Similar topics
Latest topics
Most Viewed Topics
Most active topic starters
kuku bima | ||||
admin | ||||
kermit katak lucu | ||||
hamba tuhan | ||||
feifei_fairy | ||||
paulusjancok | ||||
agus | ||||
gusti_bara | ||||
Muslim binti Muskitawati | ||||
Bejat |
Most active topics
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia Menyongsong Punahnya Islam
Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
Who is online?
In total there are 61 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 61 Guests :: 1 BotNone
Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
Social bookmarking
Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website
Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website
Akhir Dari Liberalisme oleh Sam Harris
Page 1 of 1
Akhir Dari Liberalisme oleh Sam Harris
Akhir Dari Liberalisme oleh Sam Harris
Diterjemahkan dari: http://www.samharris.org/site/full_text/the-end-of-liberalism/
Los Angeles Times, September 18, 2006
DUA TAHUN YANG LALU saya menerbitkan sebuah buku yang sangat mengkritik agama. “The End of Faith” (Akhir dari Kepercayaan). Didalamnya, saya mendebat bahwa agama mayoritas dunia sangat tidak sesuai, tidak dapat dipungkiri menyebabkan konflik dan sekarang menghalangi munculnya cara hidup yang bebas dan global. Sebagai balasannya, saya menerima ribuan surat dan email dari para pendeta, penulis, ilmuwan, politisi, tentara, rabbi, aktor, pekerja sosial, pelajar -- Masyarakat dari muda hingga tua yang menerapkan setiap hal pada susunan beriman dan tidak beriman.
Hal ini telah menawarkanku sebuah kesempatan khusus untuk melihat bagaimana masyarakat dari semua kepercayaan dan keyakinan politik bersikap saat agama dikritik. Saya disini untuk melaporkan bahwa tanggapan liberal dan konservatif sangat berbeda terhadap anggapan bahwa agama dapat menjadi penyebab langsung dati konflik manusia.
Perbedaan ini bukan pertanda yang baik untuk liberalisme masa depan.
Mungkin saya seharusnya membangun dasar keyakinan liberal saya sejak awal. Saya ingin melihat peningkatan pajak bagi mereka yang mampu, obat-obat psikotropika dilegalkan, dan para homoseksual diperbolehkan menikah. Saya juga berpendapat bahwa pemerintahan Bush layak atas sebagian besar kritik yang telah diterimanya selama enam tahun belakangan ini -- terutama dengan hormat atas pembiayaan petang di irak, atas ketidakperduliannya terhadap sains dan atas ketidak-bertanggungjawabannya terhadap masalah keuangan.
Namun korespondensi saya dengan orang-orang liberal telah meyakinkan saya bahwa liberalisme telah tumbuh dengan pesat tak tersentuh dengan kenyataan-kenyataan di dunia ini -- secara spesifik dengan apa yang dipercaya oleh para Muslim taat tentang Barat, tentang surga dan tentang kuasa mutlak kepercayaan mereka.
On questions of national security, I am now as wary of my fellow liberals as I am of the religious demagogues on the Christian right.
Hal ini dapat terlihat seperti persetujuan tanpa bantahan terhadap tuduhan bahwa “kaum liberal lembek terhadap terorisme”. Memang benar demikian adanya.
Pemujaan terhadap kematian adalah pembentuk dalam dunia Muslim – untuk alas an-alasan yang secara sempurna dapat dijelaskan sehubungan dengan doktrin-doktrin Islam mengenai kemarian sebagai martir dan jihad. Kenyataannya kita tidak sedang melawan “perang terror”. Kita sedang melawan sebuah teologi menjengkelkan dan sebuah penantian akan surga.
Ini bukan berarti kita berperang dengan semua Muslim. Melainkan kita sepenuhnya berperang dengan mereka yang percaya bahwa kematian sebagai pembelaan terhadap kepercayaan merupakan kebaikan tertinggi yang ada, bahwa para kartunis harus dibunuh karena membuat karikatur nabi dan bahwa Muslim manapun yang kehilangan keyakinannya harus dibantai karena murtad.
Sayangnya, ekstrimisme agama seperti itu bukan fenomena sementara seperti yang mungkin kita harapkan. Sejumlah penelitian menemukan bahwa sebagian besar muslim-muslim radikal cenderung memiliki kesempatan pendidikan dan perekonomian yang diatas rata-rata.
Dengan diberikan derajat dimana ide-ide religius masih dilindungi dari kecaman dalam setiap masyarakat, sebenarnya mungkin saja bagi seseorang untuk mendapatkan sumber daya ekonomi dan intelektual guna membangun sebuah bom nuklir -- dan percaya bahwa ia akan mendapatkan 72 orang perawan di surga. Dan sampai sekarang, walaupun begitu banyak bukti yang bertolak belakang, orang-orang liberal tetap membayangkan bahwa terorisme Muslim muncul dari keputus-asaan ekonomi, kurangnya pendidikan dan siasat perang Amerika.
Pada tingkat yang paling ekstrim, penyangkalan liberal telah menemukan cara untuk membangun sub-kultur komspirasi para pembuat teori yang percaya bahwa kekejaman 9/11 disusun oleh pemerintah kita sendiri. Polling nasional menyeluruh yang diselenggarakan oleh Scripps Survey Research Cente di Ohio University menemukan bahwa lebih dari sepertiga penduduk Amerika mencurigai pemerintah federal “terlibat dalam penyerangan terroris 9/11 atau tidak mengambil tindakan apapun untuk menghentikannya sehingga Amerika dapat memulai peperangan di Timur Tengah;” 16% percaya bahwa twin towers runtuh bukan karena ditabrak oleh pesawat-pesawat penuh-muatan penumpang melainkan karena dimanipulasi oleh agen-agen pemerintah Bush agar meledak.
Ledakan masokis tak beralasan seperti itu dapat menjadi penanda kemerosotan liberalisme, jika bukan kemerosotan kebudayaan Barat. Terdapat banyak buku, film dan konferensi yang dibuat mengenai phantasmagoria ini, dan semuanya menawarkan pandangan jelas yang tidak umum dari dogma yang melemahkan, yang bersembunyi dalam hari kaum liberal: Kekuatan Barat penuh dengan kedengkian, padahal penduduk lemah Dunia dapat diharapkan untuk menerapkan kebijaksanaan dan toleransi, jika saja diberi kesempatan ekonomi yang cukup.
Saya tidak tahu berapa banyak lagi insinyur dan arsitek yang perlu untuk meledakkan diri mereka, menerbangkan pesawat-pesawat ke bangunan-bangunan atau melihat jurnalis yang kepalanya lepas, sebelum khayalan ini lenyap. Sebenarnya terdapat setiap alasan untuk percaya bahwa kini sangat banyak Muslim di dunia yang memperhatikan semua masalah politik dan moral sehubungan dengan keterkaitan mereka dengan Islam. Hal ini menuntun mereka bersatu dengan tujuan para Muslim lainnya walau seberapa anti-sosialnya pun kelakuan mereka. Solidaritas religius yang kelam ini mungkin adalah masalah terbesar yang dihadapi sebuah peradaban namun seringkali salah ditanggapi, diabaikan atau diburamkan oleh kaum liberal.
Disajikan kebohongan dan ketidakcakapan pemerintahan Bush yang mengejutkan -- terutama masalah salah-penanganan terhadap perang di irak -- kaum liberal menemukan banyak hal yang disesali dalam pendekatan konservatif untuk melawan perang terror. Sayangnya, kaum liberal sangat membenci pemerintahan yang sekarang karena selalu gagal mengetahui betapa berbahaya dan jahatnya musuh-musuh kita di dalam dunia Muslim.
Kecaman-kecaman terhadap pemerintahan Bush baru-baru ini atas penggunaan ungkapan “Fasisme Islam” adalah salah satu contohnya. Tidak perlu dipertanyakan bahw aungkapan tersebut tidaklah tepat – para penganut Islam secara teknis bukan fasis, dan ungkapan itu mengabaikan perpecahan yang terjadi bahkan diantara sesama penganut Islam – tetapi itu tentu saja bukan sebuah contoh propaganda masa perang, seperti yang berulangkali dinyatakan tanpa bukti oleh kaum liberal.
Dalam analisa mereka mengenai kebijakan asing Amerika & Israel, kaum liberal dapat diandalkan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan moral dasarnya. Contohnya, mereka mengabaikan fakta bahwa kaum Muslim memang berniat membunuh rakyat sipil, sedangkan kita dan orang-orang Israel (sesuai peraturan) menghindari tindakan tersebut. Kaum Muslim secara terus-menerus menggunakan perisai manusia, dan ini menjadi bagian besar dalam kehancuran menyeluruh yang dibuat oleh kita dan dan penduduk Israel; ceramah politik hampir di seluruh dunia Muslim, terutama yg berkenaan dengan Yahudi, secara eksplisit dan tidak tahu malu bersifat genocide.
Dengan perbedaan-perbedaan ini, tidak ada pertanyaan mengenai penduduk Israel yang sekarang memegang teguh moral dalam konflik dengan Hamas dan Hezbollah. Namun kaum liberal di Amerika dan Eropa seringkali membuat pernyataan seakan kenyataannya adalah sebaliknya.
Kita sedang memasuki jaman dimana pengembangbiakan nuklir tidak dapat dicegah dan, hal itu sepertinya, terorisme nuklir. Oleh sebab itu, tidak ada masa depan dimana para martir bijaksana akan bertetangga baik dengan kita. Kecuali kaum liberal menyadari bahwa ada puluhan juta orang dalam dunia Muslim yang jauh lebih ketakutan daripada Dick Cheney, barulah mereka akan mampu untuk melindungi peradaban dari musuh yang sesungguhnya.
Dalam jumlah yg semakin meningkat, orang-orang Amerika akan mulai percaya bahwa mereka yang cukup keras kepala yang mampu melawan para religius sinting dari dunia Muslim hanyalah para religius sinting dari Barat. Sebenarnya, dikatakan bahwa mereka yang membuat pernyataan dengan kejelasan moral terbesar tentang perang di Timur Tengah yang berlangsung saat ini adalah para anggota Kristen kanan, yang kefanatikannyaterhadap ramalan kitab suci hampir sama menyusahkannya dengan ideologi para musuh kita. Dogmatisme religius kini memainkan kedua sisi papan dalam sebuah permainan yang sangat berbahaya.
Ketika seharusnya kaum liberal yang menjadi penunjuk arah dalam kegilaan Iron Age (Era Pembelengguan) ini, mereka malah menjadikan diri mereka sangat tidak relevan. Menjadi secara keseluruhan masuk akal dan toleran terhadap perbedaan, kaum liberal seharusnya terutama sensitif terhadap bahaya-bahaya doktrin religius yang dituangkan dalam karya seni dan tulisan. Tetapi mereka tidak bersikap demikian.
Kegagalan yang sama dari liberalisme adalah bukti di Eropa Barat, dimana dogma multikulturalisme telah sangat perlahan meninggalkan Eropa sekular dan mengakibatkan masalah yang mengancam mengenai ekstrimisme religius diantara para imigrannya. Mereka yang berbicara paling masuk akal tentang ancaman yang ditimbulkan Islam terhadap Eropa sebenarnya adalah penganut paham fasisme.
Untuk mengatakan bahwa ini bukan tanda yang baik bagi liberalisme adalah sebuah pernyataan yang mengecilkan: hal ini juga bukan pertanda yang baik bagi peradaban masa depan.
Diterjemahkan dari: http://www.samharris.org/site/full_text/the-end-of-liberalism/
Los Angeles Times, September 18, 2006
DUA TAHUN YANG LALU saya menerbitkan sebuah buku yang sangat mengkritik agama. “The End of Faith” (Akhir dari Kepercayaan). Didalamnya, saya mendebat bahwa agama mayoritas dunia sangat tidak sesuai, tidak dapat dipungkiri menyebabkan konflik dan sekarang menghalangi munculnya cara hidup yang bebas dan global. Sebagai balasannya, saya menerima ribuan surat dan email dari para pendeta, penulis, ilmuwan, politisi, tentara, rabbi, aktor, pekerja sosial, pelajar -- Masyarakat dari muda hingga tua yang menerapkan setiap hal pada susunan beriman dan tidak beriman.
Hal ini telah menawarkanku sebuah kesempatan khusus untuk melihat bagaimana masyarakat dari semua kepercayaan dan keyakinan politik bersikap saat agama dikritik. Saya disini untuk melaporkan bahwa tanggapan liberal dan konservatif sangat berbeda terhadap anggapan bahwa agama dapat menjadi penyebab langsung dati konflik manusia.
Perbedaan ini bukan pertanda yang baik untuk liberalisme masa depan.
Mungkin saya seharusnya membangun dasar keyakinan liberal saya sejak awal. Saya ingin melihat peningkatan pajak bagi mereka yang mampu, obat-obat psikotropika dilegalkan, dan para homoseksual diperbolehkan menikah. Saya juga berpendapat bahwa pemerintahan Bush layak atas sebagian besar kritik yang telah diterimanya selama enam tahun belakangan ini -- terutama dengan hormat atas pembiayaan petang di irak, atas ketidakperduliannya terhadap sains dan atas ketidak-bertanggungjawabannya terhadap masalah keuangan.
Namun korespondensi saya dengan orang-orang liberal telah meyakinkan saya bahwa liberalisme telah tumbuh dengan pesat tak tersentuh dengan kenyataan-kenyataan di dunia ini -- secara spesifik dengan apa yang dipercaya oleh para Muslim taat tentang Barat, tentang surga dan tentang kuasa mutlak kepercayaan mereka.
On questions of national security, I am now as wary of my fellow liberals as I am of the religious demagogues on the Christian right.
Hal ini dapat terlihat seperti persetujuan tanpa bantahan terhadap tuduhan bahwa “kaum liberal lembek terhadap terorisme”. Memang benar demikian adanya.
Pemujaan terhadap kematian adalah pembentuk dalam dunia Muslim – untuk alas an-alasan yang secara sempurna dapat dijelaskan sehubungan dengan doktrin-doktrin Islam mengenai kemarian sebagai martir dan jihad. Kenyataannya kita tidak sedang melawan “perang terror”. Kita sedang melawan sebuah teologi menjengkelkan dan sebuah penantian akan surga.
Ini bukan berarti kita berperang dengan semua Muslim. Melainkan kita sepenuhnya berperang dengan mereka yang percaya bahwa kematian sebagai pembelaan terhadap kepercayaan merupakan kebaikan tertinggi yang ada, bahwa para kartunis harus dibunuh karena membuat karikatur nabi dan bahwa Muslim manapun yang kehilangan keyakinannya harus dibantai karena murtad.
Sayangnya, ekstrimisme agama seperti itu bukan fenomena sementara seperti yang mungkin kita harapkan. Sejumlah penelitian menemukan bahwa sebagian besar muslim-muslim radikal cenderung memiliki kesempatan pendidikan dan perekonomian yang diatas rata-rata.
Dengan diberikan derajat dimana ide-ide religius masih dilindungi dari kecaman dalam setiap masyarakat, sebenarnya mungkin saja bagi seseorang untuk mendapatkan sumber daya ekonomi dan intelektual guna membangun sebuah bom nuklir -- dan percaya bahwa ia akan mendapatkan 72 orang perawan di surga. Dan sampai sekarang, walaupun begitu banyak bukti yang bertolak belakang, orang-orang liberal tetap membayangkan bahwa terorisme Muslim muncul dari keputus-asaan ekonomi, kurangnya pendidikan dan siasat perang Amerika.
Pada tingkat yang paling ekstrim, penyangkalan liberal telah menemukan cara untuk membangun sub-kultur komspirasi para pembuat teori yang percaya bahwa kekejaman 9/11 disusun oleh pemerintah kita sendiri. Polling nasional menyeluruh yang diselenggarakan oleh Scripps Survey Research Cente di Ohio University menemukan bahwa lebih dari sepertiga penduduk Amerika mencurigai pemerintah federal “terlibat dalam penyerangan terroris 9/11 atau tidak mengambil tindakan apapun untuk menghentikannya sehingga Amerika dapat memulai peperangan di Timur Tengah;” 16% percaya bahwa twin towers runtuh bukan karena ditabrak oleh pesawat-pesawat penuh-muatan penumpang melainkan karena dimanipulasi oleh agen-agen pemerintah Bush agar meledak.
Ledakan masokis tak beralasan seperti itu dapat menjadi penanda kemerosotan liberalisme, jika bukan kemerosotan kebudayaan Barat. Terdapat banyak buku, film dan konferensi yang dibuat mengenai phantasmagoria ini, dan semuanya menawarkan pandangan jelas yang tidak umum dari dogma yang melemahkan, yang bersembunyi dalam hari kaum liberal: Kekuatan Barat penuh dengan kedengkian, padahal penduduk lemah Dunia dapat diharapkan untuk menerapkan kebijaksanaan dan toleransi, jika saja diberi kesempatan ekonomi yang cukup.
Saya tidak tahu berapa banyak lagi insinyur dan arsitek yang perlu untuk meledakkan diri mereka, menerbangkan pesawat-pesawat ke bangunan-bangunan atau melihat jurnalis yang kepalanya lepas, sebelum khayalan ini lenyap. Sebenarnya terdapat setiap alasan untuk percaya bahwa kini sangat banyak Muslim di dunia yang memperhatikan semua masalah politik dan moral sehubungan dengan keterkaitan mereka dengan Islam. Hal ini menuntun mereka bersatu dengan tujuan para Muslim lainnya walau seberapa anti-sosialnya pun kelakuan mereka. Solidaritas religius yang kelam ini mungkin adalah masalah terbesar yang dihadapi sebuah peradaban namun seringkali salah ditanggapi, diabaikan atau diburamkan oleh kaum liberal.
Disajikan kebohongan dan ketidakcakapan pemerintahan Bush yang mengejutkan -- terutama masalah salah-penanganan terhadap perang di irak -- kaum liberal menemukan banyak hal yang disesali dalam pendekatan konservatif untuk melawan perang terror. Sayangnya, kaum liberal sangat membenci pemerintahan yang sekarang karena selalu gagal mengetahui betapa berbahaya dan jahatnya musuh-musuh kita di dalam dunia Muslim.
Kecaman-kecaman terhadap pemerintahan Bush baru-baru ini atas penggunaan ungkapan “Fasisme Islam” adalah salah satu contohnya. Tidak perlu dipertanyakan bahw aungkapan tersebut tidaklah tepat – para penganut Islam secara teknis bukan fasis, dan ungkapan itu mengabaikan perpecahan yang terjadi bahkan diantara sesama penganut Islam – tetapi itu tentu saja bukan sebuah contoh propaganda masa perang, seperti yang berulangkali dinyatakan tanpa bukti oleh kaum liberal.
Dalam analisa mereka mengenai kebijakan asing Amerika & Israel, kaum liberal dapat diandalkan untuk mempelajari perbedaan-perbedaan moral dasarnya. Contohnya, mereka mengabaikan fakta bahwa kaum Muslim memang berniat membunuh rakyat sipil, sedangkan kita dan orang-orang Israel (sesuai peraturan) menghindari tindakan tersebut. Kaum Muslim secara terus-menerus menggunakan perisai manusia, dan ini menjadi bagian besar dalam kehancuran menyeluruh yang dibuat oleh kita dan dan penduduk Israel; ceramah politik hampir di seluruh dunia Muslim, terutama yg berkenaan dengan Yahudi, secara eksplisit dan tidak tahu malu bersifat genocide.
Dengan perbedaan-perbedaan ini, tidak ada pertanyaan mengenai penduduk Israel yang sekarang memegang teguh moral dalam konflik dengan Hamas dan Hezbollah. Namun kaum liberal di Amerika dan Eropa seringkali membuat pernyataan seakan kenyataannya adalah sebaliknya.
Kita sedang memasuki jaman dimana pengembangbiakan nuklir tidak dapat dicegah dan, hal itu sepertinya, terorisme nuklir. Oleh sebab itu, tidak ada masa depan dimana para martir bijaksana akan bertetangga baik dengan kita. Kecuali kaum liberal menyadari bahwa ada puluhan juta orang dalam dunia Muslim yang jauh lebih ketakutan daripada Dick Cheney, barulah mereka akan mampu untuk melindungi peradaban dari musuh yang sesungguhnya.
Dalam jumlah yg semakin meningkat, orang-orang Amerika akan mulai percaya bahwa mereka yang cukup keras kepala yang mampu melawan para religius sinting dari dunia Muslim hanyalah para religius sinting dari Barat. Sebenarnya, dikatakan bahwa mereka yang membuat pernyataan dengan kejelasan moral terbesar tentang perang di Timur Tengah yang berlangsung saat ini adalah para anggota Kristen kanan, yang kefanatikannyaterhadap ramalan kitab suci hampir sama menyusahkannya dengan ideologi para musuh kita. Dogmatisme religius kini memainkan kedua sisi papan dalam sebuah permainan yang sangat berbahaya.
Ketika seharusnya kaum liberal yang menjadi penunjuk arah dalam kegilaan Iron Age (Era Pembelengguan) ini, mereka malah menjadikan diri mereka sangat tidak relevan. Menjadi secara keseluruhan masuk akal dan toleran terhadap perbedaan, kaum liberal seharusnya terutama sensitif terhadap bahaya-bahaya doktrin religius yang dituangkan dalam karya seni dan tulisan. Tetapi mereka tidak bersikap demikian.
Kegagalan yang sama dari liberalisme adalah bukti di Eropa Barat, dimana dogma multikulturalisme telah sangat perlahan meninggalkan Eropa sekular dan mengakibatkan masalah yang mengancam mengenai ekstrimisme religius diantara para imigrannya. Mereka yang berbicara paling masuk akal tentang ancaman yang ditimbulkan Islam terhadap Eropa sebenarnya adalah penganut paham fasisme.
Untuk mengatakan bahwa ini bukan tanda yang baik bagi liberalisme adalah sebuah pernyataan yang mengecilkan: hal ini juga bukan pertanda yang baik bagi peradaban masa depan.
Re: Akhir Dari Liberalisme oleh Sam Harris
Phantasmagoria: Rangkaian gambaran nyata atau khayalan yang terus berubah secara konstan. Genocide: Penghancuran secara sistematis yang disengaja, secara menyeluruh atau sebagian, terhadap sebuah etnis, ras, agama, atau kelompok bangsa. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Genocide) |
Similar topics
» Taruhan Kosong oleh Sam Harris
» TANGGAPAN ATAS BUKU COMBAT KIT AHMED DEEDAT
» AL-QURAN DI YAKINI DATANG DARI SORGA DI BAWAH OLEH JIBRIL....
» TANGGAPAN ATAS BUKU COMBAT KIT AHMED DEEDAT
» AL-QURAN DI YAKINI DATANG DARI SORGA DI BAWAH OLEH JIBRIL....
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
Fri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam
» kenapa muhammad suka makan babi????
Wed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal
» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Fri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya
» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Tue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar
» Moon Split or Islamic Hoax?
Wed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin
» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Wed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin
» Who Taught Allah Math?
Wed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin
» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Wed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam
» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Sun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN