MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME

Join the forum, it's quick and easy

MURTADIN_KAFIRUN
WELCOME
MURTADIN_KAFIRUN
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Latest topics
» Yeremia 23 & Ulangan 13 mengisyaratkan Muhammad nabi palsu
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyFri 02 Feb 2024, 5:21 pm by buncis hitam

» kenapa muhammad suka makan babi????
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyWed 31 Jan 2024, 1:04 am by naufal

» NYATA & FAKTA : TERNYATA YESUS PILIH MENGAULI KELEDAI DARIPADA WANITA!!! (sebuah penghinaan OLEH PAULUS)
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyFri 12 Jan 2024, 9:39 pm by Uwizuya

» SORGA ISLAM RUMAH PELACUR ALLOH SWT...........
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyTue 02 Jan 2024, 12:48 am by Pajar

» Moon Split or Islamic Hoax?
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyWed 13 Dec 2023, 3:34 pm by admin

» In Islam a Woman Must be Submissive and Serve her Husband
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyWed 13 Dec 2023, 3:32 pm by admin

» Who Taught Allah Math?
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyWed 13 Dec 2023, 3:31 pm by admin

» BISNIS GEREJA YUUUKZ....LUMAYAN LOH UNTUNGNYA....
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptyWed 05 Jul 2023, 1:57 pm by buncis hitam

» ISLAM: Palsu, Maut, Tak Akan Tobat, Amburadul
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... EmptySun 07 May 2023, 9:50 am by MANTAN KADRUN

Gallery


Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty
MILIS MURTADIN_KAFIRUN
MURTADIN KAFIRUNexMUSLIM INDONESIA BERJAYA12 Oktober Hari Murtad Dari Islam Sedunia

Kami tidak memfitnah, tetapi menyatakan fakta kebenaran yang selama ini selalu ditutupi oleh muslim untuk menyembunyikan kebejatan nabinya

Menyongsong Punahnya Islam

Wadah syiar Islam terlengkap & terpercaya, mari sebarkan selebaran artikel yang sesungguhnya tentang si Pelacur Alloh Swt dan Muhammad bin Abdullah yang MAHA TERKUTUK itu ke dunia nyata!!!!
 

Kebrutalan dan keberingasan muslim di seantero dunia adalah bukti bahwa Islam agama setan (AJARAN JAHAT,BUAS,BIADAB,CABUL,DUSTA).  Tuhan (KEBENARAN) tidak perlu dibela, tetapi setan (KEJAHATAN) perlu mendapat pembelaan manusia agar dustanya terus bertahan

Subscribe to MURTADIN_KAFIRUN

Powered by us.groups.yahoo.com

Who is online?
In total there are 41 users online :: 0 Registered, 0 Hidden and 41 Guests :: 1 Bot

None

[ View the whole list ]


Most users ever online was 354 on Wed 26 May 2010, 4:49 pm
RSS feeds


Yahoo! 
MSN 
AOL 
Netvibes 
Bloglines 


Social bookmarking

Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of MURTADINKAFIRUN on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of MURTADIN_KAFIRUN on your social bookmarking website


Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

+7
Piss
yang berserah diri
hamba tuhan
mistik6666
BOTELHEM
lihd
Tom Jerry
11 posters

Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Tom Jerry Fri 13 May 2011, 12:05 pm

Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber: eramuslim.com
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7263
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by lihd Fri 13 May 2011, 12:54 pm

Hehehehe emang kenapa Bung Tom?? Justru itu indahnya Al Qur'an ketika T.E.R.J.E.M.A.H.A.N. nya keliru harus direvisi.... karena yg menjadi acuannya adalah Huruf2 Hijjaiyyahnya.

Beda dgn Injil.... jelas2 kontradiksi aja diremehin...hasilnya.... yah seperti Kristener2 sekarang ini... akalnya benar2 terkunci.
Herannya.... kesalahan demi kesalahan selalu diamini....

Tuh ditunggu Bro Musicman kalo berani 1 on 1 tentang TUAN jadi TUHAN hehehehehe.....

lihd
lihd
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 2075
Location : Bait Allah
Job/hobbies : Merevisi Injil
Humor : Tolong carikan ahli sains yg TOP utk menjumlahkan 1+1+1= ...??
Reputation : -76
Points : 6904
Registration date : 2011-03-09

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by BOTELHEM Fri 13 May 2011, 2:20 pm

Tom Jerry wrote:Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber: eramuslim.com

Kasihan nih Orang,..Al-Qur'an tidak perlu lg di edit loh Tom,..tp kalo terjemahannya sih nggak apa2,..tahu sendiri deh yang nerjemahin itu-kan Manusia, jd kesalahan adalah hal yg lumrah, yg walaupun demikian tetaplah dibutuh-kan Ilmu yg dalam untuk menterjemahkan/mentafsirkan Al-Qur'an supaya tidak lagi terjadi kesalahan..

Lain dengan Beybel ente,..ada yg salah atau kontradiksi, GAK tahu acuan mana yg diapakai untuk membenarkan yg salah atau keliru, bahasa asli-nye aja ndak tahu dimane...
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260
BOTELHEM
BOTELHEM
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 2632
Location : -Dunia Maya-
Humor : Jesus vs ALLAH..mana yg menang..??
Reputation : 8
Points : 7808
Registration date : 2010-10-09

http://laskarislam.indonesianforum.net/

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Tom Jerry Fri 13 May 2011, 4:40 pm

BOTELHEM wrote:Kasihan nih Orang,..Al-Qur'an tidak perlu lg di edit loh Tom,..tp kalo terjemahannya sih nggak apa2,..tahu sendiri deh yang nerjemahin itu-kan Manusia, jd kesalahan adalah hal yg lumrah, yg walaupun demikian tetaplah dibutuh-kan Ilmu yg dalam untuk menterjemahkan/mentafsirkan Al-Qur'an supaya tidak lagi terjadi kesalahan..
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260
tuh mang odoy benci amat sama quran terjemahan depag...
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7263
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Fri 13 May 2011, 5:37 pm

terjemahan direvisi? SILAHKAN.
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Tom Jerry Sat 14 May 2011, 8:50 am

mistik6666 wrote:terjemahan direvisi? SILAHKAN.
Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7263
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by hamba tuhan Sat 14 May 2011, 1:15 pm

Tom Jerry wrote:
mistik6666 wrote:terjemahan direvisi? SILAHKAN.
Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Al Ahzab 61
مَلْعُونِينَ أَيْنَمَا ثُقِفُوا أُخِذُوا وَقُتِّلُوا تَقْتِيلاً

1. Itu mah gak jadi permasalahan dek tomtom kalo yg direvisi terjemahannya doang asal jangan direvisi teks ayat alquran dalam bahasa aslinya ARAB. saya rasa gada perbedaan dibunuh dengan sehebat-hebatnya dengan dibunuh dengan tanpa ampun, emang menurut dek tomtom pengertiannya berbeda ya????

2. Bandingkan Alkitabmu dek tomtom....

Ulangan 20:16
New King James Version 20:16"But of the cities of these peoples which the LORD your God gives you [as] an inheritance, you shall let nothing that breathes remain alive,

The Message Bible20:16But with the towns of the people that GOD, your God, is giving you as an inheritance, it's different: don't leave anyone alive.

Bible in Basic English 20:16But in the towns of these peoples whose land the Lord your God is giving you for your heritage, let no living thing be kept from death:

Revised Webster Version 20:16But of the cities of these people, which the LORD thy God doth give thee [for] an inheritance, thou shalt save alive nothing that breatheth:

Terjemahan Baru 20:16Tetapi dari kota-kota bangsa-bangsa itu yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu, janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas,

Terjemahan lama 20:16Tetapi adapun negeri bangsa-bangsa ini, yang dikaruniakan Tuhan, Allahmu, kepadamu akan bahagian pusaka, janganlah kamu hidupi barang sesuatu isinya akan bernafas;

BIS 20:16Tetapi kalau kota itu ada di dalam wilayah yang diberikan TUHAN Allahmu kepadamu, seluruh penduduknya harus dibunuh.


Smile Smile
hamba tuhan
hamba tuhan
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15893
Registration date : 2010-09-20

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Sat 14 May 2011, 5:56 pm

Tom Jerry wrote:
mistik6666 wrote:terjemahan direvisi? SILAHKAN.
Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?
cuman itu? ayooo tunjukkan sebanyak-banyaknya...!!
saya tunggu.
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by yang berserah diri Sat 14 May 2011, 6:41 pm

Tom Jerry wrote:Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber: eramuslim.com
hihihi
andalan orang kafir, membuat sesuatu tak berdasar
kedua, mencari sumber sumber yang salah
ketiga, berbohong mengenai sumber
keempat topik suka diulang ulang
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5807
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Piss Sat 14 May 2011, 8:51 pm

[quote="yang berserah diri"][quote="Tom Jerry"][color=black]Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber

Piss
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 6876
Registration date : 2011-03-29

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Piss Sat 14 May 2011, 8:53 pm

yang berserah diri wrote:
Tom Jerry wrote:Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber: eramuslim.com
hihihi
andalan orang kafir, membuat sesuatu tak berdasar
kedua, mencari sumber sumber yang salah
ketiga, berbohong mengenai sumber
keempat topik suka diulang ulang


Hi hi
sadar... sadar.... hi hi
bukannya orang muslim juga gitu
membuat sesuatu tak berdasar
kedua, mencari sumber sumber yang salah
ketiga, berbohong mengenai sumber
keempat topik suka diulang ulang

Piss
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1888
Reputation : 1
Points : 6876
Registration date : 2011-03-29

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Sat 14 May 2011, 9:03 pm

terusss.... lanjut... masih ada nggak....??? kok cuman segitu..?
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Mencarikebenaran Sat 14 May 2011, 9:11 pm

Al-Qur'an tidak bisa dibandingkan dengan kitab2 manapun di dunia ini. Tidak ada satu makhluk pun di alam semesta ini yang berhak mengedit, merubah, menambah dan mengurangi ayat-ayat Al-Qur'an. Kalo hanya merevisi terjemahan, monggo...toh masih tercantumkan bahasa asli bisa sebagai koreksi bila ada salah menterjemahkan. .
Mencarikebenaran
Mencarikebenaran
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1289
Reputation : 24
Points : 6406
Registration date : 2010-07-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by hamba tuhan Sat 14 May 2011, 9:39 pm

[quote="Piss"][quote="yang berserah diri"]
Tom Jerry wrote:[color=black]Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber

Waduh ma’af, di Al-Quran versi mana yg ada kata Terorisnya ya? Kita ndak kenal apa itu teroris. Teroris tidak dikenal di dalam Islam.....
team kemenag RI sudah mengadakan dialog dengan MMI pada 29/04. Saya heran juga apakah dia (Irfan S Awwas) sudah pernah mengdakan penelitian dampak terjemahan versi depag terhadap kejadin terorisme. Sungguh gak masuk akal, kalau diperhatikan dari kalimat dia hanya asumsi2 dan penafsiran dia terhadap terjemah depag....
Smile Smile
hamba tuhan
hamba tuhan
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15893
Registration date : 2010-09-20

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Sun 15 May 2011, 9:46 am

bagi semar yang dongok, bodoh, dan totol ini, judul tread ini yang sesuai (seharusnya) adalah:
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata (TERJEMAHAN) Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

tapi, jika memang menganggap judul tread ini sudah dianggap benar, yaa.. monggo dilanjut...
..soalnya, semar yang dongok ini juga ragu kawan-kawan netter kristen bisa (dan mampu) membedakan antara Al Quran dan TERJEMAHAN Al Quran..

lanjut..
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by hamba tuhan Sun 15 May 2011, 11:10 am

mistik6666 wrote:bagi semar yang dongok, bodoh, dan totol ini, judul tread ini yang sesuai (seharusnya) adalah:
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata (TERJEMAHAN) Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

tapi, jika memang menganggap judul tread ini sudah dianggap benar, yaa.. monggo dilanjut...
..soalnya, semar yang dongok ini juga ragu kawan-kawan netter kristen bisa (dan mampu) membedakan antara Al Quran dan TERJEMAHAN Al Quran..

lanjut..

mereka maybe mau samain dengan alkitabnya bro.... kan alkitabnya mereka terjemahan entah dari mana sumbernya, alias gak jelas... Smile Smile
hamba tuhan
hamba tuhan
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15893
Registration date : 2010-09-20

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by yang berserah diri Sun 15 May 2011, 1:06 pm

[quote="Piss"][quote="yang berserah diri"]
Tom Jerry wrote:[color=black]Apologi Tim Terjemah Al Qur'an Depag
Kamis, 12/05/2011
Oleh Irfan S Awwas, Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin

Apologi oportunis tim terjemah Al Qur'an Kementerian Agama (Kemenag), terkait penolakannya terhadap ajakan debat publik sebagai solusi atas kontroversi hasil telaah Majelis Mujahidin, tentang kesalahan terjemah Qur’an versi Kemenag memicu aksi terorisme di Indonesia. Tidak saja menghambat tradisi intelektual dan tranparansi informasi; tetapi juga kurang peduli terhadap problem bangsa Indonesia yang terus menerus diguncang teror.

Tim terjemah Alquran Kemenag menolak debat publik dengan Majelis Mujahidin, tapi malah memilih polemik melalui media massa. Padahal, dalam acara "Dialog Keagamaan tentang Terjemah Alquran", 29 April 2011, antara Majelis Mujahidin dan Puslitbang serta Tim Pentashih Alquran Kemenag, Tim dari Kemenag menyatakan tidak perlu membuka polemik di media massa, ternyata diingkari.

Faktanya, dua hari berturut-turut, secara sepihak mereka memublikasikan kontroversi terjermahan tersebut, dengan pernyataan yang mendiskreditkan Majelis Mujahidin, dan berusaha lepas tanggungjawab, baik sebagai pejabat maupun ulama pentashih Alqur.an. Tulisan di bawah ini, berusaha menjelaskan motivasi koreksi dan menjawab apologi tim terjemah Alquran Kemenag.

Apologi dan Koreksi Terjemah

Pada mulanya, gagasan mengoreksi terjemah Qur’an terbitan Kementerian Agama oleh Amir Majelis Mujahidin Ustadz Muhammad Thalib, lahir dari perspektif liberalis yang mendiskreditkan kitab suci umat Islam. Mereka mengopinikan, bahwa aksi bom yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh kelompok teroris ideologis, yang mendasarkan tindakannya pada Alqur’an.

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

Jadi, tuduhan bahwa terjemah harfiyah Alqur’an pemicu radikalisme, muncul dari Dirjen Binmas Islam Kemenag, sehingga dibuatlah program khusus deradikalisasi Alqur’an. Hasilnya, selain menerbitkan edisi terbaru terjemah Qur’an (2010), juga bekerjasama dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengadakan halaqah deradikalisasi jihad di pesantren dan gerakan Islam.

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

Katanya, “pemahaman terhadap teks Alquran yang parsial, sempit, dan sikap antipati terhadap perbedaan pandangan keagamaanlah yang menyebabkan mereka jadi teroris. Faktanya, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan terjemahan itu, tapi jumlah teroris tergolong minoritas bahkan bisa dihitung jari. Pada umumnya mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah.” (Republika, 3/4/2011)

Dalam kaitan ini, perbedaan pemahaman teks Alqur’an, tidak selalu muncul dari perbedaan sudut pandang. Teks terjemah yang dibaca rakyat Indonesia, disajikan dalam bahasa Indonesia. Kemudian dipahami pembaca secara tekstual, bukan berdasarkan persepsi atau pun imajinasi penerjemah.

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

Maka, adanya paham radikal yang melahirkan tindakan teroris, sebenarnya korban dari salah terjemah Qur’an Kemenag itu. Karena itu, tidak benar apologi bahwa terjemah Al-Qur’an Kemenag bukan pemicu terorisme, hanya karena jumlah teroris sedikit, sementara pengguna terjemahan itu mayoritas penduduk Indonesia. Apalagi, menuduh mereka anti pemerintah, termasuk anti terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan pemerintah, jelas apologi fiktif.

Jika jumlah minoritas dijadikan dasar pengingkaran, niscaya stigma teroris tidak dilabelkan pada mereka. Bukankah eksistensi terorisme tidak ditentukan jumlah pelakunya, melainkan adanya pelaku teror sekalipun jumlahnya sangat kecil? Sedangkan faktanya, sebagaimana pengakuan mantan anggota NII KW 9, Al-Haedar, mengaku sebagai korban salah terjemah Alquran. Dapat disaksikan, dalam video clip latihan tersangka teroris, mereka menyitir ayat-ayat Alquran yang terjemahannya persis sama dengan terjemahan Kemenag.

Sekalipun diakui tim terjemah Alquran Kemenag, adanya beberapa kesalahan dan sudah mengalami revisi berulangkali, tapi alih-alih memperbaiki terjemahan, revisi malah menambah kesalahan. Sulit dipahami akal sehat, bagaimana para pakar melakukan revisi siluman, tanpa menyebut siapa revisionisnya, mengapa direvisi dan bagian ayat mana saja yang direvisi.

Contoh revisi siluman itu adalah terjemah Qs. Al-Ahzab (33:61). “dalam keadaan terlaknat. Dimana saja mereka dijumpai, mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.” Kata waquttilu taqtila diterjemahkan ‘dibunuh dengan sehebat-hebatnya’. Kemudian dalam terjemah revisi (2010) menjadi ‘dibunuh dengan tanpa ampun’. Revisi terjemah ini kedengarannya lebih sadis, boleh membunuh dengan kejam tanpa perikemanusiaan. Lalu, kalimat mana dari ayat tersebut yang diterjemahkan tanpa ampun?

Arogansi bukan Solusi

Nampaknya tim terjemah Alquran Kemenag, berusaha melibatkan banyak pihak dalam kontroversi ini. Pernyataan salah seorang Ketua MUI, Yunahar Ilyas yang mempertanyakan otoritas dan kapasitas Majelis Mujahidin mengoreksi terjemah Alquran Kemenag, adalah arogansi tanpa solusi.

Adalah hak setiap muslim untuk membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah, sebagaiman nasihat Ali bin Abi Thalib, ihqaqul haq waibthalul bathil.Sebagai cendekiawan muslim, adalah bijaksana sekiranya sebelum berkomentar, lebih dahulu menelaah koreksi terjemah Alquran yang dilakukan Majelis Mujahidin. Bukan berkomentar diluar konteks, dengan nada melecehkan lagi. Seperti sabda Nabi Saw bahwa, “kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Dalam konteks bahasan ini, kapasitas Majelis Mujahidin adalah menemukan kesalahan terjemah Alquran Kemenag dan melakukan koreksi. Lalu, apa prestasi intelektual Yunahar Ilyas? Apa pula otoritasnya mempertanyakan otoritas serta kapasitas MMI?

Sikap Yunahar jauh panggang dari api dibanding KH Syukri Zarkasi, pimpinan Ponpes Modern Gontor, Ponorogo. Dalam pertemuan dengan MUI 30 Nopember 2010 KH. Syukri Zarkasi merespon koreksi Majelis Mujahidin terhadap terjemah Al-Qur’an Kemenag: “Bukan hanya terjemah Alqur’an Kemenag yang salah, tetapi isi terjemahannya juga salah,” tegasnya.

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.

Jogjakarta, 4 April 2011

Sumber
klo gk tau tuh nanya mas
bukan menuduh
yang berserah diri
yang berserah diri
BLUE MEMBERS
BLUE MEMBERS

Male
Number of posts : 903
Location : BUMI ALLAH SWT
Job/hobbies : MEMBERI PERINGATAN
Humor : A: kenapa yesus disalib?,,,|B: untuk menebus dosa| | A: salah | B: terus apa dong? | A: karena jalannya lambat|
Reputation : -1
Points : 5807
Registration date : 2011-01-16

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by forever_muslim Sun 15 May 2011, 3:56 pm

saya senyum2 sendiri membaca tulisan sitomtom ini... entah dapat copas-an darimana sitom ini koq nekad2nya nulis judul trit dan isinya tapi gak matching banget Razz

terjemahan Al-Qur'an yang dijadikan masalah tapi koq Al-Qur'an yang perlu di edit Rolling Eyes... walah tom yang harus diedit itu malah judul trit anda yang hanya buat muslim tersenyum...

perbedaan pola terjemahan dari Majelis Mujahidin ( MM ) dan tim Lajnah Depag RI ini hanyalah dari pendekatan pola terjemahan.. jika MM lebih merujuk pada pendekatan terjemahan yang tafsiriah, maksudnya terjemahan tafsiriah ini lebih berdasarkan pada pendekatan makna yang bersifat tarkibi ( jumlah atau kalimah ) sedangkan tim Depag lebih kepada transliterasi kata yang lebih bersifat mufrad ( satuan kata ) sehingga terjemahan dari MM ini tidak menterjemahkan secara literal dari suatu kata tapi dari makna keseluruhan kalimah sesuai dengan kaedah menafsirkan Al Qur’an dan memperhatikan perbedaan pola kalimat bahasa Arab dengan bahasa indonesia... berbeda dengan MM, tim lajnah Depag RI justru berusaha membatasi terjemahan ayat dengan penafsiran ayat karena mungkin menurut tim tsb, menterjemahkan dan menafsirkan ayat adalah sesuatu yang berbeda sehingga tim berusaha menghindari interpolasi penafsiran pada saat menterjemahkan ayat ( walaupun terdapat terjemahan beberapa ayat, tim depag justru terinterpolasi dgn penafsiran )

kedua pendekatan tersebut sama-sama punya dasar kebenaran sehingga tidak perlulah kita ragukan kapabilitas dari kedua belah pihak ini karena saya sangat yakin bahwa orang-orang baik dari MM dan Depag pastilah telah menguasai bahasa arab dan ilmu alat yang merupakan syarat mutlak bagi seorang penterjemah dan juga mufassir.... menurut saya, pendekatan pola terjemahan dari MM ini sangat bagus sekali karena ayat-ayat Al-Qur'an memiliki ijaz ( kepadatan makna ) karena tingkat sastra bahasanya yang sangat tinggi, sehingga dengan pendekatan pola terjemahan tafsiriah ini mampu menghindarkan kesalahpahaman sejak semula dari mustami (pembaca)...

namun bagi muslim, perbedaan pendekatan pola terjemahan seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang esensi karena terjemahan ayat adalah tools untuk memahami ARTI dari suatu ayat sedangkan untuk memahami makna ayat tsb secara lebih mendalam, kita dapat mempelajarinya dari berbagai kitab tafsir dari para mufassir yang sudah banyak tersedia... justru dari terdapatnya perbedaan pendekatan pola terjemahan ini bisa membuat kita semakin termotivasi untuk lebih mempelajari bahasa arab dan ilmu alat agar kita mampu mencari makna yang lebih tepat dari setiap ayat Al-Qur'an....

buat tomtom cobalah belajar membedakan antara TERJEMAHAN dengan TEKS ASLI AL-QUR'AN... jika anda ingin menunjukkan kesaya, adanya kesalahan dari Al-Qur'an apakah dari tata bahasanya ataupun kaedah lainnya sehingga Al-Qur'an menurut anda perlu diedit... mari kita merujuk pada teks aslinya, silahken saya tunggu...........
forever_muslim
forever_muslim
MUSLIM
MUSLIM

Number of posts : 457
Location : batam
Reputation : -3
Points : 5485
Registration date : 2010-09-06

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by musicman Sun 15 May 2011, 6:37 pm

forever_muslim wrote:saya senyum2 sendiri membaca tulisan sitomtom ini... entah dapat copas-an darimana sitom ini koq nekad2nya nulis judul trit dan isinya tapi gak matching banget Razz

terjemahan Al-Qur'an yang dijadikan masalah tapi koq Al-Qur'an yang perlu di edit Rolling Eyes... walah tom yang harus diedit itu malah judul trit anda yang hanya buat muslim tersenyum...

perbedaan pola terjemahan dari Majelis Mujahidin ( MM ) dan tim Lajnah Depag RI ini hanyalah dari pendekatan pola terjemahan.. jika MM lebih merujuk pada pendekatan terjemahan yang tafsiriah, maksudnya terjemahan tafsiriah ini lebih berdasarkan pada pendekatan makna yang bersifat tarkibi ( jumlah atau kalimah ) sedangkan tim Depag lebih kepada transliterasi kata yang lebih bersifat mufrad ( satuan kata ) sehingga terjemahan dari MM ini tidak menterjemahkan secara literal dari suatu kata tapi dari makna keseluruhan kalimah sesuai dengan kaedah menafsirkan Al Qur’an dan memperhatikan perbedaan pola kalimat bahasa Arab dengan bahasa indonesia... berbeda dengan MM, tim lajnah Depag RI justru berusaha membatasi terjemahan ayat dengan penafsiran ayat karena mungkin menurut tim tsb, menterjemahkan dan menafsirkan ayat adalah sesuatu yang berbeda sehingga tim berusaha menghindari interpolasi penafsiran pada saat menterjemahkan ayat ( walaupun terdapat terjemahan beberapa ayat, tim depag justru terinterpolasi dgn penafsiran )

kedua pendekatan tersebut sama-sama punya dasar kebenaran sehingga tidak perlulah kita ragukan kapabilitas dari kedua belah pihak ini karena saya sangat yakin bahwa orang-orang baik dari MM dan Depag pastilah telah menguasai bahasa arab dan ilmu alat yang merupakan syarat mutlak bagi seorang penterjemah dan juga mufassir.... menurut saya, pendekatan pola terjemahan dari MM ini sangat bagus sekali karena ayat-ayat Al-Qur'an memiliki ijaz ( kepadatan makna ) karena tingkat sastra bahasanya yang sangat tinggi, sehingga dengan pendekatan pola terjemahan tafsiriah ini mampu menghindarkan kesalahpahaman sejak semula dari mustami (pembaca)...

namun bagi muslim, perbedaan pendekatan pola terjemahan seperti ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang esensi karena terjemahan ayat adalah tools untuk memahami ARTI dari suatu ayat sedangkan untuk memahami makna ayat tsb secara lebih mendalam, kita dapat mempelajarinya dari berbagai kitab tafsir dari para mufassir yang sudah banyak tersedia... justru dari terdapatnya perbedaan pendekatan pola terjemahan ini bisa membuat kita semakin termotivasi untuk lebih mempelajari bahasa arab dan ilmu alat agar kita mampu mencari makna yang lebih tepat dari setiap ayat Al-Qur'an....

buat tomtom cobalah belajar membedakan antara TERJEMAHAN dengan TEKS ASLI AL-QUR'AN... jika anda ingin menunjukkan kesaya, adanya kesalahan dari Al-Qur'an apakah dari tata bahasanya ataupun kaedah lainnya sehingga Al-Qur'an menurut anda perlu diedit... mari kita merujuk pada teks aslinya, silahken saya tunggu...........

Mudah2an Tom bersedia...

saya selalu menunggu tulisan2 saudara lama saya ini...

...bung Forever muslim
Senior,mentor dan guru saya..
musicman
musicman
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 2736
Reputation : 7
Points : 7778
Registration date : 2011-01-04

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Sun 15 May 2011, 7:01 pm

mistik6666 wrote:bagi semar yang dongok, bodoh, dan totol ini, judul tread ini yang sesuai (seharusnya) adalah:
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata (TERJEMAHAN) Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

tapi, jika memang menganggap judul tread ini sudah dianggap benar, yaa.. monggo dilanjut...
..soalnya, semar yang dongok ini juga ragu kawan-kawan netter kristen bisa (dan mampu) membedakan antara Al Quran dan TERJEMAHAN Al Quran..

lanjut..
mampu gak bedain???
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by agus Sun 15 May 2011, 7:43 pm

mistik6666 wrote:
mistik6666 wrote:bagi semar yang dongok, bodoh, dan totol ini, judul tread ini yang sesuai (seharusnya) adalah:
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata (TERJEMAHAN) Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

tapi, jika memang menganggap judul tread ini sudah dianggap benar, yaa.. monggo dilanjut...
..soalnya, semar yang dongok ini juga ragu kawan-kawan netter kristen bisa (dan mampu) membedakan antara Al Quran dan TERJEMAHAN Al Quran..

lanjut..
mampu gak bedain???

TS-nya tambah bingung tuh... Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 581260
agus
agus
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14654
Registration date : 2010-04-16

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Sun 15 May 2011, 8:25 pm

mistik6666 wrote:
mampu gak bedain???

gak heran kalau TS sering mendapat serangan dan cacian, lha wong soal yang beginian saja ndak bisa jawab.

nih saya bantu:

LANGKAH 1:
dolan atau bertamulah ke tetangga (muslim), terus bilang:
"pak/bu/mas/mbak/dik, tolong saya mau pinjam Al Quran, dan kalau ada saya juga pinjam terjemahannya sekalian."

jika tetangga sampeyan ndak punya salah satunya, coba pinjam ke tetangga-tetangga yang lain.

LANGKAH 2:
jika sudah dapet keduanya, terus amati (ndak perlu belajar bahasa arab untuk tahu):

--buku TERJEMAHAN Al Quran, biasanya tebal (biasanya lebih tebal dari bible). biasanya tercetak atas dua kolom, (biasanya) sebelah kiri teks arab dan di sebelah kanan adalah teks terjemahannya. tapi mungkin juga sampeyan akan temui diterjemahkan ayat per-ayat langsung (atas-bawah). nah itulah yang dinamakan (buku) TERJEMAHAN Al Quran.

--satunya lagi hanya berisi tulisan "aneh", "asing" dan tidak bisa sampeyan baca, itulah Al Quran. tapi waktu ngomong buat pinjam jangan salah bilang: pinjam "kitab arab" lho! soalnya, kalau kebetulan tetangga sampeyan itu orang pesantren, kemungkinan sampeyan akan diberi kitab-kitab berbahasa arab dan mungkin akan sampeyan sangka Al Quran (he..he..).

LANGKAH 3:
--bandingkan teks arab disebelah kolom terjemahan (buku pertama) dengan teks arab dari Al Quran (buku yang lainnya). beda kagak? SAYA JAMIN SAMA PERSIS!!!

masih gak percaya juga?
LANGKAH 4:
--pinjam kitab terjemahan dari versi dan penerbit yang berbeda-beda. coba bandingkan teks arab disebelah kolom terjemahan dari buku pertama dengan teks arab disebelah kolom terjemahan dari buku-buku terjemahan yang lain. beda kagak? sekali lagi, SAYA JAMIN SAMA PERSIS!!!

ARTINYA APA?
semua teks terjemahan harus selalu mengacu / merujuk pada teks aslinya. persoalan terjemahan itu ada perbedaan kata atau kalimat itu dikarenakan kemampuan pemahaman dan kemampuan penafsiran manusia yang berbeda-beda.

semoga mengerti.
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by hamba tuhan Sun 15 May 2011, 8:31 pm

mistik6666 wrote: satunya lagi hanya berisi tulisan "aneh", "asing" dan tidak bisa sampeyan baca, itulah Al Quran. tapi waktu ngomong buat pinjam jangan salah bilang: pinjam "kitab arab" lho! soalnya, kalau kebetulan tetangga sampeyan itu orang pesantren, kemungkinan sampeyan akan diberi kitab-kitab berbahasa arab dan mungkin akan sampeyan sangka Al Quran (he..he..).

izin ya bro mistik..... Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 994211 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 994211 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 994211 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 994211
hamba tuhan
hamba tuhan
MUSLIM
MUSLIM

Male
Number of posts : 9932
Age : 23
Location : Aceh
Humor : Obrolan Santai dengan Om Yesus
Reputation : -206
Points : 15893
Registration date : 2010-09-20

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Mencarikebenaran Sun 15 May 2011, 9:26 pm

LANGKAH 1:
dolan atau bertamulah ke tetangga (muslim), terus bilang:
"pak/bu/mas/mbak/dik, tolong saya mau pinjam Al Quran, dan kalau ada saya juga pinjam terjemahannya sekalian."

Kalo gak mampu pimjam silahkan beli saja di toko...tinggal pilih Tom.



Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 706181
Mencarikebenaran
Mencarikebenaran
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1289
Reputation : 24
Points : 6406
Registration date : 2010-07-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by agus Sun 15 May 2011, 9:28 pm

asal jangan pura-pura jadi muallaf.... Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 416135
agus
agus
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 8588
Location : Everywhere but no where
Job/hobbies : Baca-baca
Humor : Shaggy yang malang
Reputation : 45
Points : 14654
Registration date : 2010-04-16

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Mon 16 May 2011, 12:03 am

Mencarikebenaran wrote:
LANGKAH 1:
dolan atau bertamulah ke tetangga (muslim), terus bilang:
"pak/bu/mas/mbak/dik, tolong saya mau pinjam Al Quran, dan kalau ada saya juga pinjam terjemahannya sekalian."

Kalo gak mampu pimjam silahkan beli saja di toko...tinggal pilih Tom.

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 706181

kalau pinjem saja sudah berat, apalagi buat beli???
Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 463897 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 463897 Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... 463897
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Tom Jerry Mon 16 May 2011, 10:02 am

Orang Islam mengaku bahwa terjemahan Alqur’an berpotensi untuk menimbulkan gerakan2 radikal yang ujung2nya munculnya para teroris Islami

Sejumlah ayat Alqur’an dinilai berpotensi menumbuhkan radikalisme dan mengajak orang beraliran keras. Pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag, Prof. Dr. Nazaruddin Umar, dalam simposium Nasional bertema "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme" di Jakarta, Rabu 28 Juli 2010, adalah contoh aktualnya.

Nazaruddin Umar menyatakan, "Ada terjemahan harfiyah Alqur’an yang berpotensi untuk mengajak orang beraliran keras." Dia mencontohkan, "Dan bunuhlah mereka dimana saja kamu jumpai mereka..." (QS. Al-Baqarah [2] : 191)

....

Orang2 Islam saling ribut soal beberapa ayat terjemahan Al-Qur'an oleh depag

Namun, temuan Majelis Mujahidin membuktikan, secara prinsipil bukan teks ayat Alquran yang memicu radikalisme, melainkan terjemahan Quran yang salah sehingga melahirkan salah paham.

Sebaliknya, Abdul Jamil dan Muchlis M Hanafi, masing-masing Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag dan Kepala Bidang Pengkajian Alquran Puslitbang Kemenag, tetap ngotot bahwa tidak ada yang salah dalam terjemah Qur’an, dan bukan penyebab terorisme.

....

Apabila penerjemah tidak ingin pembaca salah memahami terjemah tekstualnya, maka penerjemah harus mamberikan pedoman memahami terjemah secara benar. Bagi pembaca yang hanya mampu memahami Alquran melalui terjemahan, maka kesalahan terjemah berdampak salah memahami teks Alquran. Perhatikan, terjemah Qur’an surat at-Taubah, ayat 5 versi Depag:

“Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka…”

Padahal, perintah ayat ini bukan membunuh orang-orang musyrikin, tetapi memerangi. Antara membunuh dan memerangi memiliki dampak hukum yang berbeda. Membunuh dapat dilakukan perorangan dan sepihak. Sedang memerangi, memerlukan pengumuman pada musuh, dan dilakukan secara kolektif di bawah komando yang jelas.

Maka terjemah tafsiriyahnya, “Wahai kaum mukmin, apabila bulan-bulan haram telah berlalu, maka umumkanlah perang kepada kaum musyrik dimana saja kalian temui mereka di tanah haram…”

Simak pula Qur’an surat at-Taubah, ayat 123 versi Depag: “Wahai orang-orang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang disekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Apabila muncul ideologi permusuhan terhadap orang kafir, lalu terjadi konflik horizontal, bahkan pembunuhan disebabkan membaca teks terjemahan di atas. Maka bukan salah pembaca, karena kalimat dalam terjemahan memang salah, yang menyimpang dari sababun nuzul (sebab turunnya) ayat tersebut.

Bandingkan dengan terjemah tafsiriyah: “Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang berada di dekat negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka...”

.......

Pengumuman Publik, Debat Publik, atau Clash Action?

Oleh karena itu, solusi kontroversi ini, Majelis Mujahidin menawarkan opsi kepada Kemenag RI. Pertama, mengumumkan kepada publik kesalahan-kesalahan terjemah Al-Qur’an yang diterbitkan Kemenag. Kedua, diadakan Debat Publik atau Uji Shahih atas koreksi Majelis Mujahidin. Dan ketiga, bila kedua opsi diatas ditolak, Majelis Mujahidin akan melakukan clash action ke pengadilan sesuai hukum yang berlaku.
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7263
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Tom Jerry Mon 16 May 2011, 10:04 am

Al Qur'an punya teks aslinya tapi heran ya mengapa sulit menerjemahkannya...???
Tom Jerry
Tom Jerry
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Male
Number of posts : 1829
Location : Jakarta
Job/hobbies : Cari kebenaran
Reputation : 11
Points : 7263
Registration date : 2010-09-21

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by mistik6666 Mon 16 May 2011, 3:55 pm

Tom Jerry wrote:Al Qur'an punya teks aslinya tapi heran ya mengapa sulit menerjemahkannya...???
karena: pemahaman, kepandaian, otak, daya pikir, daya nalar, dsb dari yang namanya makhluk yang bernama manusia itu sangat amat terbatas sekali banget dibandingkan dengan Sang Pemilik Kalam.

....jawaban sederhana dari saya semoga dapat menghibur..

pertanyaan saya:
apakah sampeyan merasa punya kemampuan untuk menandingi Sang Pemilik Kalam??
mistik6666
mistik6666
SILVER MEMBERS
SILVER MEMBERS

Number of posts : 1475
Location : pangkalan becak
Job/hobbies : tukang becak
Reputation : 7
Points : 6428
Registration date : 2011-03-31

Back to top Go down

Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he... Empty Re: Kontroversi Al Qur'an Terjemahan Depag...!!! Ternyata Al-Qur'an pun perlu di edit lagi...!!! He, he, he...

Post by Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum