan semua orang harus mempercayainya. Mungkin demikian bagi orang Muslim tetapi saya tidak memandang Quran sebagai firman Tuhan. Menurut saya buku ini memaparkan halusinasi-halusinasi orang yang sakit mental. Saya mendasarkan narasi saya pada apa yang diriwayatkan orang Muslim mula-mula dan menyimpulkan bahwa klaim penganiayaan itu adalah mitos belaka.

Setelah menekankan mitos bahwa orang Muslim dianiaya di Mekkah, Mr. Tabatabaie membenarkan penyerangan atas karavan-karavan mereka dan menjarah properti mereka. Rasionalisasi luar biasa yang dibuat oleh seseorang yang hidup di abad 21 tetapi masih mempunyai cara berpikir orang yang hidup pada abad ke-7.

Mari kita berasumsi bahwa orang-orang Mekkah menganiaya orang-orang Muslim dan mengusir mereka keluar dari Mekkah. Ini tidak benar. Tapi coba kita terima saja agar dapat berargumen. Apakah ini membenarkan penyerangan dan penjarahan karavan-karavan yang datang dari kota itu? Katakanlah saya salah diperlakukan oleh beberapa orang dalam suatu kota, bolehkah saya merampok siapapun yang keluar dari kota itu? Ini tidak masuk akal. Tapi ini juga sebuah penipuan. Apakah orang-orang Yahudi bani Qainuqa menganiaya orang-orang Muslim? Mengapa Muhammad mengepung benteng-benteng mereka, membuang mereka dan mencuri properti mereka? Beberapa kali ia juga melakukan hal yang sama di berbagai tempat lain. Lima tahun pertama hidupnya, Muhammad dibesarkan di tengah kaum Hawazin dan kemudian ia merampok mereka, membunuh mereka, dan mencuri harta milik mereka. Kejahatan apa yang telah mereka lakukan padanya?

Tarikh Tabari dapat diakses oleh semua orang yang berbahasa Persia; dapat diunduh online. Kisah kejahatan-kejahatan Muhammad dapat dibaca dalam volume 3, 4 dan 5. Setiap orang Persia, dengan sejumput perikemanusiaan (ensaniyyat) yang masih ada dalam dirinya dan membaca buku ini, tidak dapat lagi menyebut dirinya sebagai orang Muslim.

Mr. Tabatabaie menuduh saya bersikap tidak adil karena mengatakan bahwa orang-orang Muslim tidak dianiaya di Mekkah, tetapi Muhammadlah yang mendesak mereka untuk pergi dari kota itu. Saya mendasarkan klaim saya pada apa yang telah ditulis para sejarawan Muslim dan bukan pada klaim-klaim kosong Muhammad.

Ketika orang-orang Muslim melarikan diri ke Abyssinia, orang-tua mereka mengutus Amr ibn ‘As dan Abdullah ibn Abu Rabi’ untuk berunding dengan Negus agar mengirim mereka kembali ke Mekkah. Orang-orang Muslim ingin agar ini terlihat seperti rancangan orang-orang Mekkah untuk membunuh atau menyakiti orang-orang beriman ini. Namun buku-buku sejarah mereka tidak berkata demikian. Orang-orang Mekkah ingin agar anak-anak mereka kembali. Amr mempunyai dua orang anak laki-laki di antara para pengungsi itu, yaitu Sahm dan Sa’id. Jumlah totalnya ada 14 anggota keluarga dekatnya yang pergi ke Abyssinia. Juga ada Ma’mar, putra Abdullah di antara para pengungsi itu. Sebelum bertemu dengan Raja, kedua orang itu berdiskusi. Amr berkata, “Besok aku akan mengatakan pada Raja sesuatu yang akan mempermalukan mereka semua”. Abdullah memohon agar ia tidak melakukannya. Ia berkata, “Mereka adalah kerabat kita, walaupun mereka telah menentang kita”. Apakah yang hendak dikatakan Amr? Ia ingin mengatakan bahwa Muhammad berkata, Yesus bukanlah Putra Tuhan (Anak Allah), melainkan hanyalah seorang hamba.

Dapatkah kita mengatakan bahwa orang-orang ini menganiaya orang Muslim? Sebelum pergi, Abu Talib memanggil Amr dan Abdullah dan mengatakan pada mereka bahwa kedua putranya, Ja’far dan Amr juga ada di antara para pengungsi itu. Ia meminta mereka membawa puisi yang telah ditulisnya, kepada Negus. Dalam puisi itu ia memohon Raja untuk memperlakukan anak-anak mereka dengan baik. Kemudian ia berkata, “Musuh-musuh yang paling keji seringkali adalah mereka yang sedarah”. Walaupun ada banyak bukti dan juga apa yang telah saya paparkan dalam buku saya, orang Muslim ingin agar kita percaya bahwa orang-orang Mekkah menganiaya orang-orang Muslim. Bagi orang Muslim, kebenaran tidak berarti apa-apa. Yang penting adalah propaganda.

Ada banyak kisah seperti ini dalam Tabari, dalam Ibn Ishaq dan dalam Tabaqat. Jika orang Muslim berhenti menerima semua omong kosong yang dikatakan Muhammad dalam Quran sebagai perkataan Tuhan, dan menilai kitab tersebut dalam terang sejarah Islam yang ditulis oleh para sejarawan Muslim mula-mula, mereka dapat melihat dusta besar Muhammad tersingkap di depan mata mereka sendiri.

Ibn Sa’d meriwayatkan kisah Mus’ab ibn Umair, seorang pemuda Mekkah yang berpakaian necis. Orang-tuanya sangat mengasihinya. Ibunya, Khunaas, adalah seorang wanita kaya yang berpengaruh. Ia mendandani putranya dengan pakaian yang terbaik dan mahal, memanjakannya dengan parfum yang paling mahal dan membelikannya sepatu yang paling elegan dan trendi. Mus’ab adalah salah satu pemeluk Islam mula-mula di Mekkah. Ia merahasiakan imannya. Ketika Khunaas mengetahui hal itu, ia kecewa. Ia mengurung putranya di dalam rumah. Ketika Muhammad memerintahkan para pengikutnya untuk pergi ke Abyssinia, Mus’ab ada di antara mereka. Itulah “penindasan” yang dialami orang Muslim. Sekembalinya dari Abyssinia, ibunya kembali berusaha membujuknya agar ia meninggalkan Muhammad. Telinganya tuli terhadap tangisan ibunya. Ibunya berhenti memberinya uang. Mus’ab tidak bergeming. Ia mengenakan pakaian compang-camping dan tetap teguh dalam imannya. Muhammad mengutusnya ke Medinah untuk berkhotbah. Ia melakukannya dengan baik dan berhasil mengumpulkan 70 penganut baru. Ini adalah ke-70 orang yang mengunjungi Muhammad di Aqaba dan bersumpah memberi dukungan padanya.


Ketika Mus’ab kembali ke Mekkah ia tidak mengunjungi ibunya. Ketika ibunya mendengar bahwa putranya telah kembali, ia merasa tertolak. Ia mengirim pesan yang mengatakan, “Bagaimana engkau bisa sangat tidak berterima-kasih pada ibumu? Engkau datang ke kota tempat tinggalku dan tidak menjengukku?” Ia menjawab, “aku tidak akan pergi ke rumah siapapun sebelum pergi ke rumah nabi”. Ketika ia mengunjungi ibunya, ibunya membujuknya untuk tinggal. Ia berkata, “Jangan berkeras, ibu. Karena jika engkau berusaha menghalangi saya pergi maka saya tidak mempunyai pilihan lain selain membunuhmu”. Ibunya yang malang berkata, “Engkau boleh pergi”. Lalu ibunya menangis tersedu-sedu. Mus’ab berkata, “Aku menginginkan hal yang baik untukmu, ibu. Kini akuilah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya”. Ia menjawab. “Demi terangnya bintang-bintang aku tidak akan meninggalkan keyakinanku, tetapi engkau bebas melakukan apapun yang kau sukai”. Mus’ab pergi dan tidak lama kemudian ia pindah ke Medinah. Ia turut serta dalam penyerangan-penyerangan dan perampokan-perampokan Muhammad dan terbunuh dalam Perang Uhud. Ibunya ada disana. Ia memeluk jasad putranya sambil meratap. [Tabaqat V. III h. 100-102] Penganiayaan apanya?

Inilah yang disebut orang Muslim sebagai penganiayaan. Para orang-tua yang prihatin berusaha mencegah anak-anak mereka yang tersesat, dan yang sedang mengikuti seorang pria yang mengobarkan kebencian dan memecah-belah masyarakat. Itu bukan penganiayaan. Itu keprihatianan orang-tua. Saya akan melakukan segala sesuatu untuk menghentikan anak saya mengikuti aliran sesat. Penganiayaan dilakukan orang-orang Muslim terhadap kelompok minoritas yang ada di negara-negara Islam.

Seperti yang selalu saya katakan, kita harus memahami terminologi Muslim. Ketika orang-orang Muslim menggunakan kata-kata yang sama yang kita gunakan, mereka memaksudkannya untuk arti yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh, penganiayaan berarti melecehkan keyakinan seseorang atau rasnya, dan sebagainya. Dalam Islam, kata ini mempunyai arti yang sama sekali berbeda. Orang-orang Muslim merasa mereka berkewajiban untuk memenjarakan, menyiksa, dan membunuh orang lain karena keyakinan mereka, seperti yang dilakukan Muhammad. Ini bukan merupakan penganiayaan. Tetapi jika ada orang yang menentang Islam, maka orang itu adalah penganiaya orang Muslim.

Saya adalah pengkritik Islam. Saya menulis tentang agama ini dan mengekspos kebohongan-kebohongannya. Saya tidak pernah melukai satu pun orang Muslim dan tidak pernah menganjurkan siapapun untuk melakukannya. Namun, di mata orang Muslim, saya adalah seorang penindas. Seperti itulah orang Muslim memandang penindasan dan penganiayaan. Penindas adalah seseorang yang mengkritik Islam. Jadi, orang-orang Mekkah yang berusaha menghentikan anak-anak mereka dari mengikuti seorang gila adalah para penindas. Tetapi orang Muslim yang membunuh mereka, dipandang sedang melakukan jihad dan mempraktekkan agama mereka.

Orang Muslim adalah orang-orang yang selalu menjadi pelaku pertama tindak kekerasan fisik. Ibn Ishaq mengatakan (Sira h. 166) “Sa’d bin abu Waqqas mengambil tulang rahang unta dan memukul seorang politeis yang ‘dengan kasar menginterupsi’ sekelompok orang Muslim yang dipimpinnya bersembahyang”. “Ini adalah darah pertama yang ditumpahkan dalam Islam ”.

Mr. Tabatabaie menuduh saya mengutip Quran hanya untuk mendukung perkataan saya seperti ayat-ayat yang menganjurkan pembunuhan dan menciderai orang-orang tidak beriman, tapi mengabaikan ayat-ayat yang menggambarkan orang Muslim sebagai korban. Argumen ini keliru. Saya percaya Muhammad adalah seorang pembohong. Apa yang diklaim seorang pembohong mengenai ketidakberdosaannya tidaklah relevan. Yang penting adalah pengakuan-pengakuannya. Seorang penjahat dapat membuat banyak klaim untuk menggambarkan dirinya sebagai pihak yang tidak bersalah, namun semua itu tidak berarti apa-apa. Tetapi jika ia mengatakan beberapa kata yang membuktikan kesalahannya, maka itulah yang berarti.

Pada suatu kesempatan ketika Muhammad mengancam orang-orang Mekkah dan mengatakan pada mereka bahwa ia telah membawa seorang pembantai, Abul Hakam (yang dianiaya Muhammad dan disebutnya Abu Jahl) pergi menemuinya dan dengan marah mengatakan padanya untuk menghentikan omong kosong ini. Ketika Hamza, paman Muhammad mendengar hal ini, ia menemui Abul Hakam ketika ia sedang duduk di mesjid di Kabah, mengangkat busurnya dan memukulnya dengan keras [Sira 185]. Hingga hari itu, tidak seorang Muslim pun yang dianiaya di Mekkah. Semua pemukulan dan penyiksaan dilakukan oleh orang Muslim. Untuk memahami hal ini, pikirkanlah apa yang terjadi di Eropa belakangan ini. Siapa menganiaya siapa di Eropa? Orang-orang Muslimlah yang memperkosa para wanita Eropa, memukuli mereka dan menyiksa mereka. Pada saat yang sama mereka berteriak bahwa mereka adalah korban. Ini telah menjadi modus operandi Islam sejak kelahirannya.

Mr. Tabatabaie mengutip Quran 6:108 dimana Muhammad mengatakan, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” Ia ingin menunjukkan pada kita bahwa Muhammad tidak menginginkan orang Muslim menghina keyakinan orang lain.

Bodoh sekali bila mempercayai perkataan Muhammad. Konfusius mengatakan, orang yang hebat adalah orang yang kata-katanya sesuai dengan tindakannya. Dengan standar itu Muhammad bukanlah orang hebat. Ia mengatakan banyak hal yang di permukaan kelihatan seperti kata-kata yang baik tapi pada prakteknya ia menjalani hidup yang sama sekali berbeda. Kenyataan bahwa ia merangsek Kabah dan menajiskan kuil yang dianggap suci oleh orang Mekkah adalah bukti yang cukup bahwa ia tidak menghidupi apa yang diajarkannya dalam Quran 6:108.

Muhammad tidak hanya tidak menghormati keyakinan orang lain, ia juga tidak menghormati kebebasan mereka dan hidup mereka. Setelah menaklukkan Mekkah, ia memberikan ultimatum kepada orang-orang tidak beriman untuk memeluk Islam atau mati.

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.” (Quran 9:5)

Kisah bagaimana Muhammad dengan kejam mengusir orang-orang Muslim dari kota mereka sendiri dapat dibaca dalam Ibn Ishaq h.920-923.

Para Ahli Kitab pun tidak aman. “Aku akan mengusir orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen dari jazirah Arab dan tidak akan menyisakan satupun kecuali orang Muslim” (Sahih Muslim 4366).

Tabari mengatakan bahwa setelah kematian Muhammad banyak orang Arab menjadi murtad. Abu Bakr menyerang mereka. Ia membakar mereka dalam api, melempari mereka dengan batu sampai mati, menjatuhkan mereka dari tebing-tebing, atau membuang mereka ke dalam sumur [Tabari v. 4, h. 1392]. Ratusan ribu orang yang meninggalkan Islam, mati dalam peperangan yang dinamai seperti mereka, yaitu Irtidad (murtad). Seperti itulah orang Muslim menghormati orang lain dan keyakinan lain!

Islam adalah agama kebohongan. Segala sesuatu dalam agama ini adalah dusta. Semuanya adalah penipuan. Buanglah semua kebohongan dari Islam, maka yang tertinggal hanyalah seorang penjahat psikopat dan segerombolan gengster yang mati otaknya yang melakukan tindak kejahatan yang paling mengerikan dalam nama Tuhan.

Mr. Tabatabaie membuat perbedaan antara menghina keyakinan orang dan tindak penajisan Kabah yang dilakukan Muhammad. Ia bertanya bagaimana lagi Muhammad harus meyakinkan orang-orang Arab bahwa dewa-dewa mereka tidak berguna.

Saya percaya bahwa Allah hanyalah sesembahan fiksi, bukan hanya tidak berguna tetapi keyakinan kepada-Nya adalah hal yang berbahaya. Setidaknya dewa-dewa orang Arab mempunyai wujud fisik. Allah adalah ciptaan pikiran yang sakit dan tidak mempunyai eksistensi. Saya tidak percaya pada dewa-dewa, tetapi disini saya tidak membuat argumen menentang keyakinan kepada Tuhan. Saya menghormati hak orang untuk beriman. Argumen yang saya buat adalah sesembahan yang dikhotbahkan Muhammad bukanlah Tuhan Alam Semesta. Ia bahkan bukan Tuhan yang disebutkan dalam Alkitab. Allah adalah gelar untuk Hubbal, Dewa Bulan. Apakah saya boleh merusak mesjid (bila saya mempunyai kuasa untuk melakukannya), dan menghancurkan semua yang berkaitan dengan Allah dan menajiskan mesjid-mesjid itu? Itulah yang dilakukan Muhammad terhadap Kabah, dan orang-orang Muslim melakukannya terhadap sekian banyak rumah ibadah agama-agama lain.

Kenyataan bahwa Muhammad beranggapan bahwa ia benar dan menyebut orang lain tersesat dan tanpa pengetahuan, tidak memberinya hak apapun untuk menghancurkan dan menajiskan kuil-kuil mereka. Ini jelas bagi orang yang berpikiran waras. Namun sangat kabur bagi orang Muslim. Orang Muslim merusak gereja-gereja dan tempat-tempat ibadah agama-agama lain, menghancurkan semuanya dan membangun mesjid mereka di atas reruntuhan rumah ibadah agama lain dan menurut mereka hal itu tidak apa-apa.


Mereka tidak dapat menerima fakta bahwa apa yang dilakukan Muhammad dan apa yang mereka lakukan selama hampir seribu tahun adalah kejahatan. Mereka beranggapan oleh karena mereka benar, semua kejahatan mereka dapat dibenarkan.

Mr. Tabatabaie, menuduh saya salah menafsirkan kebenaran ketika saya mengutip Quran 4:89 yang berbunyi, “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong”.

Ia berkata mengapa saya tidak mengutip ayat selanjutnya yang mengatakan, “kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.”

Ini adalah penipuan Muhammad. Hanya orang-orang yang memahami sejarah Islam dan Quran-lah yang dapat melihat penipuan Muhammad. Di permukaan kelihatannya Muhammad mengatakan agar tidak memerangi orang-orang yang tidak memerangi kamu. Dalam kenyataannya, ia menganggap siapapun yang berbicara menentang islam dan melawan kemajuan agama iblisnya adalah musuh yang harus dibunuh. Siapapun yang mengkritik Islam atau tidak mau menerimanya termasuk ke dalam kategori itu. Anda harus tunduk kepada Islam atau anda menjadi musuh Islam.


Apakah orang-orang Yahudi Khaibar menyerang orang-orang Muslim? Perang-perang Muhammad disebut ghazw dan saria. Kata-kata ini berarti ‘menyerang’, ‘menyergap’, ‘serangan mendadak’. Orang-orang Muslim adalah penyamun. Jika perang-perang Muhammad bersifat defensif, seperti yang dengan liciknya diklaim oleh orang Muslim, mengapa perang-perang itu disebut ghazw? Kecuali anda benar-benar mengenal Islam, anda akan jatuh ke dalam perangkap-perangkap yang dibuat orang-orang Muslim ini. Menurut Tabari, Muhammad mengobarkan 78 ghazw, beberapa di antaranya adalah pembunuhan seorang pujangga dan penyerangan-penyerangan lain berskala besar terhadap kota-kota besar yang memakan ribuan korban jiwa. Hanya dalam dua kesempatan orang-orang Mekkah terkait, satu di Uhud dan yang lainnya dalam perang konfederasi, yang tidak terjadi. Dalam kasus-kasus lain, Muhammad bertindak sebagai agresor.

Mr. Tabatabaie mengatakan bahwa saya adalah orang bebal atau seorang pengkhianat (penipu) karena telah menyesatkan orang karena tidak mengatakan bahwa Islam melarang memerangi orang-orang yang tidak memerangi Islam. Itu tidak benar. Apakah kami orang Persia menyerang orang-orang Arab? Apakah Mesir atau Spanyol menyerang Islam? Siapa yang jadi penipu disini? Orang-orang yang tidak percaya kepada Islam dipandang sebagai musuh oleh Muhammad, dan memerangi mereka menjadi sebuah keharusan. Apakah arti Quran 9:5 yang dikutip di atas? Ayat itu sama sekali tidak bernuansa defensif.

Mr. Tabatabaie berusaha membenarkan pembantaian-pembantaian yang dilakukan Muhammad dengan sebuah ayat dari Lukas 22:36 ketika Yesus berkata kepada para murid-Nya untuk menjual jubah mereka dan membeli pedang. Dalam pikiran sarjana Muslim yang terhormat ini, ayat tersebut membuat Yesus menjadi penjahat perang dan pembunuh massa seperti Muhammad. Seandainya ini benar, apakah satu kejahatan membenarkan kejahatan lainnya?

Saya bukan seorang apologis untuk kekristenan. Namun, saya ingin berlaku adil. Seandainya Mr. Tabatabaie membaca ayat-ayat dalam Lukas 22 lebih banyak lagi, ia akan menyadari bahwa yang Yesus inginkan hanyalah sepasang pedang, kemungkinan besar agar para murid-Nya dapat membela diri terhadap tentara Roma. Dalam ayat 38 ketika para murid-Nya mengatakan bahwa mereka telah mempunyai dua pedang di tangan mereka, Yesus berkata “Itu sudah cukup”. Jelaslah Ia tidak berencana untuk memulai perang dengan dua pedang. Ini terjadi ketika Yesus mengetahui bahwa para tentara sedang dalam perjalanan untuk menangkap-Nya. Beberapa jam kemudian tentara-tentara itu tiba. Tetapi mereka tidak tertarik kepada para murid-Nya. Para murid-Nya bertanya, “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?” Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata: “Sudahlah itu.” Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.” [Lukas 22 49-51].

Yesus melarang para pengikut-Nya untuk menggunakan pedang terhadap para tentara yang datang untuk menangkap-Nya dan menyembuhkan luka salah seorang dari mereka. Bagaimanakah peristiwa ini dapat disejajarkan dengan penyerangan-penyerangan dan pembantaian massal yang dilakukan Muhammad?

Mr. Tabatabaie mengklaim bahwa orang-orang Mekkah senantiasa menyerang dan merampoki orang-orang Muslim di Medina sehingga Quran 22:39 diturunkan, bunyinya “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”

Ini adalah distorsi sejarah. Tabari menceritakan pada kita mengenai beberapa penyerangan yang dilakukan orang Muslim hingga salah satunya sukses di Nakhla yang hanya memakan korban jiwa 1 orang, yang disanjung oleh semua sejarawan sebagai “penumpahan darah yang pertama dalam Islam”. Orang pertama yang cedera adalah seorang non Muslim dan orang pertama yang terbunuh juga seorang non Muslim. Setelah Nakhla, Muhammad meluncurkan beberapa penyerangan berskala kecil, hingga ia mengalami terobosan besar di Badr dimana orang-orangnya yang masih muda belia membunuh sekumpulan pria “tua dan botak”, yang menolak memerangi anak-anak mereka sendiri. Setelah kemenangan itu Muhammad menjadi semakin kokoh. Ia menyerang Bani Qainuqa dan membunuh Abu Afak, Asma bint Marwan dan Ka’b ibn Ashraf. Orang-orang Mekkah mendapati rute ke Syria berbahaya dan membawa karavan-karavan mereka ke Irak. Rute ini sangat jauh dan hampir-hampir tidak ada air. Namun Muhammad mengutus Zaid ibn Haritha untuk menyerang mereka. Zaid menjarah karavan mereka, tetapi Abu Sufyan dan orang-orangnya berhasil meloloskan diri. Setelah peristiwa itulah Abu Sufyan melakukan penyerangan kecil ke Utara Medina, membunuh salah seorang Ansar dan memotong beberapa pohon kurma. Ia mencuri beberapa kambing Muhammad. Tetapi jangan lupa, Muhammad tidak mempunyai kambing ketika ia pergi ke Medina. Semua kambing itu dicurinya dari orang lain.

Jauh sebelum Quran 22:39 diturunkan, orang Muslim merampok dan menjarah. Mr. Tabatabaie mengutip dari Maghazi. Maghazi adalah bentuk jamak dari ghazw. Itu adalah sejarah penyerangan-penyerangan Muhammad, bukan perang-perang defensif. Lalu bagaimana Mr. Tabatabaie dapat mengatakan bahwa semua perang Muhammad bersifat defensif? Lalu mengapa buku yang mencatat perang-perangnya disebut Maghazi? Berdusta menjadi sesuatu yang sangat alamiah bagi orang Muslim sehingga mereka bahkan tidak memikirkannya lagi. Jika banyak orang Muslim tidak mengetahui bahwa perang-perang Muhammad adalah perampokan, Mr. Tabatabaie mengetahuinya. Ia benar-benar adalah seorang sarjana Islam. Walau semua penipuan dan salah penafsiran ini begitu jelas, Mr. Tabatabaie tetap menyebut saya seorang “pengkhianat”. Apakah saya telah mengkhianati negara saya? Orang-orang yang dapat berbahasa Parsi dapat melihat bahwa Mr. Tabatabaie telah menghina raja-raja Persia di Iran sebelum jaman Islam dan telah melecehkan warisan budaya Iran kami. Namun baginya saya adalah seorang pengkhianat sedangkan dia tidak. Menurut saya kita mempunyai perbedaan yang sangat besar.

Mr. Tabatabaie mengatakan bahwa Muhammad mengutus Abdullah ibn Jahsh dan 7 orang lainnya ke Nakhla untuk “menginformasikannya” mengenai orang Quraish. Dan bahwa Abdullah merampok karavan mereka atas inisiatifnya sendiri dan tidak meminta ijin. Kisah sebenarnya jauh lebih banyak dari yang tertulis. Anda tidak perlu menjadi seorang detektif atau mengikuti pelatihan psikologi untuk membaca apa yang tersirat. Kisah ini mengungkapkan pikiran manipulatif Muhammad yang narsistik.

Abdullah ibn Jahsh adalah sepupu Muhammad dari pihak ibunya. Jahsh adalah saudara laki-laki Aminah. Muhammad mengutus Abdullah ke Nakhla dengan misi yang jelas yang hanya diketahui Abdullah seorang. Orang-orang yang menyertainya tidak diberitahu tentang misi itu. Ia memberikan Abdullah sebuah surat bermeterai dan memerintahkannya untuk tidak membukanya sampai mereka telah melakukan perjalanan selama 2 hari. Nah, sekarang pikirkanlah betapa orang yang licik ini memanipulasi segala sesuatu. Ketika Abdullah membuka surat itu, tertulis bahwa mereka harus membawa informasi mengenai karavan Quraish. Juga dikatakan bahwa tidak seorangpun yang boleh dipaksa untuk turut serta dalam misi ini jika ia tidak menginginkannya. Mengapa? Karena saat itu adalah bulan Rajab, bulan suci bagi orang Arab. Selama bulan-bulan suci itu orang Arab dilarang menumpahkan darah. Itulah sebabnya mengapa Muhammad mengatakan agar tidak memaksa siapapun dalam misi ini. Memata-matai tidaklah dilarang, tapi menumpahkan darah adalah hal yang dilarang. Pesan itu jelas walaupun tidak tersurat. Abdullah mengetahui dengan tepat apa yang diinginkan Muhammad. Ia berkata kepada orang-orang yang menyertainya jika mereka siap menjadi martir (syuhada) mereka harus mengikutinya. Mereka semua setuju. Dua orang dari mereka kehilangan unta (mungkin disengaja) dan tidak jadi ikut. Maka 6 orang sisanya pergi ke Nakhla. Mereka menjumpai karavan kecil yang dijaga oleh 4 orang. Mereka menipu para Amin karavan itu dengan mencukur kepala mereka dan berpura-pura sedang dalam perjalanan ziarah. Ketika para Amin melonggarkan penjagaan mereka, para penyerang itu memanah mereka. Mereka membunuh satu orang dan menyandera 2 orang. Orang ke-4 melarikan diri.

Mereka membawa jarahan dan dua sandera ke Medina. Orang-orang Muslim terkejut. Mereka masih beranggapan membunuh dalam bulan-bulan suci itu adalah hal yang terlarang. Mereka berkata bahwa Muhammad harus melepaskan para sandera itu dan mengembalikan jarahan. Nabi yang licik itu merancangkan sesuatu. Ia menegur Abdullah dan berkata, “Aku tidak memerintahkan kamu untuk berperang dalam bulan-bulan suci”. Dengan demikian ia menumpahkan kesalahan kepada Abdullah. Kemudian ia berkata, “Serahkanlah jarahan itu padaku hingga Allah memutuskan”. Keesokan harinya Allahnya bersabda “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah” [Quran 2:217].

Sekarang anda lihat mengapa Muhammad perlu menggambarkan dirinya sendiri dan orang-orang Muslim sebagai korban? Agar membenarkan perampokan dan pembunuhan yang dilakukannya. Orang-orang Muslim melakukan hal yang sama pada jaman sekarang. Dimana saja mereka adalah orang-orang yang mengorbankan orang lain, namun mereka berteriak mengatakan mereka adalah korban. Orang-orang tolol seperti kaum sayap kiri mempercayai narasi itu. Contoh lainnya adalah klaim korban yang diajukan orang Arab Palestina. Mereka sama sekali bukan korban. Mereka adalah agresor dan pihak yang mengorbankan orang lain. Merekalah yang telah mencuri tanah orang Yahudi. Tetapi mereka menggambarkan diri mereka sebagai korban sehingga mereka mempunyai pembenaran untuk membunuh orang Yahudi. Ini bukan soal tanah. Ini soal kebencian kepada orang Yahudi.

Apakah menjauhkan orang agar tidak menjadi Muslim lebih buruk daripada membunuh? Inilah moralitas Islam. Menulis menentang Islam lebih buruk daripada tindakan orang Muslim membunuh kita. Dengan “logika” inilah orang Muslim mengatakan bahwa saya lebih buruk daripada Osama bin Laden. Membantai ribuan orang tidaklah seburuk menulis artikel-artikel menentang Islam. Inilah moralitas Islam untuk anda. Dan seperti yang anda lihat, semua itu berasal dari Quran.

Aturan Emas (Golden Rules) adalah sesuatu yang tidak dimengerti orang Muslim. itu menyedihkan tetapi mereka memang tidak dapat menempatkan diri pada posisi orang lain. Orang Muslim tidak mampu memahami bahwa apa yang mereka lakukan adalah kejahatan karena mereka tidak memahami Aturan Emas. Pemahaman terhadap Aturan Emas menentukan perikemanusiaan. Binatang, dan orang-orang yang meningkatkan perikemanusiaan mereka (Nazi, fasis, Komunis, penyamun, penjahat, psikopat, dan orang Muslim) tidak mampu memahami Aturan Emas.





kermit katak lucu
kermit katak lucu
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 3551
Job/hobbies : memuji muji islam
Reputation : 11
Points : 9501
Registration date : 2011-06-17

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum