MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 109 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 109 Guests :: 3 Bots

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia

Go down

Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia Empty Ayat-Ayat ALquran Tentang Penciptaan Manusia

Post by hamba tuhan Sat 12 Mar 2011, 11:27 pm

Di dalam al-qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang membahas tentang proses penciptaan manusia, dan tersebar dalam beberapa surat. Diantaranya adalah al-Mukminun:12-14, al-Mukmin:67, al-Haj:5, al-Najm:45-46, al-Insan:2, al-Qiyamah:36-37, ‘Abasa:21, dan lain-lain. Namun dalam tulisan ini, penulis akan mengacu mengenai proses penciptaan manusia kepada surat al-Mukminun:12-14, dan al-mukmin:67.

1. Surat al-Mukminun ayat 12-14:
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha sucilah Allah, pencipta yang paling baik. (Q.S. Al-Mu’minun:12-14)

2. Surat al-Mukmin ayat 67:
Artinya: Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S. Al-Mukmin : 67)

Arti Mufradat
Dari dua ayat diatas terdapat beberapa kalimat yang perlu dijelaskan makna mufradatnya, diantaranya adalah:

1. al-insan.
Para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai yang dimaksud dengan al-insan dalam ayat 12 diatas. Tetapi kebanyakan mufassir berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan al-insan disini adalah Nabi Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan kemudian kami menjadikannya nuthfah, bukan kami menjadikan keturunannya nuthfah, Menurut penganut pendapat diatas, hal ini tidak menjadi halangan, karena sudah demikian populer bahwa keturunan Adam diciptakan melalui proses nuthfah. Mengenai pengembalian kata ganti (zamir) pada جعلناه kepada Adam, tapi dimaksudkan keturunan Adam juga tidak menjadi masalah, karena metode semacam ini sudah dikenal dalam sastra arab dengan istilah istikhdam, yaitu menyebutkan satu lafaz dengan satu makna, namun saat dikembalikan zamir kepadanya maka lafaz tersebut diartikan dengan makna lain.

Jadi, berdasarkan pendapat ini maka Adam sebagai manusia pertama diciptakan dari saripati tanah, kemudian keturunannya diciptakan melalui proses nuthfah.

Sebagian mufassir berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan al-insan dalam ayat 12 adalah anak cucu Adam. Ungkapan (من طين (سلالةmenurut pendapat ini bermakna hasil yang diproduksi oleh alat pencernaan dari bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian berproses menjadi sperma. Sperma inilah yang dimaksud dengan sari pati tanah, karena ia berasal dari makanan manusia baik tumbuhan maupu hewan yang bersumber dari tanah.

Untuk menunjuki kepada manusia, selain menggunakan lafaz al-insan, al-qur’an juga menggunakan lafaz basyar. Dari sudut pandang bahasa, kedua lafaz ini memiliki perbedaan. Lafaz basyar menunjuki kepada keindahan bentuk. Maka manusia dinamakan dengan basyar karena memiliki bentuk yang paling bagus dibandingkan dengan makhluk lainnya. Sedangkan lafaz al-insan menunjuki kepada keistimewaan manusia dari sisi mempunyai ilmu. Karena kata al-insan diambil dari kata al-nisyan yang berarti lupa. Sifat lupa merupakan sesuatu yang datang pada makhluk yang telah memiliki ilmu. Maka manusia dinamakan dengan al-insan karena sifat lupanya. Hal ini mengisyaratkan kepada kemuliaan manusia itu sendiri dari sisi memiliki potensi untuk ilmu.

Adapun dalam al-qur’an, penggunaan kata basyar adalah untuk menunjuki kepada manusia dari sudut lahiriyahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Sedangkan kata al-insan, digunakan al-qur’an untuk menunjuki kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan.

2. sulalah
Lafaz سلالة/sulalah diambil dari kalimat سل yang mempunyai arti antara lain mengambil, mencabut. Patron kata ini mengandung makna sedikit. Sehingga kata-kata sulalah berarti mengambil sedikit dari tanah, dan yang diambil ialah saripatinya.

3. النطفة/al-nuthfah
Kata النطفة/al-nuthfah dalam bahasa arab bermakna setetes air. Tetapi yang dimaksudkan dengan kata al-nuthfah dalam isyarat al-qur’an adalah hasil percampuran antara sel sperma dari cairan mani laki-laki dan sel ovum dari cairan mani perempuan. Sebagian mufassir berpendapat bahwa nuthfah adalah cairan sperma yang ditempatkan dalam tulang sulbi laki-laki, setelah melalui hubungan intim antara laki-laki dan perempuan maka nuthfah tersebut berpindah ke dalam rahim perempuan.

Tetapi kedua pendapat ini masih bisa disatukan dengan mengarahkan pendapat pertama kepada proses pembuahan, karena tidak terjadi pembuahan jika tidak ada percampuran antara sperma dan ovum. Sedangkan pendapat kedua diarahkan kepada maksud bahwa asal nuthfah sebelum terjadi hubungan intim adalah dalam sulbi laki-laki, setelah hubungan intim berpindah kedalam rahim perempuan. Saat berpindah keadaannnya sudah bercampur dengan ovum.

4. ‘alaqah
Kata علقة/’alaqah diambil dari kata علق yang bermakna segumpal darah yang membeku. Tetapi setelah kemajuan ilmu pengetahuan dan maraknya penelitian, kata ‘alaqah cenderung diartikan dengan sesuatu yang bergantung atau berdempet di dinding rahim.

5. مضغة/mudhgah
Kata مضغة/mudhgah diambil dari kata مضغ yang berarti mengunyah. Namun yang dimaksudkan dengannya disini adalah sepotong daging yang berukuran kecil sehingga dapat dikunyah.

6. كسونا/kasauna
Kata كسونا/kasauna diambil dari kata كسى yang berarti membalut/membungkus, dalam bahasa arab kata كسى sering digunakan bermakna memakai. masdar nya adalah كسوة bermakna pakaian/pembalut. Oleh karena daging berfungsi sebagai pembalut tulang-belulang, maka daging dinamakan dalam ayat ini sebagai كسوة bagi tulang-belulang dengan menempuh metode yang dikenal dalam sastra arab dengan tasybih.

7. خلق, جعل, أنشأ/khalaqa, ja’ala, dan ansya-a
Kata خلق biasa diartikan dengan mencipta, baik dari bahan yang telah ada sebelumnya atau belum ada. Sedangkan جعل biasa digunakan untuk menunjukkan beralihnya sesuatu dari sifat tertentu kepada sifat yang lain. Adapun أنشأ biasanya digunakan bermakna mewujudkan sesuatu serta memelihara dan mendidiknya.

8. قرار مكين/qarar makin
Secara bahasa قرار مكين bermakna tempat yang kokoh. Adapun yang dimaksudkan dengan dua kata tersebut dalam ayat tadi adalah rahim wanita. Dinamakan rahim wanita dengan tempat yang kokoh karena janin didalamnya senantiasa terpelihara, terlindung, dan tidak terganggu meskipun dalam ruang yang relatif sempit.

9. خلقا آخر/khalqan akhar
Kata خلقا آخر maksudnya makhluk yang yang berbentuk lain dari sebelumnya. artinya setelah manusia melalui fase nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, dan tulang-belulang yang terbalut dengan daging, maka saat itu ditiupkan roh ke dalam jasadnya. Dengan adanya roh maka manusia bisa hidup, mendengar, melihat, dan mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan makhluk-makhluk lain dengan dianugerahkan akal kepadanya.

10. طفل /thifl
Kata طفل digunakan al-qur’an bermakna anak yang belum tumbuh membesar. Sedangkan kata أشد dimaksudkan dalam ayat bermakna usia yang dimulai dari tiga puluh sampai empat puluh tahun. Adapun kata شيوخ dimaksudkan usia diatas empat puluh tahun.

Asbab Al-Nuzul
Dari beberapa ayat yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini (ayat 12-14 surat al-mukminun dan ayat 67 surat al-mukmin), setelah ditelusuri dalam beberapa literatur tafsir, ternyata tidak satupun yang ditemukan asbab al-nuzul nya. Dengan demikian, berarti ayat-ayat yang menjadi pokok pembahasan disini merupakan ayat-ayat yang diturunkan dengan tanpa didahului suatu kejadian atau pertanyaan tertentu. Dengan kata lain, ayat-ayat ini termasuk dalam ayat yang diturunkan sebagai permulaan (ibtidaan).

Memang dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pandangan Umar bin Khathab yang sejalan dengan kehendak Allah ada empat, diantaranya adalah: ketika diturunkan ayat ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين sampai pada kata خلقا آخر , maka Umar berkata فتبارك الله أحسن الخالقين , lantas Rasullullah bersabda “memang seperti demikian diturunkan wahai Umar”.

Sabda Rasulullah diatas tidak menunjuki secara tegas bahwa ucapan Umar lah yang melatarbelakangi turunnya ayat 14 surat al-mukminun, tetapi Rasulullah mengatakan bahwa ayat 14 tadi sama persis seperti ucapan Umar, tanpa mengisyaratkan bahwa ucapan Umar yang menyebabkan turunnya ayat 14. jika pun dikatakan bahwa ucapan Umar lah yang menjadi asbab al-nuzulnya, tetapi ini khusus untuk penghujung ayat 14, bukan untuk keseluruhan ayat tentang ini. Dengan demikian, ayat tentang penciptaan manusia dalam surat al-mukminun tetap saja dapat dikatakan tidak mempunyai asbab al-nuzul.

Tahapan Penciptaan dan Pertumbuhan Manusia
Rangkaian ayat-ayat di atas memberi gambaran kepada kita tentang proses penciptaan manusia, mulai dari penciptaan Adam, anak cucunya, tahapan-tahapan dalam penciptaan, serta tahapan-tahapan pertumbuhan manusia setelah diciptakan. Dalam pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang penciptaan manusia dengan mengelompokkannya kepada dua tema, yaitu penciptaan manusia pertama (Adam), dan penciptaan anak cucu Adam. Karena bila dilihat dari ayat-ayat tentang penciptaan manusia, terdapat perbedaan antara proses penciptaan Adam dengan penciptaan anak cucunya.

1. Penciptaan Adam AS
Surat al-mukminun ayat 12 menjelaskan tentang penciptaan manusia pertama yaitu Nabi Adam, karena menurut kebanyakan mufassir yang dimaksudkan dengan al-insan disini adalah Adam. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Adam diciptakan dari sari pati tanah, sebagaimana dijelaskan juga dalam ayat 67 surat al-mukmin dengan menggunakan kata turab. Pendapat ini didukung oleh pernyataan Allah dalam surat al-Sajadah ayat 7-8 yang berbunyi:

Artinya: Dia lah ( Allah ) yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya, dan dia memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari sari pati air hina ( air mani ). (Q.S. As-Sajadah:7-Cool.
Jadi, berdasarkan pendapat ini maka Adam sebagai manusia pertama diciptakan dari saripati tanah, kemudian keturunannya diciptakan melalui proses nuthfah.
Proses penciptaan Adam bukan melalui fase nuthfah sebagaimana penciptaan anak cucunya. Karena jika ia menjalaninya tentu disebutkan dalam al-qur’an dan hadits. Ayat-ayat al-qur’an yang menyebutkan penciptaan Adam dikemukakan dengan beberapa redaksi yang berbeda, sehingga sebagian mufassir setelah berijtihad dalam hal ini agar antara satu ayat dengan ayat yang lain tidak saling bertentangan, berkesimpulan bahwa sebenarnya sifat-sifat yang berbeda dalam ayat-ayat penciptaan Adam menunjukkan pada satu penciptaan yang mempunyai beberapa tahapan, meskipun tahapan yang dimaksud berbeda dengan tahapan penciptaan anak cucunya.
Adapun redaksi yang berbeda tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kata min turab (tanah), kata ini menunjukkan pada awal penciptaanya.
b) Kata min thin (tanah), kata ini menunjukkan campuran antara tanah dengan air.
c) Kata min hama’ masnun (lumpur hitam), kata ini menunjukkan tanah yang berubah karena pengaruh udara.
d) Kata min thin lazib (tanah liat), kata ini menunjukkan tanah yang telah siap menerima bentuk.
e) Kata min shalshalin min hama’ masnun (tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam), kata ini menunjukkan pada kekeringannya.
f) Kata min shalahalin kal fakhkhar (tanah kering seperti tembikar), kata ini menunjukkan ia telah melewati fase pembakaran sehingga menjadi seperti tembikar.
g) Setelah melewati enam fase tersebut, Allah memasukkan roh ke dalam jasadnya. Dengan demikian, sempurnalah penciptaanya.
Urutan diatas merupakan ijtihad sebagian mufassir untuk mengkompromikan agar ayat tentang ini tidak saling bertentangan. Tetapi pernyataan ini bila diteliti ternyata juga di dukung oleh hadits yang bersumber dari Abi Hurairah yang berbunyi:

Artinya: Bersabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari tanah, lantas menjadikannya dalam bentuk tanah liat dan membiarkannya sampai dalam bentuk lumpur hitam, setelah itu baru lah Adam diberi rupa dan dibiarkan dalam bentuk tersebut sampai akhirnya Adam berada dalam bentuk tanah kering seperti tembikar. Saat itulah Iblis melintas seraya berkata sesungguhny engkau diciptakan untuk suatu masalah besar. Kemudian Allah meniupkan roh kedalam jasad Adam, penglihatan dan rongga hidungnya merupakan organ pertama yang ditempati roh, ketika itu Adam bersin dan mengucap alhamdulillah, maka Allah berkata Tuhanmu menyayangimu”.(H.R:al-Turmuzi, al-Nasa’i, dan al-Bazzaz).
Berdasarkan hadits di atas dapatlah dipahami bahwa Adam diciptakan Allah dari Tanah dengan melewati beberapa fase mulai dari tanah kering, tanah liat, dan lumpur hitam sampai akhirnya ditiupkan roh.
Ilmu pengetahuan modern telah menetapkan bahwa tubuh manusia mengandung unsur yang dikandung tanah. Tubuh manusia terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen, fosfor, sulfur, nitrogen kalsium, potasium, sodium, magnesium, khlorine, zat besi, tembaga, yodium, flourine, kobalt, silikon, timah, dan aliminium. Unsur-unsur tersebut juga terdapat dalam tanah, meskipun dalam tubuh manusia kadar zat tersebut berbeda antara satu orang dengan lainnya.
Dengan adanya penemuan ilmiah ini, semakin menguatkan dan menunjukkan kebenaran dan kemukjizatan al-qur’an tentang penegasannya mengenai manusia berasal dari tanah, karena secara logika tidak mungkin dalam tubuh manusia terdapat unsur yang sama dengan yang ada pada tanah kecuali manusia itu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tanah. Menurut al-qur’an tentu saja hubungannya karena manusia pertama tercipta dari tanah. Penemuan ilmiah diatas sekaligus juga mematahkan teori Darwin yang berpendapat bahwa asal-usul manusia dari kera. Sebab apa yang disebutkan al-qu’an ternyata benar saat diteliti dalam ranah ilmu pengetahuan modern.
Setelah Adam diciptakan secara sempurna, maka untuk mengembang- biakkan jenis manusia, Allah menciptakan seorang wanita sebagai isteri bagi Adam yaitu Hawa’. Penciptaan hawa merupakan sesuatu hal yang menakjubkan juga, sebab dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa Hawa’ diciptakan dari tulang rusuk Adam sendiri, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-a’raf ayat 189 yang berbunyi:
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu, dan dari padanya Dia menciptakan pasangannya agar dia merasa tentram kepadanya...(Q.S. Al-A‘raf : 189).
Menurut para mufassir, maksud jiwa yang satu dalam ayat di atas adalah Adam, sedangkan pasangannya adalah Hawa’. Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi Adam AS, maka ia tumbuh berkembang laksana tumbuh berkembangnya pohon kurma dari bijinya. Lalu ia dinamakan Hawa karena diciptakan daripada yang sudah hidup, yakni Nabi Adam AS.
Dalam ayat diatas memang tidak terdapat penegasan bahwa Hawa’ diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam. Tetapi hal ini dijelaskan dalam hadits-hadits yang berfungsi sebagai penjelas (mubayyin) terhadap al-qur’an. Diantaranya adalah hadits yang bersumber dari Abi Hurairah, yaitu:

Artinya: Sabda Rasulullah SAW “Berilah nasehat kepada para wanita, karena mareka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskannya ia akan patah, tetapi jika engkau biarkan maka ia selalu dalam keadaan bengkok, maka nasehatilah mereka. (H.R. Bukhari).

Para ulama mengatakan hadits diatas mengisyaratkan bahwa Hawa’ diciptakan dari tulang rusuk Adam yang kiri. Lantas pada bekas tulang rusuk tersebut diganti dengan daging. Dengan demikian jelaslah bahwa pada dasarnya asal-usul umat manusia dari jiwa yang satu yaitu Adam yang diciptakan dari tanah.

2. Penciptaan Anak Cucu Adam AS
Surat al-mukminun ayat 13-14 menjelaskan bagaimana Allah menciptakan manusia (anak cucu Adam). Dalam dua ayat tersebut Allah memberi gambaran tentang proses penciptaan manusia dalam rahim ibu dengan menyebutkan tiga tahapan esensi secara berurutan. Mulai dari nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah. setelah melewati tiga fase tersebut, maka diciptakanlah tulang-belulang yang dibalut dengan daging sampai pada tahap peniupan roh.
Untuk melihat lebih jauh tahapan-tahapan dalam penciptaan manusia, berikut ini penulis akan menjelaskannya satu persatu.

a. Fase Nuthfah

Menurut Ibnu Katsir, nuthfah adalah hasil percampuran antara sel sperma dari cairan mani laki-laki dan sel ovum dari cairan mani perempuan. Makna ini didukung oleh penjelasan dalam surat al-insan ayat 2 yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur...(Q.S.al-Insan:2).

Disamping ayat diatas, juga terdapat hadits yang menegaskan tentang percampuran mani laki-laki dan perempuan dalam proses penciptaan manusia. Diriwatkan dari Abdullah bin Mas’ud, “ suatu hari seorang yahudi menanyakan pada Rasulullah, wahai Muhammad, dari apakah manusia ini diciptakan?. Rasulullah menjawab dengan sabdanya”:

Artinya: Wahai Yahudi, siapa saja manusia ini diciptakan dari nuthfah laki-laki dan nuthfah perempuan. Adapun nuthfah laki-laki bersifat kental, darinya diciptakan tulang dan urat. Sedangkan nuthfah perempuan bersifat encer, darinya diciptakan daging dan darah.(H.R.Ahmad).

Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa penciptaan manusia melalui proses pertemuan mani laki-laki dan wanita, kemudian berubah menjadi suatu sel yang bercampur antar keduanya. Karena ungkapan setetes mani yang bercampur dalam ayat diatas , terdapat tiga hal yang dimaksudkan al-qur’an disini yaitu:
a) Mani jantan; sel sperma laki-laki yang terdapat dalam mani.
b) Mani betina; sel ovum yang terdapat dalam mani perempuan (ovarii) yang mengalamim ovulasi (keluar) satu kali dalam sebulan secara kebiasaan.

c) Gamet; mani campuran dari sel sperma laki-laki dan sel ovum wanita ketika terjadi pembuahan.
Kata nuthfah dalam al-qur’an disebutkan sebanyak dua belas kali. Sedangkan kalimat mani disebutkan sebanyak tiga kali. Dalam al-qur’an disebutkan bahwa sel sperma berasal dari cairan mani. Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-qiyamah ayat 37 yang berbunyi:

Artinya: Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim). (Q.S. al-Qiyamah:37)
Huruf min dalam ayat diatas berarti “sebagian” sebagaimana yang disebutkan oleh ahli bahasa. Maka dapat dipahami dari ayat ini bahwa dari semua mani yang terpancar dari laki-laki bukan semuanya menjadi benih manusia, tetapi hanya sebagiannya saja.

Dalam penelitian ilmu pengetahuan modern disebutkan juga bahwa setiap pancaran mani laki-laki mengandung sekitar 200-300 juta sel sperma. Sedangkan yang berhasil membuahi sel telur (ovum) hanya satu sel sperma saja setelah berkompetisi dengan jutaan sel lain. Ini berarti dari segi kwantitasnya, hanya 0,5 persen sel sperma saja yang menjadi benih manusia. Penemuan ilmu pengetahuan mutakhir ini dapat membuktikan bahwa apa yang disebutkan al-qur’an adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri.

Sperma memiliki kepala dan ekor yang sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat kecuali dengan menggunakan mikroskop. Besar masing-masing sperma tidak lebih dari satu mikron. Satu mikron sama dengan 0,001 milimeter. Fungsi ekor pada spematozoa adalah untuk membawa sperma ke tempat yang hendak dituju. Dengan ekor itu sperma dapat menempuh jarak 4 milimeter per detik. Setelah melalui hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan, cairan sperma laki-laki berpindah ke organ reproduksi perempuan. Nuthfah-nuthfah tersebut memperoleh makanannya dari protein, garam, dan gula yang terdapat dalam sperma. Sedangkan ovum membawa makanannya sendiri

Cairan sperma itu juga mengaktifkan nuthfah berkat hormon yang terkandung dalam sperma. Ketika nuthfah memasuki liang vagina, cairan itu melindunginya dari zat asam yang dapat membunuh.

Sedangkan lendir vagina yang terdapat dalam liang vagina berfungsi menjadi penghubung yang memindahkan nuthfah ke dalam rahim, dan saat melahirkan memindahkan janin ke alam luar. Oleh karena itu nuthfah dapat berlalu dengan penuh perlindungan dari cairan sperma.

Mengenai sel ovum memang tidak disebutkan secara spesifik dalam al-qur’an. Al-qur’an hanya menyebutkan nuthfah amsyaaj (campuran sel sperma dan sel ovum). Meskipun tidak secara spesifik disebutkan mengenai ovum, tetapi penelitian modern membuktikan bahwa sel sperma memang bercampur dengan sel ovum. Dengan demikian, proses pembuahan tetap melalui nuthfah amsyaaj.

Setelah bertemunya sel sperma dan sel ovum, lalu keduanya ditempatkan dalam rahim. Setelah penyebutan nuthfah dalam al-qur’an, lalu disertai dengan penyebutan qarar makin (tempat yang kokoh), ini menunjukkan sesuatu makna yang sangat mendalam. Seandainya rahim bukan tempat yang kokoh, tentu nuthfah tidak dapat bergantung padanya, dan akan tidak ada ‘alaqah. Kata-kata qarar dalam ayat menunjukkan terpenuhinya kestabilan (istiqrar) bagi ‘alaqah, sedangakan kata makin menunjukkan adanya perlindungan (himayah). Untuk mencapai istiqrar diperlukan dinding bagian dalam rahim, sedangkan untuk mencapai himayah diperlukan jaringan-jaringan otot yang kuat dan kencang untuk melingkupinya.

Dalam ilmu pengetahuan modern ditemukan beberapa hal penting mengenai keadaan rahim wanita, yaitu:

a) Rahim tersimpan dalam kantong pembungkus yang terletak antara kandung kemih dari arah depan, dan tulang belakang dari arah belakang.

b) Rahim dikelilingi oleh dinding tulang yang sangat kuat. Tulang-tulang pelindung itu adalah tulang pantat dan tulang ekor dari belakang, tulang pinggul dari kedua sisinya, dan tulang kemaluan dari depan.

c) Rahim diikat dengan banyak tali kuat yang menyambungkan dengan dinding rahim yang berfungsi menjaga dan memelihara agar rahim tetap pada tempatnya.
d) Rahim terdiri dari lapisan-lapisan kelenjar yang selalu berubah dan keluar bersama haid setiap bulan. Kelenjar inilah yang selalu menjaga janin pada setiap tahapannya.

e) Rahim memiliki otot yang sangat kuat dan elastis pada lehernya yang bisa mengendur dan mengkerut dengan luar biasa. Selama janin dikandungnya, bagian leher rahim menutup diri dengan kelenjarnya. Seandainya otot rahim ini mengendur, maka akan terbuka dan mengakibatkan janin keguguran.

Untuk melindungi janin, disamping beberapa sifat diatas, rahim juga mempunyai suhu dan lingkungan yang dibutuhkan janin, otot-otot yang disebutkan diatas berfungsi menjaga janin dari benturan, menyalurkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin, dan mempunyai cairan yang berfungsi untuk memberi kebebasan janin dalam bergerak dan saat keluar ke alam dunia.

Dari uraian penemuan ilmiah diatas tentang sifat dan keadaan rahim, dapat diyakini bahwa sangat pantas Allah mensifatkan rahim dalam ayat dengan sebutan qarar makin (tempat yang kokoh). Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan disini dapat membuktikan kebenaran al-qur’an tantang sesuatu hal yang tertutup dari pandangan.

b. Fase ‘Alaqah

Fase ‘alaqah merupakan fase kedua dalam proses penciptaan manusia. Setelah empat puluh hari benih manusia berada dalam bentuk nuthfah, kemudian Allah menjadikannya berbentuk ‘alaqah. semua mufassir mengatakan ‘alaqah adalah darah yang telah membeku. Tetapi setelah kemajuan ilmu pengetahuan modern, ‘alaqah cenderung diartikan dengan sesuatu yang bergantung dan melekat pada dinding rahim. Dalam bahasa arab sendiri kata ‘alaqah diartikan dengan beberapa makna, antara lain: melekat, menempel, darah kental atau beku, dan lintah penghisap darah.

Menurut hemat penulis, penafsiran yang berbeda tentang kata ‘alaqah mungkin saja dapat disatukan. Karena bisa saja darah beku tersebut menempel dan bergantung pada dinding rahim. Apalagi Ibnu katsir mengatakan bahwa bentuk darah beku tersebut seperti lintah. Sebagai hal yang dimaklumi bahwa Sifat lintah selalu menempel pada tempat gigitannya.

Profesor kate Moore yang merupakan seorang ilmuan embriologi terkenal dari Kanada menyatakan sebagaimana dikutip Muhammad kamil Abdushshamad:

“Ketika dilakukan pemeriksaan terhadap fase-fase janin dalam kandungan ibunya dengan mengunakan peralatan canggih dan mutakhir, ternyata sesuai sekali dengan apa yang disebutkan dalam al-qur’an dari periode-periode pembentukan tulang, daging, dan sebagainya. Saya mempelajari fase-fase perkembangan janin yang lain. Maka saya temukan fase kedua dari periode-periode perkembangan janin sesuai dengan pembagian dalam al-qur’an yakni periode segumpal darah “‘alaqah”. Pada fase ini, zygot atau nuthfah melekat kedinding rahim. Saya sangat kebingungan dan takjub serta terpesona terhadap penafsiran yang tidak mungkin datang melainkan dari ahli atau pakarnya. Hal demikian karena janin menyerupai segumpal darah setelah 23 hari”.

Dengan demikian, penafsiran kata ‘alaqah tidak perlu disesuaikan dengan penemuan ilmu pengetahuan modern sebagaimana dianjurkan oleh sebagian ilmuan. Karena penefsiran klasik dan penemuan para embriolog dalam hal ini masih sejalan dan bisa disatukan.

Dalam penemuan ilmu pengetahuan modern dijelaskan, pada awal pembentukan janin setelah melewati fase nuthfah, segumpal darah (‘alaqah) bergantung pada dinding bagian dalam rahim. Ketika itu sel-sel nya membagi diri secara cepat, ukurannya makin membesar, dan menempel kuat di dinding rahim yang mengakibatkan pendarahan seperti haid yang biasanya terjadi setiap bulan.

Penempelan ‘alaqah pada dinding rahim terjadi karena nutrisi untuk ‘alaqah sangat tergantung pada dinding rahim tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat al-qur’an sangat lugas dan akurat ketika mendeskripsikan fase ini dengan menyebut peristiwa fisiologi yang terjadi, karena masa depan janin akan bergantung pada peristiwa tersebut. Kalau petunjuk Allah tidak diberikan kepada zygot untuk bergantung pada dinding rahim setelah nutrisi yang dikandung pada dirinya habis, maka fase berikutnya tidak akan sempurna.
Kemudian ‘alaqah masuk ke dalam selaput rahim hingga bercampur dan menyatu dengan sempurna, seolah-olah ia berada dalam sepotong roti yang seluruh sisinya dikelilingi selaput rahim yang ketebalannya makin bertambah, terutama ditempat beradanya ‘alaqah. Kemudian terbentuklah aliran darah diantara ‘alaqah dan rahim yang membuatnya tumbuh dan berkembang.

Gumpalan darah beku pada akhir periode, warnanya semakin memerah. Namun hal tersebut hanya berlangsung pada awal mula persiapannya untuk menjadi segumpal daging. Pada saat itu, panjang ‘alaqah hanya 0,5 mm dan beratnya hampir tidak ada sama sekali. Ketika mendekati akhir masa segumpal darah, telah terbentuk sel-sel darah yang merupakan persiapan untuk memasuki tahap berikutnya yang dinamakan dengan mudhghah.

Kata-kata khalaqna yang terdapat dalam ayat mengisyaratkan bahwa proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk lainnya tidak terjadi secara langsung, Tetapi melalui tahapan-tahapan. Oleh karena itu para ilmuan muslim berkata “pada tiap-tiap fase, janin umumnya dikuasai oleh ciri-ciri fase tersebut. Selanjutnya ciri fase berikutnya muncul dan menguat sehingga fase janin berubah sesuai ciri yang ada padanya, dan begitulah seterusnya”.

Demikianlah teori ilmu pengetahuan modern yang sangat jelas menunjukkan kebenaran berita dalam al-qur’an tentang tahap atau fase ‘alaqah.

c. Fase Mudhghah

Fase ini dimulai pada saat janin sudah berusia delapan puluh hari dalam rahim, pada tahap ini janin sudah berbentuk segumpal daging kecil seukuran yang bisa dikunyah. Menurut al-razi, pada fase ‘alaqah dan mudhghah, Allah menghilangkan sebagian sifat yang ada pada fase sebelumnya, sekaligus Allah menciptakan sifat lain yang baru pada janin dalam rahim. Tetapi dalam ayat tentang ini disebutkan kata khalaqna yang berarti menciptakan, padahal bukan menciptakan dari awal karena janin sudah ada sebelumnya tapi dalam bentuk yang berbeda. Maka penggunaan kata khalaqna disini adalah untuk menunjuki seolah-olah Allah menciptakan organ tambahan pada fase ini.

Meskipun pada fase ini hakikatnya perubahan dalam bentuk lain, tetapi karena perubahan ini sedemikian rumit bila dipikirkan, maka seolah-olah peralihan bentuk disini merupakan suatu penciptaan baru. Sebab, penekanan pada kata-kata khalaqa lebih berat untuk mengesankan kehebatan Allah SWT.

Menurut teori ilmiah, pada fase segumpal daging, sel-sel sudah memiliki tiga bagian; dalam, tengah, dan luar. Setiap bagian meliliki tugas masing-masing untuk membentuk bagian tubuh janin. Bentuk mudhghah ini seperti halnya seonggok tanah liat yang diremas-remas dan terlihat padanya gambar gigi-gigi. Yang terlihat dari mudhghah ini merupakan organ-organ tubuh janin. Sel-sel mudhghah ini disebut dengan embryoblast.

Bagian dalam sel mudhghah disebut endoderm. Sel-sel inilah yang akan membentuk organ-organ dalam tubuh manusia, seperti saluran-saluran oksigen, paru-paru, kerongkongan, saluran pencernaan, hati, dan pankreas. Bagian tengahnya disebut mesoderm. Sel-sel inilah yang akan membentuk tengkorak, jaringan kepala, otot-otot kepala, kerangka tulang, perangkat seksual, penutup yang meliputi hati, dan perangkat air seni. Sedangkan bagian luarnya disebut ectoderm. Sel-sel ini akan membentuk kulit bagian luar, kelenjar, rambut, kuku, organ-organ panca indra, berbagai sel urat saraf, dan otak.

Semua sel ini tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi membentuk sebuah jaringan kerja sama yang sinkron. Masing-masing memiliki tugas yang berbeda, tetapi tujuannya sama yaitu membentuk manusia dalam bentuk yang sempurna.

Awal fase ini disebut dalam al-qur’an dengan istilah mudhghah ghairu mukhallaqah. Sedangkan akhir fase dinamakan dengan mudhghah mukhallaqah. Sebagaimana terdapat dalam surat al-hajj ayat 5 yang berbunyi:

Artinya: Wahai manusia, jika kalian merasa ragu tentang kebangkitan pada hari kiamat, maka ingatlah sesungguhnya kami telah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna bentuk dan yang tidak sempurna…(Q.S. al-Hajj:5).

Menurut Ibnu Katsir, kata-kata mudhghah ghairu mukhallaqah adalah sepotong daging yang belum ada bentuk dan rupa. Artinya daging yang belum mempunyai tangan, kepala, dada, perut, dan organ-organ lainnya. Sedangkan mudhghah mukhallaqah adalah segumpal daging yang telah diberi bentuk yang terdiri dari organ-organ tubuh. Jika Allah mentakdirkan keguguran terhadap suatu janin, maka peluang terjadinya keguguran Pada awal fase ini lebih besar bila dibandingkan dengan akhir fase.

Setelah mengalami perkembangan yang rumit dan sulit, maka janin akan mengalami perubahan jaringan yang menurut bahasa al-qur’an dinamakan mudhghah mukhallaqah atau fase penyempurnaan. Pada saat itu setiap bagian membentuk organ badan masing-masing. Panjang janin saat itu mencapai 10 cm, dengan berat sekitar 55 gram.

Dalam fase mudhghah mukhallaqah ini Allah menciptakan seluruh organ-organ tubuh bagi janin, dan tepatnya pada hari ke seratus dua puluh dari usia janin dalam rahim atau empat bulan, maka janin saat itu sudah mempunyai bentuk fisik yang sempurna, dan hanya tinggal menunggu waktu peniupan roh ke dalam jasadnya. Demikianlah penemuan ilmiah yang semakin menampakkan kebenaran al-qur’an.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa perubahan dari mudhghah kepada tulang belulang, dan tulang-belulang dibungkus daging, semuanya terjadi dalam fase mudhghah. Meskipun jika dilihat dalam ayat, antara fase mudhghah dengan fase tulang-belulang sampai terbalut dengan daging disebutkan secara terpisah dengan menggunakan kata penghubung (huruf ‘athaf) fa yang memberi kesan terpisah sebagaimana antara fase ‘alaqah dan mudhghah.

Oleh karena peralihan dari mudhghah kepada tulang-belulang, dan terbalut tulang dengan daging terjadi dalam fase mudhghah, maka dalam pembahasan ini penulis tidak memisahkan perlihan tersebut dalam satu sub judul yang khusus, meskipun sebenarnya memerlukan juga uraian-uraian yang terkait dengan masing-masing keduanya.

Dalam ayat 12-14 surat al-mukminun memang terdapat pemisahan terhadap fase-fase penciptaan. Pemisahan dengan kata tsumma sebanyak tiga kali, dan dengan kata fa juga tiga kali. Dalam bahasa arab, pemisahan dengan tsumma menunjukkan jarak waktu yang relatif panjang. Sedangkan fa menunjukkan jarak yang relatif dekat.

Tetapi dalam konteks ayat diatas, sebagian ulama memahami penekanan kata tsumma dan fa bukan pada jarak waktu, namun kedudukan dan keajaiban yang demikian tinggi antara satu dengan yang lainnya. Ini berarti peralihan dari nuthfah ke ‘alaqah serta dari tulang yang terbungkus daging menuju makhluk berbentuk lain merupakan peralihan yang sangat menakjubkan, melebihi ketakjuban yang muncul pada peralihan ‘alaqah ke mudhghah atau mudhghah ke tulang, demikian juga dari tulang hingga terbungkus daging.

Sebagai bukti bahwa jarak pada tsumma dan fa tidak bisa sepenuhnya dipahami menurut kaedah bahasa disini adalah pernyataan tentang peralihan ‘alaqah ke mudhghah yang di hubungkan di dalam ayat dengan fa. Padahal jarak waktu antara ‘alaqah dengan mudhghah sama dengan jarak dari nuthfah ke ‘alaqah, yaitu masing-masing empat puluh hari.

Hal ini terlihat jelas dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya masing-masing kamu di proses penciptaannya dalam perut ibu kamu selama empat puluh hari berbentuk nuthfah, kemudian empat puluh hari berbentuk ‘alaqah, selanjutnya empat puluh hari berbentuk mudhghah…(H.R.Bukhari).

Dari hadits diatas terlihat jelas mengenai fase masing-masing nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah selama empat puluh hari. Dengan demikian, penghubung yang digunakan pada peraliahan ‘alaqah ke mudhghah sepertinya tidak bisa dipahami secara lughawi saja. Lebih-lebih lagi, makna suatu ayat al-qur’an itu dapat ditinjau dari berbagai aspek, seperti dinyatakan al-Zarkasyi bahwa “setiap ayat al-Qur'an itu mengandung makna zahir dan makna batin, setiap hurufnya mengandung batasan makna yang terjangkau oleh manusia dan batas yang tak terjangkau oleh mereka, dan setiap batas mengandung makna yang sangat dalam”. Oleh karena itu, dalam memahami suatu ayat, tidak boleh hanya mengandalkan kemampuan secara kebahasaan, tetapi juga harus memahami isyarat-isyarat dan makna-makna yang berada di luar kaedah bahasa.

d. Fase Penciptaan Makhluk Berbentuk Lain

Kebanyakan mufassir mengatakan bahwa yang di maksudkan dengan bentuk lain adalah bentuk janin yang telah ditiupkan roh ke dalam jasadnya setelah janin melalui fase nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, tulang-belulang yang terbalut dengan daging, dan mempunyai organ-organ tubuh. Dengan adanya roh maka manusia bisa hidup, mendengar, melihat, dan mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan makhluk-makhluk lain, dengan sebab dianugerahkan akal kepadanya. Inilah bentuk lain dari kehiduapan janin dalam rahim, karena jika tidak ditiupkan roh maka organ tubuh yang telah terbentuk secara sempurna, tidak ada artinya.

Pernyataan para mufassir tentang ini didukung oleh hadits riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam hadits tersebut, setelah menjelaskan tentang fase nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah, kemudian Rasulullah melanjutkan sabdanya:

Artinya: Kemudian (setelah fase nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah), maka Allah Mengutus seorang malaikat, lantas ia meniupkan roh pada janin. Dan malaikat diperintahkan juga untuk menulis empat kalimat yang terdiri dari ajalnya, rezkinya, amalannya, dan tentang statusnya kelak apakah ia binasa atau bahagia…(H.R.Bukhari dan Muslim).`

Hadits diatas menunjuki secara tegas bahwa setelah janin melewati tahapan nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah, maka kepadanya diberikan roh. Penganugerahan roh inilah yang dimaksudkan dengan bentuk lain.

Bila dilihat kepada usia kandungan, maka peniupan roh terjadi saat usia janin sudah sempurna empat bulan. Untuk mengungkapkan penciptaan bentuk lain ini, al-qur’an menggunakan kata ansya’a yang mengandung arti mewujudkan sesuatu serta memelihara dan mendidiknya. Hal ini berbeda dengan pembentukan nuthfah, ‘alaqah, dan mudhghah, dimana yang pertama diungkapkan dengan kata ja’ala, yang kedua dan ketiga dengan kata khalaqa.

Penggunaan kata ansya’a dalam menjelaskan proses terakhir dari kejadian manusia mengisyaratkan bahwa proses terakhir ini benar-benar berbeda sepenuhnya dengan sifat, ciri dan keadaannya dari apa yang ditemukan dalam proses sebelumnya. Memang diantara nuthfah dan ‘alaqah misalnya juga berbeda, namun boleh jadi perbedaan itu pada warna. Katakanlah nuthfah itu cair dan berwarna putih kekuning-kuningan, dan ‘alaqah itu kental berwarna merah, namun keduanya sama, yakni sesuatu yang tak dapat hidup dan berdiri sendiri. Inilah yang membedakan keduanya dengan apa yang ada pada objek ansya’a.

Pada objek ansya’a, yang muncul adalah seorang manusia yang memiliki roh, sifat kemanusiaan, potensi untuk berpengetahuan, mengarungi kedalaman samudera atau menjelajahi angkasa luar. Potensi ini dimiliki karena Allah mewujudkannya sambil memelihara dan mendidiknya.
Peniupan roh merupakan puncak dari persiapan-persiapan jasmani yang terjadi pada janin untuk memberikan sifat-sifat manusia padanya. Dengan demikian, jelaslah pada fase ke empat ini janin benar-benar memiliki bentuk yang lain dari fase-fase sebelumnya.

Dalam ilmu kedokteran disebutkan, pada bulan ke empat sidik jari janin mulai tampak. Kuku-kuku juga tampak pada bulan keempat atau kelima ketika perbedaan sidik jari mulai dapat dibedakan. Pada pertengahan bulan keempat, daya kerja jantung janin mulai stabil dan sistem sirkulasi mulai berkembang sedikit demi sedikit. Kita dapat mendengar detak jantung janin melalui alat yang digunakan untuk menangkap suara gelombang yang tidak dapat ditangkap oleh telinga. Kita dapat memperhatikan kecepatan detak jantungnya melebihi kecepatan detak jantung kita, yaitu sekitar 120 dan 160 detakan per menit.

Dalam bulan keempat juga sistem saraf mulai menampakkan reaksinya, maka akan tampak gerakan-gerakan refleks tanpa sebab pada tangan dan kaki. Setelah bulan ke empat baru tampak gerakan-gerakan yang sempurna, dan yang paling penting adalah memasukkan ibu jari ke dalam mulut. Ini artinya janin telah mulai berlatih dengan gerakan-gerakan penting yang akan dilakukannya dalam kehidupan diluar rahim kelak. Disamping itu janin bergerak sesuai gerakan ibu, ia akan bergerak ketika sang ibu dalam posisi istirahat. Ketika ibu bergerak, ia akan melipat tubuhnya untuk menghindari rasa sakit. Hal lain yang tampak jelas dalam fase ini adalah jenis kelamin

Secara logika, nampaknya sidik jari, detak jantung, dan geraka-gerakan tidak akan mungkin muncul dari makhluk yang tak bernyawa. Maka penampakan sifat-sifat tersebut menunjukkan bahwa janin saat itu telah mempunyai nyawa. Dengan demikian, penemuan ilmiah disini dapat membuktikan kemukjizatan al-qur’an yang menegaskan pada tahap ini terjadinya peniupan roh.

Pada bulan kelima, berat janin bertambah mencapai 300 gram. Detak jantung dan gerakannya lebih terlihat, dan kulitnya bertambah satu tingkat, dan sudah mulai terlihat mulus. Pada bulan keenam, janin tumbuh dua kali lipat dari bulan kelima sehingga beratnya mencapai 600 gram. Warna kulitnya masih kemerah-merahan dan masih keriput, serta dipenuhi bulu-bulu lembut. Pada bulan ketujuh, kedua matanya mulai terbuka.

Pada bulan kedelapan, panjang janin sekitar 45 cm dengan berat mencapai 2100 gram. pada kelopak matanya terlihat lemak-laemak yang menutupi kulitnya yang masih keriput, dan kedua testisnya mulai turun dari belakang ke bagian bawah. Pada akhir bulan kesembilan, panjang janin mencapai 50 cm dengan berat kira-kira 3250 gram. Organ-organ tubuhnya mulai sempurna, dan kondisi sudah tercipta secara lengkap.

Setelah sempurna sembilan bulan tibalah masa kelahiran. Al-qur’an menyebutkan peristiwa kelahiran dengan istilah keluar. Karena sejak dalam dalam rahim ibu, manusia sudah hidup. Peristiwa kelahiran merupakan pintu gerbang keluarnya janin dari rahim ibu. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-mukmin ayat 67 yang berbunyi:
Artinya: Kemudian dilahirkan kamu sebagai seorang bayi, kemudian (kamu dibiarkan hidup) agar kamu sampai kepada masa dewasa…(Q.S.al-Mukmin:67).
Hal serupa juga ditegaskan dalam surat al-hajj ayat 5 yang berbunyi:
Artinya: Dan kami tetapkan di dalam rahim apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi…(Q.S. al-Hajj:5).

Selama dalam fase nuthfah’ ‘alaqah, mudghah, sampai detik-detik kelahiran, al-qur’an menggambarkan bahwa manusia saat itu bertempat dalam tiga kegelapan, yaitu kegelapan perut ibu, kegelapan rahim, dan kegelapan ari-ari. Artinya janin berada dalam ari-ari, sedangkan ari-ari berada dalam rahim, sementara rahim berada dalam perut ibu. Hal ini sebagaimana dalam surat al-Zumar ayat 6 yang berbunyi:
Artinya: Dia (Allah) menciptakan kamu dalam perut ibumu melalui kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan…(Q.S.al-Zumar:6)

Dalam teori ilmiah, tiga kegelapan tersebut di istilahkan dengan tiga lapisan selaput yang tak dapat ditembus air, cahaya, dan panas. Selaput ini dikenal dengan nama ruang amnion, chorionic membrane, dan yolk sac. Dengan demikian, teori ilmiah disini tidak meleset dari berita al-qur’an, dan nampak jelas sisi kemukjizatan al-qur’an.

e. Pertumbuhan Manusia Setelah Lahir

Dalam surat al-mukmin ayat 67, disamping Allah menjelaskan proses penciptaan manusia, juga dijelaskan fase pertumbuhannya setelah lahir kedunia. Dalam ayat, Allah menyebutkan fase pertumbuhan manusia setelah lahir terbagi tiga, yaitu:

1. Masa kanak-kanak (thifl).

Masa ini dimulai dimulai sejak sejak lahir hingga seorang anak mencapai usia baligh. Pada fase ini manusia masih bertumpu kepada sang ibu.

2. Masa dewasa/baligh (yablugha asyudda)

Pada fase ini perkembangan seseorang mencapai kematangan dan puncak usia. Fase ini berakhir saat mencapai usia empat puluh tahun yang merupakan puncak kematangan fisik, kognitif, dan sosial.

3. Masa tua (Syuyukh)

Masa ini merupakan masa terakhir bagi manusia yang diberikan umur panjang, setelah mengalami masa muda. Pada fase ketiga ini, manusia mengalami kelemahan secara umum.

Dalam pembagian fase pertumbuhan manusia didunia, penekanannya adalah kepada bukti kekuasaan Allah yang ada pada diri manusia itu sendiri. Dan kekuasaan Allah disini lebih jelas untuk direnungkan karena dialami masing-masing manusia. Allah menjelaskan bahwa diantara manusia yang dianugerahi hidup, kadang-kadang masa hidupnya tidak lama seperti dialami orang lain. Manusia yang telah dianugerahi akal mesti berpikir, siapa yang sanggup melakukan hal ini semua selain Allah.

Pada masa kanak-kanak, manusia sangat membutuhkan kepada orang yang mengasuh, lalu orang tuanya mengasuh dengan penuh kasih sayang. jika Allah tidak menempatkan perasaan kasih sayang dalam hati para orang tua maka kehidupan manusia pada masa kanak-kanak akan terancam atau tidak sempurna. Pada saat mencapai dewasa, manusia mempunyai kematangan sehingga dalam melakukan sesuatu penuh dengan pertimbangan. Kemudian pada masa tua manusia mengalami kelemahan fisik yang disertai dengan tanda-tanda penuaan. Ini berarti usia yang diberikan sudah mendekati batas akhir. Siapakah yang sanggup membuat putaran hidup sedemikian?.

Bila manusia merenungkan tentang hal ini, maka ia akan sadar tentang kebesaran dan keagungan Allah, maka manusia senantiasa beribadat dan tak akan menyombongkan diri, karena menyadari dirinya adalah makhluk yang lemah. dihadapan Allah, yang diciptakan dari setetes air yang hina dengan penuh ketakjuban yang tak sanggup dilakukan oleh selain Allah.

E. Potensi Manusia

Di samping membicarakan mengenai proses penciptaan manusia melalui tahapan-tahapan, al-qur’an juga banyak membicarakan tentang sifat-sifat dan potensi manusia. Dalam hal ini ditemukan sejumlah ayat yang memuji dan memuliakan manusia, seperti pernyataan tentang menusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya (Q.S. al-Tin: 5), dan penegasan tentang dimuliakannya makhluk ini dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk yang lain (Q.S. al-Isra’: 70).

Tetapi, disamping itu sering pula manusia mendapat celaan Tuhan karena mereka amat menganiaya dan mengingkari nikmat (Q.S. Ibrahim: 34), manusia banyak membantah (Q.S. al-Kahfi: 18), dan manusia bersifat keluh-kesah lagi kikir (Q.S. al-Ma’arij: 19), dan banyak lagi lainnya. Ini bukan berarti ayat-ayat al-qur’an bertentangan satu dengan lainnya. Tetapi ayat-ayat tersebut mnjelaskan beberapa sisi kelemahan manusia yang perlu dihindarinya. Disamping menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi untuk menempati tempat tertinggi sehingga ia dipuji, atau berada di tempat yang rendah sehingga ia dicela. Di sini jelas bahwa manusia kesatuan dua unsur pokok yang tak dapat dipisahkan, karena bila dipisahkan maka bukan lagi manusia namanya.

Potensi manusia dijelaskan oleh al-qur’an antara lain melalui kisah Adam dan Hawa (Q.S. al-Baqarah: 30-39). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa sebelum penciptaan Adam, Allah telah merencanakan agar manusia memikul tanggung jawab kekhalifahan di bumi. Untuk maksud di samping tanah (jasmani), dan ruh ilahi (akal dan rohani), kepada makhluk ini dianugerahi pula beberapa hal berikut ini:

a. Potensi Untuk Mengetahui Nama dan Fungsi Benda-Benda Alam.

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia adalah makhluk yang berkemampuan untuk menyusun konsep-konsep, mencipta, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya. Potensi ini merupakan bukti yang dapat membungkam malaikat, yang awalnya mereka sepertinya tidak puas terhadap penunjukan Adam sebagai khalifah. Setelah Adam diberikan ilmu maka malaikat pun mengakui kelebihan Adam, serta tidak menolak perintah sujud kepadanya.

b. Pengalaman Hidup di Surga.

Pengalaman di surga adalah arah yang harus dituju dalam membangun dunia ini, Kecukupan sandang, pangan, serta terpenuhi rasa aman (Q.S. Thaha: 116-119), sekaligus arah terakhir bagi kehidupannya di akhirat kelak. Sedangkan godsaan Iblis dengan akibat yang sangat fatal merupakan pengalaman yang amat berharga dalam menghadapi rayuan Iblis dalam kehidupan dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum masuk surga, bagi yang telah masuk ke surga pun akan diusir bila mengikuti rayuan Iblis.

c. Petunjuk-Petunjuk Keagamaan.

Secara tegas al-qur’an mengemukakan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan diberikan ruh ke dalamnya. Isyarat yang menyangkut unsur immaterial, ditemukan antara lain dalam uraian-uraian tentang sifat-sifat manusia. Merujuk kepada fithrah yang dibawanya, manusia sejak asal kejadiannya membawa potensi beragama yang lurus, dan difahami ulama sebagai tauhid.

Fithrah kegamaan melekat pada diri manusia selamanya, walaupun boleh jadi manusia tidak mengakui atau mengabaikannya. Manusia berjalan dengan kakinya adalah fithrah jasadiahnya, sementara menarik kesimpulan dari sesuatu adalah fitrah akliahnya, senang menerima nikmat, dan sedih bila ditimpa musibah juga merupakan fithrah nya. Dalam hal memilih mana yang baik dan buruk, dalam jiwa manusia dianugerahkan qalb, nafs, dan aql. Dengan ketiga perangkat ini manusia mampu memilih dan memilah apa saja yang bermanfaat dan mudharat bagi dirinya baik dalam kehidupan dunia, maupun di akhirat kelak.

Dengan demikian, maka penyelewengan dalam beragama dan sebagainya merupakan sifat yang datang dari luar jiwa manusia, baik karena pengaruh dari orang tua, atau lingkungan tempat manusia itu tumbuh dan berkembang.

KESIMPULAN
Dari berbagai uraian diatas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, diantaranya adalah:

1. Proses penciptaan manusia menurut al-qur’an dilakukan melalui tahapan-tahapan. Baik manusia pertama (Nabi Adam AS), maupun manusia lainnya (anak cucu Adam AS).
2. Adam AS diciptakan dari tanah dengan melalui fase-fase tertentu, mulai dari tanah kering, tanah liat, tanah berbentuk lumpur hitam, tanah kering seperti tembikar, sampai akhirnya ditiupkan roh. Sedangkan Hawa’ diciptakan dari tulang rusuk kiri Adam.
3. Anak cucu Adam diciptakan dengan proses yang sangat menakjubkan dengan melalui tahapan-tahapan mulai dari nuthfah, ‘alaqah, mudhghah, tulang-belulang yang terbungkus daging, peniupan roh, sampai akhirnya lahir ke dunia.
4. Fase pertumbuhan manusia setelah lahir terdiri dari masa kanak-kanak, dewasa, dan masa tua.
5. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan modern tentang proses penciptaan manusia, semuanya sejalan dengan apa yang disebutkan dalam al-qur’an. Disini menampakkan secara jelas kebenaran al-qur’an, dan menunjukkan secara nyata keagungan dan kehebatan Allah.
6. Dengan merenungkan tentang asal-usulnya, maka manusia akan sadar betapa lemah dirinya, dan akan meyakini tentang keagungan Allah.
hamba tuhan
hamba tuhan
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15869
Registration date : 2010-09-20

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum