Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 125 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 125 Guests :: 3 BotsNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
3 posters
Page 1 of 1
Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
Saya tahu bahwa dalam pandangan Umat Islam wahyu sudah berakhir pada Muhammad. Dan wahyu itu diterima melalui 3 cara. Melalui malaikat jibril, melalui mimpi dan melalui bisikan ke dalam hati dan pikiran Muhammad. Tapi …
Saya menghayati bahwa wahyu Tuhan tidak pernah berakhir.
Lho? Bung Erianto Anas?
Hehe…sabar dulu. Kendalikan hawa nafsu iblis anda.
Saya memahami wahyu adalah bisikan kebenaran yang disampaikan Tuhan kepada manusia. Tentu saja Tuhan berbisik di sini adalah metaforis. Bukan harfiah seperti ketika saya sedang berbisik pada Lady GaGa: “I Love You”. Tapi adalah Tuhan berbisik melalui mekanisme hukum alam yang disebut dengan hukum spiritual. Tidak ada mistifikasi yang jamping dalam pandangan saya. Segalanya tetap melalui mekanisme hukum alam, baik hukum fisik maupun hukum spiritual.
Hanya saja loading akses setiap manusia ke hukum spiritual itu tidak sama.
Ada yang peka dan ada yang kurang. Bahkan ada yang lemah.
Dasar saya mengatakan wahyu Tuhan tidak pernah berakhir adalah dengan asumsi bahwa ada relasi penghubung antara Tuhan dengan manusia. Ibarat bola lampu yang tersebar sekian banyak di rumah-rumah, maka semua bola lampu itu tidak akan bisa menyala jika tidak terhubung dengan pusat arus listriknya. Saya memahami pusat arus itu sebagai Tuhan dan semua bola lampu itu sebagai manusia. Dan kabel penghubungnya adalah mekanisme hukum spiritual.
Jika kabel itu diputus, maka mustahil lampunya bisa menyala. Sampai kapan pun. Ini artinya jika tidak ada relasi penghubung (mekanisme hukum spiritual) antara manusia dengan Tuhan, maka mustahil manusia bisa merasakan kehadiran Tuhan. Bahkan mustahil dalam hati atau pikiran manusia akan terbetik adanya sesuatu yang mengatasi segalanya (Tuhan, Being atau Roh Absolut). Itu sebabnya setiap manusia berpotensi untuk kembali kepada Tuhan. Dalam arti peluang munculnya kesadaran itu menjadi mungkin. Karena toh saluran penghubung itu memang ada.
Inilah maknanya bagi saya pernyataan bahwa pada hakikatnya manusia itu selalu hanif, selalu fitrah. Selalu terarah pada Kebenaran (Tuhan). Karena memang sudah naturnya ada saluran penghubung spiritual antara manusia dengan Tuhan. Akan tetapi saluran itu hanya diam. Dia netral. Siapa yang mengaksesnya maka itulah yang akan merasakan kontak spiritual dengan Tuhan. Siapa yang diam membisu maka itulah orang yang tidak akan merasakan kehadiran Tuhan.
Tidak mersakan kehadiran Tuhan itu hanya bersifat satu arah. Yaitu dari manusia ke Tuhan. Tapi dari Tuhan ke manusia tetap ada. Karena Tuhan maha meliputi segalanya. Hanya saja dimata manusia yang buta spiritualitas, dia tidak akan merasakan dan menyadarinya.
Nah, kembali ke metafora bola lampu. Untuk itulah saklarnya perlu ditekan agar bola lampunya menyala. Untuk itulah perlunya manusia menghidupkan kontak spiritualnya dengan Tuhan agar titisan kesadaran akan Tuhan itu kembali hidup. Agar percikan kebenaran itu hadir dalam diri manusia.
Pertanyaannya kemudian adalah:
Dengan apa manusia bisa masuk ke dunia spiritual itu?
Ada banyak pintu masuk. Misalnya dengan berpikir, merenung, berkhalwat, meditasi dan sejenisnya. Atau refleks melalui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Misalnya ketika manusia mengalami kemalangan yang sangat menyayat hati, rasa sakit yang tak tertahankan, rasa haru atau keberuntungan yang mencengankan. Akan tetapi semua ini tidak adatang secara tiba-tiba turun dari langit. Tapi manusia harus aktif membuka diri. Dengan kata lain manusia harus menggapai. Harus mencari dan menemukan momen-momen pemicu spiritualitas.
Itu sebabanya ketika seseorang membaca kitab suci, buku-buku tentang makna hidup, atau berdiskusi tentang topik yang sama, akses ke dunia spiritual itu berpeluang untuk terbuka. Nah, disaat itulah munculnya lentik api spiritual itu menyala dalam kesadaran seseorang.
Dan sebaliknya oleh karena itulah, adanya Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta, tokoh-tokoh spiritual tidak menjamin seseorang yang berada disekitarnya bisa menjadi religius. Karena dia belum mengaktifkan saluran spiritualnya sendiri. Karena dia belum mengakses pintu masuknya sendiri. Itu sebabnya berapa lapis nasehat agama pun, bahkan tidur di mesjid, di gereja, atau lebih ekstrem lagi, tidur bersama Nabi Muhammad, bersama Yesus, bersama Sidharta dan seterusnya, tidak akan menjamin seseorang otomatis menjadi religius. Karena setiap manusia harus aktif-responsif terhadap dunia spiritualnya sendiri-sendiri. Dan itulah yang menyebabkan adanya perbedaaan kedalaman religiusitas antar manusia.
Bahwa wahyu itu tidak datang secara tiba-tiba, sim salabim dari LANGIT, sudah dinyatakan dalam sejarah agama-agama. Setiap Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta dan seterusnya, adalah sosok-sosok manusia pencari Tuhan, yang akhirnya menemkan momen puncak religiusitasnya. Walaupun juga ada buku-buku, cerita-cerita atau kisah-kisah yang menyatakan bahwa mereka itu justru DITAKDIRKAN Tuhan demikian. Tetapi saya pribadi tidak memahaminya demikian. Bahkan, maaf, bagi saya itu hanya sebentuk mitologi.
Artinya saya memahami bahwa mereka, dalam hal ini memiliki akses yang sangat tajam dan peka akan dunia spiritual. Itu sebabnya mereka akhirnya menjadi begitu tercerahkan oleh Kebenaran. Meminjam bahasa Al Farabi, mereka sudah sampai pada tingkat emanasi akal kesepuluh. Atau dalam bahasa psikologi, mereka sudah sampai pada indera keenam. Ini adalah bahasa Ilmu pengetahuan (Psikologi atau Teologi). Tapi dalam bahasa Alquran (Arab) ini disebut wahyu.
Pemberian klasifikasi istilah wahyu, kharamah dan ilham, bagi saya itu adalah semacam graduasi. Semacam tingkatan dari kilatan inspirasi akan lentik api dunia spiritual yang diterima oleh manusia. Tapi dalam satu kata, semua itu bagi saya sama. Perbedaan terletak hanya pada tingkat kualitasnya. Makin tinggi atau semakin peka refleksi akan dunia spiritual seseorang maka semakin tinggi juga lebar bandwith pencerahan kebenaran yang akan mereka terima dari Tuhan.
Dan proses seperti ini akan terus berlangsung sepanjang kehidupan. Karena memang begitulah natur kehidupan diciptakan Tuhan. Itu sebabnya selalu saja muncul tokoh-tokoh spiritual di bebergai zaman dan belahan bumi, sesuai tingkat kedalamannya masing-masing. Terlepas dari ada yang setuju ada yang tidak. Terlepas dari ada yang yakin ada yang tidak.
---------------------------------
Bacaan lanjutan:
http://blogernas.blogspot.com/2011/01/masa-depan-agama-islam-hanya-pada.htmlMasa Depan Islam Hanya Pada Atheis
Saya menghayati bahwa wahyu Tuhan tidak pernah berakhir.
Lho? Bung Erianto Anas?
Hehe…sabar dulu. Kendalikan hawa nafsu iblis anda.
Saya memahami wahyu adalah bisikan kebenaran yang disampaikan Tuhan kepada manusia. Tentu saja Tuhan berbisik di sini adalah metaforis. Bukan harfiah seperti ketika saya sedang berbisik pada Lady GaGa: “I Love You”. Tapi adalah Tuhan berbisik melalui mekanisme hukum alam yang disebut dengan hukum spiritual. Tidak ada mistifikasi yang jamping dalam pandangan saya. Segalanya tetap melalui mekanisme hukum alam, baik hukum fisik maupun hukum spiritual.
Hanya saja loading akses setiap manusia ke hukum spiritual itu tidak sama.
Ada yang peka dan ada yang kurang. Bahkan ada yang lemah.
Dasar saya mengatakan wahyu Tuhan tidak pernah berakhir adalah dengan asumsi bahwa ada relasi penghubung antara Tuhan dengan manusia. Ibarat bola lampu yang tersebar sekian banyak di rumah-rumah, maka semua bola lampu itu tidak akan bisa menyala jika tidak terhubung dengan pusat arus listriknya. Saya memahami pusat arus itu sebagai Tuhan dan semua bola lampu itu sebagai manusia. Dan kabel penghubungnya adalah mekanisme hukum spiritual.
Jika kabel itu diputus, maka mustahil lampunya bisa menyala. Sampai kapan pun. Ini artinya jika tidak ada relasi penghubung (mekanisme hukum spiritual) antara manusia dengan Tuhan, maka mustahil manusia bisa merasakan kehadiran Tuhan. Bahkan mustahil dalam hati atau pikiran manusia akan terbetik adanya sesuatu yang mengatasi segalanya (Tuhan, Being atau Roh Absolut). Itu sebabnya setiap manusia berpotensi untuk kembali kepada Tuhan. Dalam arti peluang munculnya kesadaran itu menjadi mungkin. Karena toh saluran penghubung itu memang ada.
Inilah maknanya bagi saya pernyataan bahwa pada hakikatnya manusia itu selalu hanif, selalu fitrah. Selalu terarah pada Kebenaran (Tuhan). Karena memang sudah naturnya ada saluran penghubung spiritual antara manusia dengan Tuhan. Akan tetapi saluran itu hanya diam. Dia netral. Siapa yang mengaksesnya maka itulah yang akan merasakan kontak spiritual dengan Tuhan. Siapa yang diam membisu maka itulah orang yang tidak akan merasakan kehadiran Tuhan.
Tidak mersakan kehadiran Tuhan itu hanya bersifat satu arah. Yaitu dari manusia ke Tuhan. Tapi dari Tuhan ke manusia tetap ada. Karena Tuhan maha meliputi segalanya. Hanya saja dimata manusia yang buta spiritualitas, dia tidak akan merasakan dan menyadarinya.
Nah, kembali ke metafora bola lampu. Untuk itulah saklarnya perlu ditekan agar bola lampunya menyala. Untuk itulah perlunya manusia menghidupkan kontak spiritualnya dengan Tuhan agar titisan kesadaran akan Tuhan itu kembali hidup. Agar percikan kebenaran itu hadir dalam diri manusia.
Pertanyaannya kemudian adalah:
Dengan apa manusia bisa masuk ke dunia spiritual itu?
Ada banyak pintu masuk. Misalnya dengan berpikir, merenung, berkhalwat, meditasi dan sejenisnya. Atau refleks melalui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Misalnya ketika manusia mengalami kemalangan yang sangat menyayat hati, rasa sakit yang tak tertahankan, rasa haru atau keberuntungan yang mencengankan. Akan tetapi semua ini tidak adatang secara tiba-tiba turun dari langit. Tapi manusia harus aktif membuka diri. Dengan kata lain manusia harus menggapai. Harus mencari dan menemukan momen-momen pemicu spiritualitas.
Itu sebabanya ketika seseorang membaca kitab suci, buku-buku tentang makna hidup, atau berdiskusi tentang topik yang sama, akses ke dunia spiritual itu berpeluang untuk terbuka. Nah, disaat itulah munculnya lentik api spiritual itu menyala dalam kesadaran seseorang.
Dan sebaliknya oleh karena itulah, adanya Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta, tokoh-tokoh spiritual tidak menjamin seseorang yang berada disekitarnya bisa menjadi religius. Karena dia belum mengaktifkan saluran spiritualnya sendiri. Karena dia belum mengakses pintu masuknya sendiri. Itu sebabnya berapa lapis nasehat agama pun, bahkan tidur di mesjid, di gereja, atau lebih ekstrem lagi, tidur bersama Nabi Muhammad, bersama Yesus, bersama Sidharta dan seterusnya, tidak akan menjamin seseorang otomatis menjadi religius. Karena setiap manusia harus aktif-responsif terhadap dunia spiritualnya sendiri-sendiri. Dan itulah yang menyebabkan adanya perbedaaan kedalaman religiusitas antar manusia.
Bahwa wahyu itu tidak datang secara tiba-tiba, sim salabim dari LANGIT, sudah dinyatakan dalam sejarah agama-agama. Setiap Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta dan seterusnya, adalah sosok-sosok manusia pencari Tuhan, yang akhirnya menemkan momen puncak religiusitasnya. Walaupun juga ada buku-buku, cerita-cerita atau kisah-kisah yang menyatakan bahwa mereka itu justru DITAKDIRKAN Tuhan demikian. Tetapi saya pribadi tidak memahaminya demikian. Bahkan, maaf, bagi saya itu hanya sebentuk mitologi.
Artinya saya memahami bahwa mereka, dalam hal ini memiliki akses yang sangat tajam dan peka akan dunia spiritual. Itu sebabnya mereka akhirnya menjadi begitu tercerahkan oleh Kebenaran. Meminjam bahasa Al Farabi, mereka sudah sampai pada tingkat emanasi akal kesepuluh. Atau dalam bahasa psikologi, mereka sudah sampai pada indera keenam. Ini adalah bahasa Ilmu pengetahuan (Psikologi atau Teologi). Tapi dalam bahasa Alquran (Arab) ini disebut wahyu.
Pemberian klasifikasi istilah wahyu, kharamah dan ilham, bagi saya itu adalah semacam graduasi. Semacam tingkatan dari kilatan inspirasi akan lentik api dunia spiritual yang diterima oleh manusia. Tapi dalam satu kata, semua itu bagi saya sama. Perbedaan terletak hanya pada tingkat kualitasnya. Makin tinggi atau semakin peka refleksi akan dunia spiritual seseorang maka semakin tinggi juga lebar bandwith pencerahan kebenaran yang akan mereka terima dari Tuhan.
Dan proses seperti ini akan terus berlangsung sepanjang kehidupan. Karena memang begitulah natur kehidupan diciptakan Tuhan. Itu sebabnya selalu saja muncul tokoh-tokoh spiritual di bebergai zaman dan belahan bumi, sesuai tingkat kedalamannya masing-masing. Terlepas dari ada yang setuju ada yang tidak. Terlepas dari ada yang yakin ada yang tidak.
---------------------------------
Bacaan lanjutan:
http://blogernas.blogspot.com/2011/01/masa-depan-agama-islam-hanya-pada.htmlMasa Depan Islam Hanya Pada Atheis
EriantoAnas- Number of posts : 1
Reputation : 0
Points : 4602
Registration date : 2011-09-23
Re: Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
EriantoAnas wrote:Saya tahu bahwa dalam pandangan Umat Islam wahyu sudah berakhir pada Muhammad. Dan wahyu itu diterima melalui 3 cara. Melalui malaikat jibril, melalui mimpi dan melalui bisikan ke dalam hati dan pikiran Muhammad. Tapi …
Saya menghayati bahwa wahyu Tuhan tidak pernah berakhir.
Lho? Bung Erianto Anas?
Hehe…sabar dulu. Kendalikan hawa nafsu iblis anda.
Saya memahami wahyu adalah bisikan kebenaran yang disampaikan Tuhan kepada manusia. Tentu saja Tuhan berbisik di sini adalah metaforis. Bukan harfiah seperti ketika saya sedang berbisik pada Lady GaGa: “I Love You”. Tapi adalah Tuhan berbisik melalui mekanisme hukum alam yang disebut dengan hukum spiritual. Tidak ada mistifikasi yang jamping dalam pandangan saya. Segalanya tetap melalui mekanisme hukum alam, baik hukum fisik maupun hukum spiritual.
Hanya saja loading akses setiap manusia ke hukum spiritual itu tidak sama.
Ada yang peka dan ada yang kurang. Bahkan ada yang lemah.
Dasar saya mengatakan wahyu Tuhan tidak pernah berakhir adalah dengan asumsi bahwa ada relasi penghubung antara Tuhan dengan manusia. Ibarat bola lampu yang tersebar sekian banyak di rumah-rumah, maka semua bola lampu itu tidak akan bisa menyala jika tidak terhubung dengan pusat arus listriknya. Saya memahami pusat arus itu sebagai Tuhan dan semua bola lampu itu sebagai manusia. Dan kabel penghubungnya adalah mekanisme hukum spiritual.
Jika kabel itu diputus, maka mustahil lampunya bisa menyala. Sampai kapan pun. Ini artinya jika tidak ada relasi penghubung (mekanisme hukum spiritual) antara manusia dengan Tuhan, maka mustahil manusia bisa merasakan kehadiran Tuhan. Bahkan mustahil dalam hati atau pikiran manusia akan terbetik adanya sesuatu yang mengatasi segalanya (Tuhan, Being atau Roh Absolut). Itu sebabnya setiap manusia berpotensi untuk kembali kepada Tuhan. Dalam arti peluang munculnya kesadaran itu menjadi mungkin. Karena toh saluran penghubung itu memang ada.
Inilah maknanya bagi saya pernyataan bahwa pada hakikatnya manusia itu selalu hanif, selalu fitrah. Selalu terarah pada Kebenaran (Tuhan). Karena memang sudah naturnya ada saluran penghubung spiritual antara manusia dengan Tuhan. Akan tetapi saluran itu hanya diam. Dia netral. Siapa yang mengaksesnya maka itulah yang akan merasakan kontak spiritual dengan Tuhan. Siapa yang diam membisu maka itulah orang yang tidak akan merasakan kehadiran Tuhan.
Tidak merasakan kehadiran Tuhan itu hanya bersifat satu arah. Yaitu dari manusia ke Tuhan. Tapi dari Tuhan ke manusia tetap ada. Karena Tuhan maha meliputi segalanya. Hanya saja dimata manusia yang buta spiritualitas, dia tidak akan merasakan dan menyadarinya.
Nah, kembali ke metafora bola lampu. Untuk itulah saklarnya perlu ditekan agar bola lampunya menyala. Untuk itulah perlunya manusia menghidupkan kontak spiritualnya dengan Tuhan agar titisan kesadaran akan Tuhan itu kembali hidup. Agar percikan kebenaran itu hadir dalam diri manusia.
Pertanyaannya kemudian adalah:
Dengan apa manusia bisa masuk ke dunia spiritual itu?
Ada banyak pintu masuk. Misalnya dengan berpikir, merenung, berkhalwat, meditasi dan sejenisnya. Atau refleks melalui peristiwa-peristiwa yang luar biasa. Misalnya ketika manusia mengalami kemalangan yang sangat menyayat hati, rasa sakit yang tak tertahankan, rasa haru atau keberuntungan yang mencengankan. Akan tetapi semua ini tidak adatang secara tiba-tiba turun dari langit. Tapi manusia harus aktif membuka diri. Dengan kata lain manusia harus menggapai. Harus mencari dan menemukan momen-momen pemicu spiritualitas.
Itu sebabanya ketika seseorang membaca kitab suci, buku-buku tentang makna hidup, atau berdiskusi tentang topik yang sama, akses ke dunia spiritual itu berpeluang untuk terbuka. Nah, disaat itulah munculnya lentik api spiritual itu menyala dalam kesadaran seseorang.
Dan sebaliknya oleh karena itulah, adanya Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta, tokoh-tokoh spiritual tidak menjamin seseorang yang berada disekitarnya bisa menjadi religius. Karena dia belum mengaktifkan saluran spiritualnya sendiri. Karena dia belum mengakses pintu masuknya sendiri. Itu sebabnya berapa lapis nasehat agama pun, bahkan tidur di mesjid, di gereja, atau lebih ekstrem lagi, tidur bersama Nabi Muhammad, bersama Yesus, bersama Sidharta dan seterusnya, tidak akan menjamin seseorang otomatis menjadi religius. Karena setiap manusia harus aktif-responsif terhadap dunia spiritualnya sendiri-sendiri. Dan itulah yang menyebabkan adanya perbedaaan kedalaman religiusitas antar manusia.
Bahwa wahyu itu tidak datang secara tiba-tiba, sim salabim dari LANGIT, sudah dinyatakan dalam sejarah agama-agama. Setiap Nabi, Rasul, Yesus, Sidharta dan seterusnya, adalah sosok-sosok manusia pencari Tuhan, yang akhirnya menemkan momen puncak religiusitasnya. Walaupun juga ada buku-buku, cerita-cerita atau kisah-kisah yang menyatakan bahwa mereka itu justru DITAKDIRKAN Tuhan demikian. Tetapi saya pribadi tidak memahaminya demikian. Bahkan, maaf, bagi saya itu hanya sebentuk mitologi.
Artinya saya memahami bahwa mereka, dalam hal ini memiliki akses yang sangat tajam dan peka akan dunia spiritual. Itu sebabnya mereka akhirnya menjadi begitu tercerahkan oleh Kebenaran. Meminjam bahasa Al Farabi, mereka sudah sampai pada tingkat emanasi akal kesepuluh. Atau dalam bahasa psikologi, mereka sudah sampai pada indera keenam. Ini adalah bahasa Ilmu pengetahuan (Psikologi atau Teologi). Tapi dalam bahasa Alquran (Arab) ini disebut wahyu.
Pemberian klasifikasi istilah wahyu, kharamah dan ilham, bagi saya itu adalah semacam graduasi. Semacam tingkatan dari kilatan inspirasi akan lentik api dunia spiritual yang diterima oleh manusia. Tapi dalam satu kata, semua itu bagi saya sama. Perbedaan terletak hanya pada tingkat kualitasnya. Makin tinggi atau semakin peka refleksi akan dunia spiritual seseorang maka semakin tinggi juga lebar bandwith pencerahan kebenaran yang akan mereka terima dari Tuhan.
Dan proses seperti ini akan terus berlangsung sepanjang kehidupan. Karena memang begitulah natur kehidupan diciptakan Tuhan. Itu sebabnya selalu saja muncul tokoh-tokoh spiritual di bebergai zaman dan belahan bumi, sesuai tingkat kedalamannya masing-masing. Terlepas dari ada yang setuju ada yang tidak. Terlepas dari ada yang yakin ada yang tidak.
---------------------------------
Bacaan lanjutan:
http://blogernas.blogspot.com/2011/01/masa-depan-agama-islam-hanya-pada.htmlMasa Depan Islam Hanya Pada Atheis[url=http://blogernas.blogspot.com/2011/01/masa-depan-agama-islam-hanya-pada.html]http://blogernas.blogspot.com/2011/01/masa-depan-agama-islam-hanya-pada.html
khotbah atau gemanah neh mas....jualan link neh??
muter2 duluh ajah...banyak pertanyaan buat atheis kebetulan ...
Re: Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
hehehehehe......"ngekor si kang abu aja deh".....
ikut standby & monitor.....xixixixixi
ikut standby & monitor.....xixixixixi
sun-moon- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 548
Reputation : 5
Points : 5232
Registration date : 2011-07-17
Re: Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
yeh...noh disonoh uda banyak menu...sun-moon wrote:hehehehehe......"ngekor si kang abu aja deh".....
ikut standby & monitor.....xixixixixi
buruan dunk bawah es kepala "atheis"..
Re: Muhammad Bukanlah Nabi Terakhir
abu hanan wrote:yeh...noh disonoh uda banyak menu...sun-moon wrote:hehehehehe......"ngekor si kang abu aja deh".....
ikut standby & monitor.....xixixixixi
buruan dunk bawah es kepala "atheis"..
belum banyak undangan/visitor yang dateng ke acara 'mancing'nya ya kang....? hehehehe
ikutan nyebarin pamflet ahh..
http://isyfatihah.wordpress.com/2011/09/19/hijab-dan-sumur/#comment-577
sun-moon- BLUE MEMBERS
- Number of posts : 548
Reputation : 5
Points : 5232
Registration date : 2011-07-17
Similar topics
» Muhammad bukan Nabi TERAKHIR, malah Muhammad bukan Nabi, tapi hanya RASUL, kagak percaya?????
» Mukjizat tipe Nabi Muhammad dengan mukjizat2 Nabi-nabi yg lain
» Injil Didache: nubuat tentang kerajaan Tuhan dan nabi terakhir
» Mukjizat tipe Nabi Muhammad dengan mukjizat2 Nabi-nabi yg lain
» Injil Didache: nubuat tentang kerajaan Tuhan dan nabi terakhir
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN