kenapa orang islam di indonesia banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan

Sebenarnya ada beda antara kaya dan
hidup sederhana. Dan kalau boleh dibilang, Rasulullah SAW itu sebenarnya
orang kaya namun dia menjalankan pola hidup sederhana. Kaya yang
dimaksud adalah kaya materi, bukan sekedar kaya rohani.

Rasulullah
SAW dikenal dalam sejarah sebagai orang yang sebenarnya memiliki
penghasilan yang cukup besar untuk ukuran orang sekitarnya. Karena
beliau mendapat hak atas harta rampasan perang (ghanimah). Dan kalau
kita buat kalkulasi dari semua peperangan yang beliau lakukan dan berapa
besar ghanimah yang didapat, maka jumlah harta yang menjadi hak beliau
sepenuhnya lumayan besar.

Kententuan bahwa Rasulullah SAW punya hak atas harta rampasan perang itu bisa kita dapatkan pada ayat Al-Quran Al-Kariem :

Mereka
menanyakan kepadamu tentang harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta
rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah
kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman." (HR. Al-Anfal : 1).

Kalau dikalkulasi, pendapatan
beliau itu bisa melebihi pendapatan para saudagar kaya. Namun meski
beliau berhak atas harta rampasan perang itu, sedikit sekali yang sampai
ke rumah beliau. Hampir seluruhnya dibagikan kepada fakir miskin dan
orang-orang yang lebih membutuhkan. Untuk istri dan keluarganya,
Rasulullah SAW menerapkan pola hidup sederhana yang sangat realisitis
dan aplikatif. Bahkan pernah dalam beberapa lama tungku di rumah beliau
tidak menyala. Meski dalam hitungan beliau memiliki hak atas harta yang
besar, namun pola hidup itu merupakan cerminan tingginya zuhud dalam
diri beliau.

Karena itu para penerusnya pun banyak yang meniru
langkah beliau. Umar pun juga berpakaian yang penuh tambalan padahal dia
berhak atas sekian banyak harta berlimpah. Ingatlah sebagai kepala
negara, beliau berhasil menundukkan tiga imperium besar dunia. Tapi
tambalan di bajunya melebihi jumlah negeri yang ditaklukkannya.

Jadi
silahkan Anda mencari harta dan kekayaan sebanyak-banyaknya, karena
Allah SWT memang memerintahkannya. Namun tidak menghalangi Anda untuk
menerapkan pola hidup sederhana seperti Nabi yang kita cintai itu. Ini
adalah dua hal yang berbeda.

Harta Anda yang berlimpah di bank
itu Anda habiskan untuk kepentingan umat, bahkan kalau perlu, tidak
sampai masuk ke dalam rekening, sudah habis untuk kepentingan umat.
Dalam pandangan kami, Anda harus menjadi milyuner untuk bisa membangun
madrasah dan universitas Islam, dimana semua murid dan dosennya Anda
beri gaji yang tinggi. Anda harus menjadi orang yang sangat kaya untuk
bisa membangun sekian banyak rumah sakit di pelosok negeri dimana semua
pasien tidak perlu membayar dan dokter dan karyawannya Anda gaji
setinggi mungkin. Anda harus memiliki berpuluh perusahaan yang dengan
itu Anda bisa memberikan lapangan pekerjaan dengan gaji layak dan
terjamin.

Namun Anda tetap tinggal di sebuah rumah kecil beratap
bocor dan kemana-mana naik buskota. Bukan karena Anda pelit tapi karena
Anda memang tidak suka dengan kemewahan dan kemegahan duniawi.

shellameliala wrote:Sebenarnya ada beda antara kaya dan
hidup sederhana. Dan kalau boleh dibilang, Rasulullah SAW itu sebenarnya
orang kaya namun dia menjalankan pola hidup sederhana. Kaya yang
dimaksud adalah kaya materi, bukan sekedar kaya rohani.

Rasulullah
SAW dikenal dalam sejarah sebagai orang yang sebenarnya memiliki
penghasilan yang cukup besar untuk ukuran orang sekitarnya. Karena
beliau mendapat hak atas harta rampasan perang (ghanimah). Dan kalau
kita buat kalkulasi dari semua peperangan yang beliau lakukan dan berapa
besar ghanimah yang didapat, maka jumlah harta yang menjadi hak beliau
sepenuhnya lumayan besar.

Kententuan bahwa Rasulullah SAW punya hak atas harta rampasan perang itu bisa kita dapatkan pada ayat Al-Quran Al-Kariem :

Mereka
menanyakan kepadamu tentang harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta
rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah
kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang
beriman." (HR. Al-Anfal : 1).

Kalau dikalkulasi, pendapatan
beliau itu bisa melebihi pendapatan para saudagar kaya. Namun meski
beliau berhak atas harta rampasan perang itu, sedikit sekali yang sampai
ke rumah beliau. Hampir seluruhnya dibagikan kepada fakir miskin dan
orang-orang yang lebih membutuhkan. Untuk istri dan keluarganya,
Rasulullah SAW menerapkan pola hidup sederhana yang sangat realisitis
dan aplikatif. Bahkan pernah dalam beberapa lama tungku di rumah beliau
tidak menyala. Meski dalam hitungan beliau memiliki hak atas harta yang
besar, namun pola hidup itu merupakan cerminan tingginya zuhud dalam
diri beliau.

Karena itu para penerusnya pun banyak yang meniru
langkah beliau. Umar pun juga berpakaian yang penuh tambalan padahal dia
berhak atas sekian banyak harta berlimpah. Ingatlah sebagai kepala
negara, beliau berhasil menundukkan tiga imperium besar dunia. Tapi
tambalan di bajunya melebihi jumlah negeri yang ditaklukkannya.

Jadi
silahkan Anda mencari harta dan kekayaan sebanyak-banyaknya, karena
Allah SWT memang memerintahkannya. Namun tidak menghalangi Anda untuk
menerapkan pola hidup sederhana seperti Nabi yang kita cintai itu. Ini
adalah dua hal yang berbeda.

Harta Anda yang berlimpah di bank
itu Anda habiskan untuk kepentingan umat, bahkan kalau perlu, tidak
sampai masuk ke dalam rekening, sudah habis untuk kepentingan umat.
Dalam pandangan kami, Anda harus menjadi milyuner untuk bisa membangun
madrasah dan universitas Islam, dimana semua murid dan dosennya Anda
beri gaji yang tinggi. Anda harus menjadi orang yang sangat kaya untuk
bisa membangun sekian banyak rumah sakit di pelosok negeri dimana semua
pasien tidak perlu membayar dan dokter dan karyawannya Anda gaji
setinggi mungkin. Anda harus memiliki berpuluh perusahaan yang dengan
itu Anda bisa memberikan lapangan pekerjaan dengan gaji layak dan
terjamin.

Namun Anda tetap tinggal di sebuah rumah kecil beratap
bocor dan kemana-mana naik buskota. Bukan karena Anda pelit tapi karena
Anda memang tidak suka dengan kemewahan dan kemegahan duniawi.

kaya ataupun miskin seseorang itu faktor2nya banyak, jadi ga da hubungan nya ama soalan mengenai agama sebenarnya...?